Obrolan Nan dan Din berlanjut ...
"hahaha benar juga! Ah, gimana kalo kita pesan sarapan terus kita makan sama-sama sambil video call?!" Din menyarankan sarapan melalui video call agar mereka bisa makan dengan nyaman.
"Gue setuju sih kalo gitu." Nan menyetujui saran Din.
"Oke kalau begitu, besok jam 7 pagi, oke?" Din mengkonfirmasi.
"Tentu" kata Nan.
"Sempurna. Selamat malam, Nan! Mimpi indah!" salam Din.
"Lol baiklah, terima kasih. Sampai jumpa besok!" jawab Nan.
Keesokan harinya, Din bangun pukul 6.00 pagi untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Mandi, mengenakan pakaian yang bagus dan nyaman, bahkan menata rambutnya untuk memastikan dia terlihat tampan. Din tahu Nan juga salah satu penggemarnya, tapi dia tidak pernah menunjukkannya dan Din ingin membuat dirinya setampan yang dia tampilkan di TV untuk membuatnya senang. Din membuat sarapan yang cukup sederhana, roti gandum dengan dua telur orak-arik, dan 1 cangkir teh hijau untuk minumnya.
Din mengirim chat kepada Nan, "Gue udah siap nih!". Aneh, biasanya Nan langsung menjawab. Ini jam 7.15 pagi, Din mencoba menelepon Nan, tapi dia tidak mengangkatnya. Din memutuskan untuk menunggu.
2 jam sudah berlalu, tapi tidak ada kabar dari Nan. Manajer Din akan datang dalam 20 menit untuk mengemas barang-barang Din untuk jadwal hari ini. Din mengira Nan mungkin ada sesuatu yang mendesak untuk dilakukan dan akan memberitahunya setelah itu, jadi dia memakan sarapannya sendiri dan membersihkannya.
Melakukan semua aktivitasnya, pemotretan, video komersial, dll. Din terus mengecek ponselnya saat tidak ada rekaman. Din melihat Tan berjalan ke arahnya, mereka telah bertemu beberapa kali dan Din menyapanya. Tan juga melakukan hal yang sama dan berkata, "Sebenarnya lo bisa santai aja sih, kita akan berbagi banyak waktu di serial baru kita nanti." Tan tersenyum lembut pada Din. "Oke, P'Tan. " jawabnya.
"Jadi, gimana kabar lo, Din? Gue denger popularitas lo naik berkembang pesat hanya dalam beberapa hari! Keren banget! " puji Tan.
"Sejujurnya, gue seneng phi.. tapi bosen juga sama jadwal yang nonstop ini," kata Din.
"Ya, itulah kenapa tugas kita itu ngejaga kesehatan tubuh dan pikiran kita!" jawab Tan sambil menepuk bahu Din.
"Terima kasih atas sarannya, P 'Tan! " kata Din
"Gak masalah. Oh, satu lagi. Gue tahu ini dari P'Tol (manajer Din), lo kenal Nan kan? " tanya Tan.
Din tersenyum dengan terpaksa dan dia berpikir. "Kenapa P'Tan nanyain Nan?".
"Ada yang pengen gue omongin sama dia," kata Tan.
Din tidak menjawab, tenggelam dalam pikirannya sendiri, "Apa sih hal penting yang pengen dia omongin sama Nan- nya gue? Terus, sekarang gue sendiri kondisinya belom denger apapun dari dia." Din kesal.
"Din?? Oi, Din! "
"HaH! Oiya, P 'Tan. Maaf, tadi ada sesuatu yang kepikiran," Din meminta maaf.
Tan menepuk bahu Din dan berkata, "Jangan maksain diri, istirahatlah." dan dia pergi.
"Oke, P 'Tan."
Din melihat Tan peduli pada juniornya (Din) dan mengingatkannya untuk beristirahat, tapi Din masih mengkhawatirkan soal Nan. Tidak ada pesan baru atau info tentang dia.
2 hari telah berlalu, masih belum ada informasi dari Nan. Din mulai gelisah. Veo juga tidak mengangkat telepon atau membalas pesannya. Jadi, Din memilih tenggelam dalam pekerjaannya tanpa henti agar dia tidak terlalu memikirkannya.
"Nan, lo dimana?" pikir Din dalam kekhawatirannya. Dia merasa matanya penuh dengan air. Dia menyekanya sebelum jatuh.
P 'Tol mengantar Din pulang dan merasakan Din banyak diam selama 2 hari terakhir. Jika dia tidak tertidur, dia akan menatap ponselnya dan tidak akan berbicara jika tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.
"Din, kamu baik-baik saja?". P 'Tol khawatir.
"Oh iya, aku gapapa kok. Terima kasih tumpangannya, P 'Tol. " Din melambaikan tangannya dan berjalan ke apartemennya.
Din pulang dan langsung tidur. Keesokan paginya, dia bangun jam 6 pagi dan pergi ke dapur. Din membuka lemari es dan meminum infuse water untuk kesehatannya. Dia memperhatikan telur-telur yang ada di kulkasnya dan teringat bahwa saat dia akan sarapan dengan Nan. Dia kehilangan nafsu makan seketika, Din melewatkan sarapan, dan pergi jogging sendirian. Dia berlari di sekitar apartemennya berharap dia bisa menenangkan dirinya dan segera kembali setelah bersiap untuk bekerja.
Din bekerja sampai larut malam. P 'Tol tidak tahan melihat Din bekerja terlalu keras dan berbicara dengan Din, "Din, aku sudah memikirkannya dengan seksama." Kata P 'Tol. "Apa tuh?" Din bertanya dengan bingung. P 'Tol bernafas dengan keras, "Untuk besok, jadwal akan ditunda."
"Hah? Kenapa? Dadakan banger. Gak, aku gak mau! " Din langsung menolak.
"Istirahat aja, ya? Tolonglah.." P 'Tol berbicara untuk kebaikan Din dan Din menolak tawarannya terus-menerus.
"Enggak! Phi gak liat? Aku bekerja keras selama minggu ini. " tetapi P 'Tol memaksa Din dan langsung memarahinya dan menjelaskan mengapa dia memaksa Din untuk beristirahat,
"Aku bisa lihat kalo kamu itu kerja terlalu keras. Aku gak tahu apa yang kamu pikirin, tapi jangan terlalu keras sama diri sendiri! Anggap saja ini sebagai hadiah atas kerja keras kamu minggu ini! Gak ada protes lagi, oke?" P 'Tol berkata dengan tegas.
"..." Memikirkan tentang apa yang dikatakan P 'Tol, Din berhenti membantah dan mengangguk. P 'Tol berdiri dan mulai bersiap menghubungi klien untuk esok hari. Din menghembuskan napas dan menyandarkan kepalanya sejenak untuk melanjutkan pekerjaannya. Pemotretan hari itu tidak terasa menyenangkan seperti biasanya dan melambai-lambaikan tangan kepada para penggemarnya saat berjalan ke mobil terasa melelahkan.
"Mungkin, ini karna gue punya terlalu banyak perhatian padahal sebenarnya gue cuma butuh satu."
Din mulai memikirkan bagaimana dia akan menghabiskan hari liburnya besok. Terakhir kali Din libur, dia menghabiskan seluruh waktu bersama Nan, menghiburnya. Itu bukan untuk dirinya sendiri, tapi dia bersenang-senang saat itu.
Din tiba di pintu depan rumahnya dan menyadari bahwa dia mendapat pesan. Dia terkejut setelah dia memeriksa notifikasi pop-upnya dan mengkliknya tanpa berpikir. Din tidak percaya Nan hanya mengiriminya pesan. Nan hanya mengirimkan beberapa kata dan itu adalah instruksi.
"Naiklah ke rooftop,"
Din membaca instruksinya dan pergi keatas melalui tangga darurat, awalnya dia akan naik lift tapi butuh waktu lama untuk menunggu. Din hanya ingin melihat wajah Nan secepatnya. Din mencapai pintu depan ke atap dan dia membukanya. Cahaya yg sangat terang mengenai wajahnya sampai Din harus menutup matanya untuk sesaat.