Chereads / RAHASIA DAN MIMPI NAN / Chapter 17 - RUANG FILM

Chapter 17 - RUANG FILM

Seminggu telah berlalu, Nan masih belum bisa menghubungi Din. Tidak apa-apa jika dia marah dan menghindari telepon saya untuk beberapa waktu, tetapi seminggu itu terlalu lama. Nan mulai berpikir bahwa dia melakukan sesuatu yang tidak bisa dimaafkan untuk Din.

"Kayaknya gue harus minta maaf." Nan bertekad. Dia ada janji sore ini di gedung kantor. Besar kemungkinan untuk berpapasan dengan Din disana. Lalu, Nan sengaja pergi ke kantor lebih awal sebelum janji temu. Dia melihat Din masuk dengan manajernya kedalam gedung. Nan mencoba mendekati mereka dari jauh. Ketika Din sedang berbicara dengan manajernya di depan lift, mata mereka bertemu dan Din mengalihkan pandangannya dari Nan. Nan tidak berhasil mendekatinya saat itu, tapi mereka berhenti di lantai yang sama. Nan pergi ke ruang rapat untuk meletakkan barang-barangnya, dia melihat Din berjalan di koridor, dia berteriak, "Din!" Dia mendengarnya menoleh. Ketika dia tahu itu Nan, dia berjalan ke arah yang berlawanan lebih cepat, menghindari Nan. Nan mengira Din tidak akan berbicara dengannya di kantor, "Tapi, apa dia harus ngehindarin gue sebegininya?" Nan sangat terganggu dan dia memikirkan cara lain untuk berbicara dengan Din 4 mata.

Setelah Nan menyelesaikan urusannya di kantor, dia menelpon Veo. Nan menyusun sebuah rencana dan meminta bantuan Veo dan Tap. Nan meminta nomor Tap dan dia mengiriminya pesan. "Hei, Tap. Ini Nan. Gue mau minta bantuan nih," Nan langsung ke intinya. "Oh, boleh. Apa tuh?" Tap bertanya dan Nan menjelaskan situasinya. Dia ingin berbaikan dengan Din apa pun alasannya. Nan menjelaskan rencananya untuk mengatur pertemuannya dengan Din, tetapi dia membutuhkan Tap, yang memiliki lebih banyak jadwal kerja dengannya. Kemudian, Tap memikirkan sesuatu, "Kayknya gue tau waktu yang tepat untuk lakuin ini! Lo bisa ke kafe bernama "Boss" di dekat lokasi syuting gue sama Din besok jam 8 malem dan saat lo masuk, kasih tau stafnya kalo lo mau ke movie room. Gue bakal kabarin pas gue udah dijalan kesana sama Din." Tap menjelaskan dengan detail dan Nan setuju dengan rencana itu.

Sehari setelahnya, Nan selesai kelas dan Veo menunggu didepan kelasnya. "Veo , bukannya kelas lo udah lama selesai? Kenapa lo kesini sore banget?" Nan bertanya dengan bingung. "Gue bakal nemenin lo ke Boss," kata Veo . "Gapapa, gue bisa sendiri kokk." Nan menolak. "Lebih baik kita bareng, gue pengen ketemu Tap." Veo menjelaskan. " Oooooh mau nge-date maksudnya?" goda Nan. "Ah elah! Lo udah sadar, jangan diomongin lagiii! Malu banget gue!" Protes Veo. Nan membuat wajah mengejeknya. Kemudian mereka ke mobil dan pergi ke kafe.

Nan dan Veo tiba di Boss. Nan mengatakan hal yang sesuai dengan yang Tap katakan kepada staff disana. Pelayan mengerti dan membawa mereka ke suatu ruangan. Itu adalah ruang film, tapi mungkin muat untuk maksimal 8 sampai 10 orang. Mereka menunggu beberapa menit dan Tap memberitahu mereka bahwa mereka sedang dalam perjalanan. Setelah itu Veo segera keluar dari ruangan dan Nan menunggu Din.

Dia mendengar seseorang datang. Itu Din. Din terkejut dan mencoba lari kembali sampai Nan memanggilnya dengan nada yang sedih, "D-Din ... Gue salah apa sampe lo gamau ngomong sama gue sama sekali?" Nan menangis. Dia tidak merencanakan ini, tetapi dia tidak bisa menahannya ketika dia melihat Din memunggungi dia dan yang ada diruangan itu hanyalah mereka berdua. Dia pikir dia tidak akan pernah melihat Din yang biasa tertawa bersamanya lagi dan Din yang membantunya melewati masa-masa sulit sebelumnya.

Memikirkan hal itu membuat Nan gemetar ketakutan dan khawatir. Din menatapnya. Nan membuka mulutnya perlahan dan mengatakan sesuatu, "K-kalo lo ga mau gue deket sama lo lagi, lebih baik kita putusin pertemanan ini aja," kata Nan. Din mengepalkan tangannya dan mendekati Nan. Sekarang dia berdiri sangat dekat dengan Nan. Nan takut untuk melihat ke atas karena dia masih gemetar.

Din memegang kedua tangan Nan dan berkata, "Tolong, jangan ngomong kayak gitu." kata Din dengan suara lembutnya. "Tapi, kenapa lo menghindar?" dia masih tidak bisa menatap mata Din. Din menghembuskan napas dan berkata, "Gue punya masalah sedikit, maaf kalo gue bikin lo jadi mikir gitu.". Nan tidak mengatakan apa-apa. Dia melepaskan tangan kiri Nan dan menyentuh pipinya. "Nan, lihat gue." Din menggerakkan wajah Nan perlahan agar mereka bisa saling berhadapan. Nan menatap mata Din dan jantungnya berdetak kencang. Din membuat wajah serius dan mencoba meyakinkanya, "Nan, pertemanan ini sesuatu yang gak akan pernah berakhir! Kalo gue punya kesempatan, gue bahkan bakal ngelangkah lebih jauh!". Nan terkejut dengan apa yang Din katakan, dia bahkan tidak berkedip saat melihat Din. Ekspresi Din semakin lembut dan begitu pula Nan, wajah mereka semakin dekat ... semakin dekat ... dan semakin dekat ...