Waktu menunjukan pukul 7.00 pagi.
Nan mempersiapkan diri dengan pakaian santai dan riasan naturalnya. Dia juga tidak lupa membawa catatan, kalau-kalau dia memikirkan sebuah ide. Ini adalah kebiasaan Nan dan itu adalah hal baik dalam membantunya beberapa kali untuk belajar. Dia memeriksa beberapa tempat dari internet untuk berkeliling.
Pertama-tama dia akan sarapan di sebuah kafe, kafe yang bagus tentunya. Dia mengambil kunci mobilnya dan pergi.
Dia memilih kafe dengan gaya vintage. Buku banyak ditaruh sebagai dekorasi juga di kafe itu. Dia memesan paket sarapan pagi dengan roti, telur, dan bacon serta teh daun mint sebagai minumannya. Dia menunggu sambil menikmati dan melihat orang-orang yang melewatinya.
"Breakfast pack 1 dan teh daun mint!" pesanan telah datang.
"Ya terima kasih" Nan tersenyum.
Dia memotret sarapannya bersama dengan suasana kafe. Kemudian dia mulai sarapan. Saat dia sarapan, dia sambil mencari di internet kemana dia harus pergi setelah ini.
"hmm apa gue ke tempat yang berbau alam aja ya?" tanya Nan pada dirinya sendiri.
Dia memutuskan untuk berjalan-jalan di Taman Lumpini .
Saat dia berjalan melalui pepohonan, menghirup udara segar, dia duduk dibangku, memejamkan mata dan menikmati segalanya melalui indra lainnya.
"Haah ..... Seandainya gue bisa kaya gini selamanya," kata Nan pada dirinya sendiri.
"pfft!"
Dia mendengar sebuah suara orang yang menahan tawanya. Kemudian dia membuka matanya, menyadari seorang pria dengan hoodie dan masker, seolah-olah dia tidak ingin wajahnya diketahui ada di sampingnya. Dia mengerutkan dahi karena dia terlihat mencurigakan. Nan tetap disana dan melanjutkan hal yang dia lakukan. Dengan kata lain, dia tidak akan membiarkan orang asing ini merusak momennya.
Beberapa menit kemudian. Nan pikir itu cukup dan dia meninggalkan bangku itu, meninggalkan pria mencurigakan itu. Dia pergi membeli minuman dan mencari tempat lain untuk bersantai.
Sekali lagi, dia duduk di bawah pohon dan menutup matanya.
"Lo tau gak sih kelakuan lo bener-bener kaya orang tua?"
Nan membuka matanya saat dia mendengar suara yang dikenalnya itu. Kemudian dia melihat pria bertudung itu sebelumnya. Nan mengangkat alisnya dan memiringkan kepalanya. Pria itu menurunkan maskernya sedikit dan Nan melihat wajahnya.
"Hah?!" Nan kaget karena pria bertudung sejak tadi itu adalah Din. Nan hampir menarik perhatian dengan reaksinya, sampai Din menghentikannya.
"Sstt!! Alhamdulillah tempat ini tidak ramai pada jam seperti ini" ucapnya sambil mengenakan kembali topengnya.
"Lo ngapain disini!?" tanya Nan masih heran.
"Ini tempat biasa gue buat nyantai. Terus lo, lo ngapain di sini?" Dia mendekati Nan dan duduk disampingnya.
"Yah, sejujurnya gue gatau sih tapi, jalan-jalan buat ngabisin waktu dihari libur itu gak buruk." Kata Nan.
"Oh! lo lagi libur?" tanya Din.
"Iya" jawab Nan.
"Kalau gitu boleh ya gue share tentang sesuatu, dihari libur itu lebih seru dihabisin sama orang lain. Seenggaknya lo harus bawa satu orang." Din menjelaskan sekalian modus.
"Oh ya? Kenapa jadi lo yang jadi kayak orang tua sekarang? haha ." Nan becandain Din.
"Itu pujian kan? Makasih yaa ~" balas Din.
"Haha. Ngomong-ngomong, emangnya lo ga ada kerjaan sekarang?" tanya Nan.
"Enggak, sebenarnya ini hari libur gue juga," jawab Din.
"Barusan gue ga salah denger kan? Kayaknya tadi ada yang bilang kalo hari libur lebih seru kalo ngajak orang lain." Kata Nan sambil menyindir.
"Waw, lo lagi nyindir gue sekarang?" Din tepuk tangan.
"Iyalah. Ada masalah?" Tanya Nan balik.
"Enggak sih, tapi bentar deh, gue punya ide. Gimana kalo gini aja. Gue akan jadi temen lo di hari libur lo ini, gimana?" tanya Din.
"Hah?" Nan bingung dengan Din.
"Hm?" Din memandang Nan seolah dia bertanya Ya atau Tidak.
"Enggak... Maksud gue .. Gue gak keberatan sih, tapi kan lo juga lagi libur, bukannya ada hal lain yang mau lo lakuin sendiri?" tanya Nan.
Dia khawatir tentang waktu privasi Din.
"Gausah khawatir, besok juga hari libur gue tapi gue masih belum ada rencana buat besok," Din tertawa.
"Hm.. Oke kalo gitu... Enaknya kita ngapain nih sekarang? Kayaknya gue udah mulai bosen disini," setelah memikirkannya, Nan setuju dengan Din untuk memutuskan hal berikutnya yang akan mereka lakukan.
"Jujur, hari ini panas banget. Nah .... Oh iya, lo suka lukisan gak?" Tanya Din.
"Yah, suka aja sih" Nan merasa segala sesuatu yang berhubungan dengan seni bisa dia terima.
"Oke, ke galeri lukisan yuk!" Kata Din dengan nada yang semangat.
Nan tersenyum dan entah kenapa dia senang bisa bertemu Din hari ini. Hari itu sangat menyenangkan.