Nan menekan bel pintu ketika mereka tiba di depan pintu rumah Din. Nan dan Veo sudah membawa banyak minuman. Din membukakan pintu dan mempersilahkan mereka masuk.
Nan mengira tempat Din akan bagus dan mewah, tapi kenyataannya dia memiliki rumah yang nyaman dengan ukuran yang besar. Lantai berwarna terang, karpet bulu abu-abu yang ditata di bawah cocok dengan meja kecil putih di depan ruang TV. Furnitur berwarna terang dengan percikan warna abu-abu di sekelilingnya sangat cocok untuk Din. Ini pertama kalinya Nan melihat Din dengan pakaian rumahnya, kaos oversize dengan celana track. Di mata Nan, Din tetap terlihat keren dengan gaya itu.
"Wah, Din! Kenapa lo pesen sebanyak ini?! " tanya Veo dengan kaget.
"gue gatau kalian mau makan apa, jadi gue pesen semua yang ada di menu," jelas Din.
"Kita sebenernya bisa makan apa aja sih, tapi ini luar biasa!! Gue bakal makan banyak, Makasih! " Nan duduk, siap untuk menyantapnya.
"Oke… Oh, kalian beli minuman?" Din melihat Veo membawa tas belanjaan.
"Iya, lo ngundang tiba-tiba jadi cuma ini yang bisa kita bawain." Veo memberikan tas itu kepada Din dan Din menerimanya, "Gausah repot-repot, gue yang minta maaf atas undangan yang tiba-tiba."
"Yah, gue gak keberatan dan gue yakin Nan juga gapapa kok!"
"Iya, santai aja!" jawab Nan sambil mengunyah makanannya.
Din terkekeh melihat Nan ceria yang makan dengan sangat baik sambil merapikan minuman dan Veo memberikan tatapan tak berdaya kepada temannya yang sangat menyukai makanan. Mereka duduk di atas meja dan menyantap makan malam. Sambil makan, Nan bertanya. "Ngomong-ngomong, kenapa lo tiba-tiba ngundang kita buat makan malam, Din?"
"Gapap sih, gue bosen aja, " Din tampak malas menjawab pertanyaan itu, tapi Nan terus bertanya dengan tatapan mengancam, "Ini tentang kejadian hari ini ya?"
"bisa jadi, tapi gue pikir kalo hal kayak gitu terjadi, Itu berarti gue perlu relaksasi atau seenggaknya ngobrol santai sama orang lain. "
"Hah? Emangnya hari ini kenapa?? " Veo tidak tahu apa yang terjadi hari ini karena dia telah membantu tim produksi untuk lokasi syuting yang lain.
"Kita harus kasih tau dia tentang hari ini?" tanya Din pada Nan.
"Hah gimana, gimana? Kita?" Veo mengacu pada kata 'Kita' yang digunakan Din dan Nan untuk menjawab Veo, "Maksudnya hari ini juga ada sesuatu yg terjadi sama gue tadii,"
"Emangnya ada apa? Jawab sekarang! Gue gak tahan ada di luar pembicaraan gini! " ujar Veo.
Kemudian Nan dan Din menjelaskan kepadanya apa yang terjadi hari itu tentang situasi dan detailnya. Kemudian Veo memberikan beberapa pendapatnya bahwa dalam kehidupan ini orang pasti akan bolak-balik baik untuk pekerjaan atau kehidupan pribadi dan terkadang keduanya terkait yang membuatnya lebih sulit untuk ditangani.
"Yah, kalo gitu sih kita memang harus jalanin dan terus maju dengan perubahan dan pilihan yang lebih baik lagi sih kedepannya," kata Veo sambil meminum cola-nya. Nan dan Din bingung dalam diam, menatap Veo. Kemudian, mulailah membuat percakapan lelucon untuk mengejeknya,
"Lo denger apa yang gue denger barusan kan?" Din bertanya.
"Kayaknya iya, gue pikir salah sama kuping gue." Nan terkekeh.
Veo tertawa dan begitu pula Nan dan Din.
Din memulai pembicaraan tentang Nan yang sebenarnya orang dari luar Thailand, "Oh! Kalau dipikir-pikir, baru-baru ini gue baru tahu kalo Nan berasal dari Indonesia. "
"Ya benar. Dia udah disini hampir 6 tahun. "
"Dan lo kenal dia sejak saat itu?"
"Enggak, sebenarnya gue kenal dia dari umur 7 tahun,"
"Hah?! Emang iya?" Nan kaget, dia tidak tahu kalau dia pernah bertemu Veo di usia itu.
"Seperti yang diduga, dia gak ingat sama sekali," kata Veo.
"Dia gimana pas umur segitu?!" Din bertanya dengan semangat dan Veo dengan senang hati menceritakan semua tentang Nan.
"Oh, lo harus tau gimana dia pas umur 7 tahun! Walaupun dia kayak gini sekarang, gue dulu ngira kalo dia cowok, "
" HAH?! HAHAHA YANG BENER? !! ASTAGA INI LUCU BANGET " Din tertawa terbahak-bahak dan Nan meneriaki Veo dengan marah, "VEOOOO! BISA DIEM GAK SIHHH!!!"
"Dia punya gaya ranbut anak laki-laki dan wajahnya agak kotor saat itu! Gue tau Nan itu cewepas ayah gue ngasih tau kalo Nan akan tinggal di Thailand."
"Duagh!!" Nan memukul punggung Veo dengan sangat keras hingga membuat suara yang keras dan terdengar menyakitkan.
Din berhenti tertawa dan terus bertanya tentang Nan, "Ayah kalian berdua saling kenal?"
"Ayah kami awalnya rekan bisnis, tapi mereka menjadi dekat dan sahabatan setelah selesain bisnisnya di Jakarta," Nan menjelaskan.
"Dan saat dia datang, tidak ada bedanya dengan Nan yang berusia 7 tahun. Dia memiliki potongan rambut yang kekanak-kanakan dan kotoran di wajahnya. "
"Itu karena kue yang gue makan di pesawat, sialan!" Nan cemberut.
Din terkekeh. "Kenapa lo lucu banget sih, Nan ?? Itu cumah hal yang biasa aja sih tapi kalo gue pikir-pikir lucu juga haha"
Nan kesal dan mencubit hidung Din, "Seneng banget lo ya ???" menarik hidung Din. "Aduh! Aduh! Hahaha!" Din tertawa kesakitan.
Veo senang melihat kedekatan mereka, tapi tiba-tiba teleponnya berdering. Itu adalah panggilan dari rumah. Dia mengangkat teleponnya dan menerima kabar bahwa bibinya akan melahirkan. Veo kaget karena ini kelahiran 2 bulan lebih awal. Ibunya memintanya untuk segera menjemputnya untuk pergi ke rumah sakit.
Veo memberi tahu Nan dan Din bahwa dia harus menjemput ibunya dan pergi dengan terburu-buru. Nan tercengang karena dia juga tidak bisa berbuat apa-apa dalam situasi itu. "Gue pulang naik taksi aja nanti," Nan menemukan cara untuk pulang tanpa Veo. Din melihat ke jam dan bertanya, "Lo serius? Di jam ini? ".
Sudah larut, jam menunjukkan hampir jam 2 dan itu adalah waktu yang cukup berbahaya untuk pergi dengan taksi sendirian, terutama untuk wanita.
"Um… maaf kalo gue kurang sopan, tapi lo bisa anter gue pulang gak?"
Din menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya, "Itu juga yang sgue pikir barusan, tapi mobil gue dibawa P'Toll hari ini,"
"..."
Nan dan Din tidak memiliki pilihan lain, kecuali tetap tinggal sampai matahari terbit di rumah Din. Itu sangat canggung. Tanpa sadar, Veo meninggalkan dua orang yang memiliki perasaan satu sama lain. Din yang memiliki perasaan pada Nan dan Nan yang baru saja mulai membuka hatinya untuknya.