"Hei"
"Oh, akhirnya sampe juga!"
"Iyaa ... Jadi, apa yang mau lo tanyain?" tanya Nan sambil melihat ke skrip yang berserakan di meja.
"Ituloh tentang karakter utama dari 'Artificial Boyfriend' yang lo omongin. Judulnya kaya gampang tapi ini sama sekali gak gampang." jelas Din.
"Oh, soal itu. Jadi gini, gue selalu ngebayangin si karakter utama adalah seorang cowok yang sempurna. Dia agak dingin, kalem dan intens. Dia juga punya visual yang luar biasa, intinya badass banget deh."
"Terus?"
"Dia agak pemaksa, tapi dia sebenernya baik"
"Hm ... Muka dua maksudnya?"
"Ya. Entah gimana lo bisa bayangin, kan?"
"Gue pikir kayanya gue butuh sesuatu lebih dari ini deh."
"Hm ... Oke, gini.. dicerita ini lo punya saingan, si pemeran kedua laki-laki. Dia kebalikan dari lo, orangnya gentle. Nah karakter utama perempuan itu fangirl, lo sebagai pemeran pertama tuh selalu godain dia karna lo tertarik."
"Fangirl yang kayak gimana nih?"
"Dia kebanyakan ngabisin waktunya buat nonton drama, film, dan variety show tentang biasnya. Dan lo mulai tertarik sama dia saat di kafe punya teman lo dan ngeliat dia senyum saat asik sendiri melihat laptopnya. Terus, lo terus perhatiin dia dan kelamaan setelah lo banyak ngeliat dia, dia jadi makin keliatan manis dimata lo." Nan menjelaskan.
Entah bagaimana dia mendapat beberapa ide tentang titik balik cerita setelah menjelaskan kepada Din, dan juga konflik yang terjadi pada karakter satu sama lain. Keberadaan Din disini sangat membantunya. Pertama, dia membantunya melewati masa-masa sulit kemarin, lalu dia membantu mengembangkan naskahnya. Min akan terkejut betapa dia berkembang dengan skripnya.
Din masih membaca naskahnya. Nan memesan makanan sehingga mereka bisa menyelesaikannya sambil makan. Nan sudah menuliskan beberapa poin yang akan dia kerjakan dan dia juga mendiskusikannya dengan Din. Mereka terus membahas naskahnya.
Din tampaknya serius untuk mempelajari karakter tersebut, maka Nan menyarankan Din untuk mencoba beberapa dialog.
"Bakal bingungin kalo gue coba ini sendirian," kata Din
"Yaudah. Kalo gitu, gue jadi lawan lo." jawab Nan.
Kami akan mencoba satu adegan. Adegan ini adalah saat 'Rum' (ML Pertama) meminta (atau memaksa) 'Rin' (FL Pertama) untuk berkencan. Saat Nan merekomendasikan adegan itu, Din menutup matanya dulu untuk masuk ke perannya sebagai 'Rum'. Nan menyadarinya dan dia pikir dia harus mengikuti Din entah bagaimana caranya. Dia membaca baris " Rin" dan menghafal sebanyak yang dia pikir dia butuhkan.
"Jadi, apa kamu maksud kamu tidak bisa pergi denganku?" Kata Rum.
"Iya." Rin berkata dengan tegas.
Din berdiri di depan Nan, meletakkan tangannya disandaran tangan kursi, dia tidak bisa menghindarinya. Kemudian dia menatap mata Nan. Ini cukup membuat Nan terkejut. Dia tidak berharap versi 'Rum' dari Din akan sebagus ini! Nan tetap melanjutkan sebagai 'Rin'.
"Kenapa?" Rum bertanya dengan wajah gelap.
"Aku ada urusan," kata Rin.
Kemudian Din mendekatkan wajahnya dan berbicara.
"Kamu bilang kamu penggemarku, tapi kamu meninggalkanku untuk urusan lain?" Dia bertanya dengan suara tenang dan berat. Nan dapat mendengar nafas Din ketika dia mendekatkan wajahnya ke telinganya. "Apa kau kira aku akan melepaskanmu?" tanya Rum sambil berbisik.
" A - apa maksudmu, kamu tidak akan membiarkanku pergi?" Tanya Rin tergagap.
"Aku akan berada di sini. Tepat di sebelahmu." Kata Rum dengan lembut.
"Uh ... bisakah kau pindahkan tanganmu? Maksudku kita bisa bicara dengan posisi normal." Tanya Rin dengan gugup.
"Tidak, aku akan berada di sini. Kubilang aku tidak akan membiarkanmu pergi." Kata Rum dengan tegas.
Nan tersipu begitu keras karena ini TERLALU SEKSI. Dia tidak percaya dia menulis dialog ini. Nan melanjutkan dialognya.
"Akhh.. baiklah aku akan pergi! Aku akan pergi denganmu!." Kata Rin.
Nan ingin tetap seperti ini selamanya tapi ketegangan ini buruk untuk jantung seorang fangirl.
"D-din ini luar biasa. Gue rasa ini cukup." Kata Nan masih malu karena akting Din.
Din tidak bergerak sedikitpun. Nan mulai berpikir "Apakah dia masih Rum?".
"Din?" Nan menyentuh dadanya dan mendorongnya perlahan. "Lo gapapa?" Tanya Nan.
Din menatap matanya dan begitu juga Nan karen bingung tentang apa yang terjadi pada Din. Suara pintu terdengar, ternyata itu adalah Tap dan Veo. Mereka tercengang. Nan dan Din kaget saat mereka masih dalam posisi saat ini yang akan membuat siapapun salah paham. Itu adalah momen paling canggung dan konyol dalam hidup Nan.