Chereads / RAHASIA DAN MIMPI NAN / Chapter 25 - AKHIR DARI LIBURAN SINGKAT

Chapter 25 - AKHIR DARI LIBURAN SINGKAT

"Oi Nann!" Din mencoba membangunkan Nan.

"..." Din hanya mendengar nafasnya yang tertidur dan dia memanggilnya lebih keras, "Naan!"

"Hmm… Kenapa? Kita belum sampe kan? " Nan masih terkantuk dan belum membuka matanya.

"Tetap aja, matahari terbenam terlihat sangat bagus dari jalanan ini! Lo harus liat ini!"

Nan membuka matanya dan melihat matahari terbenam di sisi kanan mobil. Warna matahari terbenam yang terpantul di air laut membuatnya langsung tersenyum dan bersemangat. "Whooooaaaah!" seru Nan.

"Hahaha keren kan? Kita ada diwaktu yang tepat waktu buat ngeliat ini! "

"Ini yang lo rencanain? Kayaknya ini bukan hukuman buat gue deh. "

"Yang gue mau itu lo nemenin gue, bukan buat ngebales tauu." Kata Din.

"Aw, baik banget sihhh ~" goda Nan.

Din tertawa sedikit saat Nan menggodanya. Matahari terbenam di belakang Din membuat pemandangan yang indah dan sangat cocok dengan penampilan Din. "Din, gue boleh motret lo gak? Ini bagus banget"

" Apanya yang bagus? "

"Lo sama background sunset-nya ... dan lautnya juga" Nan tidak tahu tapi dia merasa agak malu mengatakan itu.

"Boleh, kenapa harus tanya?" Dia melirik Nan dan berpikir bahwa pertanyaannya tampak konyol.

"Ya gue pikirin privasi lo aja sih. Mungkin, lo gak mau difoto karna lo artis?" Nan tertawa sedikit.

"Berlebihan banget deh, lo kebanyakan nonton drama sih. Orang-orang tuh jadi artis karena mereka ngerasa luar biasa ketika dapet banyak perhatian! " jelas Din.

"Iyalah gue nonton banyak drama, itu mimpi gue tau!." kata Nan.

"Tapi, akan terjadi kan?" tanya Din dengan segala kepercayaannya pada Nan.

"Gue harap ini bakal jadi mimpi yang sukses! Oh iya, gue potret lo sekarang ya, "

" Gue yakin sama lo! "

Nan senang melihat hasilnya fotonya. Din terlihat tampan dan matahari terbenamnya terlihat sempurna. Kemudian Nan terus memotret beberapa foto di jalan.

Din memarkir mobil dan memberitahu Nan bahwa ini perhentian pertama, Pantai Pattaya. "Apa yang kita lakukan di sini?" tanya Nan.

"Aku ingin mencelupkan kakiku ke dalam air," jawab Din.

Nan mengikuti Din dan berencana untuk hanya mengawasinya, tetapi Din memaksa Nan untuk memasukkan kakinya ke dalam air. "Ayolah! Cuma kaki lo doang kok! " Din meraih pergelangan tangannya dan menariknya dengan lembut.

Menurut Nan, mencelupkan kakinya ke air seperti Din adalah ide yang bagus. Itu menenangkan. Dia merasakan pasir dan air membelai kulitnya.

"WOOOOOAAAAAAAAAAAAA !!!!!!!!" Din berteriak kearah laut.

Nan kaget. Din berteriak seperti orang gila di atas karang di sampingnya.

"Kenapa?? Ayo ikutin! WOOOOOAAAA !!! " kata Din

Nan tertawa terbahak-bahak melihat sisi Din yang baru. Nan mengikuti untuk berteriak seperti Din. "Ini bagus banget buat ngilangin stres!!" kata Din keras karena suara ombak semakin besar. "Ya!! Ini luar biasa !! " kata Nan mengangkat tangannya ke udara.

Tiba-tiba gelombang besar datang dan Nan dan Din basah kuyup.

* WHOOOSHH !!!

Mereka tidak melihat itu datang kearah mereka. Ada jeda lama saat mereka salang menatap diri mereka yang kebasahan. Nan tertawa terbahak-bahak, Din terhibur oleh respon Nan dan tertawa bersamanya. Pakaian mereka basah semua.

"Sial, dingin banget." Nan menyilangkan lengannya untuk menghangatkan diri.

"Bentar, kayaknya gue punya handuk," Din pergi ke mobil untuk mengambil handuk.

Dia kembali dan meletakkan handuk di kepala Nan lalu menggosok rambutnya. Din duduk di sampingnya, menghela nafas panjang. "Hahh ... Gue gak nyangka kita bakal sial kayak gini, sorry ya."

"Haha santai aja, ini seru banget kok! Kita bisa jalan-jalan sampai baju kita kering. " saran Nan.

"Lo mau sakit hah?" tanya Din dengan memikirkan ide knyolnya Nan.

"Nah, gue tuh sakit cuma sekali dalam setahun dan dan gue udah sakit bulan lalu." Nan menjelaskan alasannya dan Din terkekeh, "Gimana caranya gue percaya coba? Lol "

"Gue seriuss, gue tau itu dari gue umur 11 tahun dan ayah gue aja tau, "Nan menjelaskan waktu sakitnya yang agak aneh.

Din tertawa. Dia masih tidak bisa mempercayainya meskipun dia mengatakan bahwa itu benar.

"Sebenarnya, Pattaya selalu menjadi tempat buat gue setiap kali gue perlu stress-relief dari sejak gue tinggal di Thailand."

"Ohh, gitu ... Tunggu. Lo bukan dari Thailand? " tanya Din karena ini adalah pertama kali dia mendengarnya.

"Ya… Gak ada darah Thai sama sekali di gue. Gue 100% orang Indonesia. Gue pindah ke sini 5 tahun yang lalu. " jelas Nan.

Din terus bertanya tentang bagaimana Nan saat itu dan Nan terus memberi tahu Din. Din senang mengetahui lebih banyak tentang Nan. Dia tidak tahu bahwa Nan bukan orang Thailand.

"Sejujurnya lo adalah orang kedua yang tahu tentang ini selain Veo"

"Kedua…" Din cemberut.

"...?" Nan bingung kenapa Din berekspresi begitu.

"Gak gapapa kok!"

"sorry, gue banyak omong ya." kata Nan.

"Yah, menyenangkan melihat Nan yang tidak biasa." kata Din lalu Nan sudah tidak merasa sedingin sebelumnya, "Oh! Kayaknya baju kita udah cukup kering! Mau makan sesuatu gak? Gue tau tempat yang bagus. " kata Nan.

Lalu Nan menunjukkan jalannya. Itu adalah restoran hotpot tepi pantai, hanya beberapa orang yang makan di sana. Itu tempat yang sempurna untuk Din, jadi dia tidak akan ketahuan. Nan dan Din memesan makanan mereka dan sambil menunggu makanan mereka, Din memberikan sebuah kotak kecil dan memberikannya untuk Nan.

"Apa ini?" Nan bertanya.

Din masih memgang kotak hadiah yang akan dia berikan pada Nan, "Ini hadiah buat lo." katanya.

"Kenapa?! Ini kan hari ulang tahun lo! Harusnya lo yang nerima hadiah. " kata Nan.

"Nan, gue punya hadiah yang gak keitung jumlahnya, kali ini gue mau ngasih dari pada nerima." jawab Din.

"Lo mau ngasih hadiah sama teman-teman lo? Buat penggemar lo juga?" tanya Nan karen dia pikir itu agak aneh.

"Ya, lebih seperti tanda mata aja sih." jawab Din

"Kalau begitu gue ambil ini yaa," Nan mengambil kotak itu dan membukanya.

Nan sangat terkejut dan tercengan. Kalungnya begitu indah.

"Ini terlihat sederhana, dan menurut gue ini lo banget! Gue mikirin lo pas gue liat ini, terus gue langsung beli. "

"Makasih yaa! Oh iya, gue juga bawa hadiah buat lo! " Nan mengambil sesuatu dari tasnya.

Itu juga sebuah kotak tapi lebih besar dari yang diberikan Din pada Nan.

"Wuoww !!" Din langsung pergi untuk mengambilnya tetapi Nan tidak membiarkannya.

"Kayaknya lo baru aja bilang 'ngasih daripada nerima' di tahun ini,"

"Tapi kan, itu udah lo beli buat gue. Sia-sia dong kalo gue gak nerima! " Kata Din.

Nan tertawa dan memberikan hadiah itu pada Din. Din langsung membukanya. Itu adalah jam tangan yang bagus dengan wrap kulit yang terlihat mahal.

"Lo suka gak?" Nan bertanya.

Din tersenyum dan mencoba menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca, "Iya, gue suka bangettt! Makasih, Nan!" Din mengalihkan pandangannya ke Nan dan Nan tersenyum. Makanan datang dan mereka mulai makan malam.

Setelah mereka menikmati hotpot tepi pantai yang lezat, perjalanan pulang. Sudah larut, Din mengantar Nan ke rumahnya.

"Makasih buat hari ini! Selamat Ulang Tahun, Din!!" Nan tersenyum bahagia padanya dan jantung Din berdegup sangat kencang. Dia memutuskan untuk melakukannya sekarang.

Saat Nan hendak keluar dari mobil, Din meraih tangannya. Nan mengerti bahwa Din belum ingin Nan untuk pergi, jadi dia kembali dan duduk di dalam mobil. "Kenapa? Lo pengen ke tempat lain? " tanya Nan.

Din menghela nafas berat dan berkata, "Jujur, kalo gue bisa gue bakal ngelakuin itu, tapi ada hal yang lebih penting sekarang,"

"... Hm?"

"Uh… sebenarnya gue mau ngomong sesuatu. Kayaknya lo gak sadar, jadi gue harus ngomong duluan. "

"???" Nan kebingungan dan bertanya-tanya apa yang ingin dikatakan Din.

Din mulai berbicara, "Nan, g-gue..." Mata Nan melebar, rasa panas naik dari perut ke telinganya, dan jantungnya berdegup begitu kencang. Din memandang Nan dan melanjutkan kalimatnya,

"Gue suka sama lo, Nan."