Nan POV sejak sarapan yang dijanjikan.
Hari itu adalah hari pertama Nan mengalami menstruasi dan dia akan mencatat tanggalnya. Ketika dia melihat kalender, dia menyadari bahwa Agustus akan segera berakhir dan ulang tahun Din akan datang awal bulan depan. Nan panik karena dia belum menyiapkan apapun.
Dia menelepon Veo untuk meminta nasihat.
"Veo! Ulang tahun Din ternyata sebentar lagi, gue harus gimana nih?! "
"Hah? Lo udah nyiapin hadiah? " tanya Veo.
"Itu masalahnya! Gue lupa." Kata Nan.
"Lol. Gimana bisa lupa sih? Kayak bukan lo aja! Lo dulu ngerayain aktor favorit lo sama fanclub loh! "
"Apa menurut lo gue bisa ngeliat chat grup itu belakangan ini?" tanya Nan dengan sinis.
"Oh, iya juga sih! Lol " Veo tertawa.
"Hmm gimana kalau gue ngadain pesta buat Din?"
"Gapapa sih kayaknya. Tapi, lo bisa nyediain waktu untuk itu? " tanya Veo.
"Hm .." Nan berpikir.
"Oke, gue bantu deh. Tapi bantu dikit doang ya."
Veo telah berpikir untuk membuat Nan melakukan lelucon rendahan untuk Din. Dia berpikir jika Nan menghindarinya untuk beberapa waktu, itu akan membantunya menyadari perasaannya yang lebih dalam terhadap Nan. Karena Nan bodoh mengenali hal seperti ini, Din seharusnya menjadi orang pertama yang melangkah maju.
"Ini ide gue, lo harus ngehindarin dia sampe hari H." saran Veo.
"Hah?? Kenapa?" Nan bingung dengan saran Veo saat itu.
Veo tersenyum dan bilang, "Lelucon itu selalu ninggalin kenangan, gak sih?"
"Kayaknya engga sih, gue pikir itu malah bakan bikin dia kesel." setelah Nan memikirkan skenario yang dibuat oleh Veo.
"Yah, gue pikir juga gitu sih, tapi dia bakal senang banget pas ketemu lo lagi dan semua orang di pesta yang lo siapin buat dia! Lo pengen dia seneng kan? " ujar Veo.
"Iyalah, tapi..." Nan ragu.
"Udah, percaya aja sama gue! Gue yakin dia gak akan marah. " hasut Veo.
"Tapi besok gue ada janji sama Din!" kata Nan.
"Bagus, ghostingin dia." kata Veo sambil tertawa.
"HAH ?!" Nan kaget.
"Nan, percaya sama gue. Orang-orang tuh makin deket setelah konflik." kata Veo.
"..."
"Nan?"
"Veo, kadang gue gak ngerti lo ngomong apa."
"Hahaha Oke, udah ya. Kacangin dia, oke? " Veo mengingatkan Nan lagi sebelum menutup telfonnya.
"iya.. iyaa.."
Kemudian Nan benar-benar mengacuhkannya seperti yang dikatakan Veo. Dia melihat obrolan dan panggilan terus berdatangan. Dia benar-benar ingin mengangkat tapi menahannya agar dia bisa fokus menyiapkan segalanya untuk pesta Din.
Nan tetap bekerja dan menghadiri kelas seperti biasa, tetapi meluangkan waktu untuk melakukan persiapan pesta. Dia datang untuk menyewa tempat di kondominium atap Din. Nan juga mendapat bantuan dari Tap untuk mengundang beberapa teman dekat Din. Nan tetap berhubungan dengan P 'Tol sehingga mereka tidak bertemu satu sama lain dan dia melakukan dekorasi dan persiapan di tempat dengan Veo. Sambil menunggu yang lain, Veo bertanya pada Nan, "Bagaimana rasanya 3 hari ini?"
"Lebih sibuk dari biasanya," jawab Nan.
"Maksud gue, apa lo ngerasa gak nyaman atau terus mikirin orang yang sama berulang kali? Hm?" tanya Veo lebih spesifik lagi.
"Um… kayaknya enggak deh. Gue terus mikirin kerjaan sama persiapan ini, sih. "
"Bentar? Emang menurut lo ini semacam kerjaan gitu? " tanya Veo dengan bingung.
"Bukan, tapi ini emang butuh banyak hal untuk disiapin. Ini buat Din jadi gue harus ngelakuin ini, ini hal yang wajar sih." jawab Nan.
Veo memasang senyum palsu dan menghela nafas panjang, "Gue yang nanya sama lo, kenapa gue yang kesel ya?" Veo kesal.
"Lo ngomong sama gue?" tanya Nan dengan polos
"..." Tatapan putus asa Veo tertuju pada sahabatnya.
******
Keesokan harinya, saat Nan menyuruh melakukan apa pun yang diminta Din. Nan akan menemani Din di hari liburnya.
Nan selesai dengan pertemuannya dan Din menjemputnya.
"Yo!" Din membunyikan klakson dan memanggil Nan yang mencarinya. Nan masuk ke mobil Din.
"Gimana rapatnya?" Din bertanya.
Nan memberi tahu Din bahwa pertemuannya sedikit lebih tegang dari biasanya. Nan harus memastikan bahwa seluruh bidang berjalan selaras dengan baik.
"Nah, selain itu gue cukup yakin soal ini, tapi masih khawatir sama proses yang bakal gue jalanin di lapangan."
"Gak ada yang salah kalo lo ngerasa khawatir. Semua orang bersenang-senang untuk pertama kalinya, itu bakal baik-baik aja kok!" Din menyalakan radio untuk membuat Nan merasa rileks. Nan mencondongkan kepalanya ke belakang dan menghembuskan napas.
"Yah, oh iya, kita mau kemana?" Nan penasaran karena Din tidak memberitahunya.
"Ke suatu tempat." jawab Din.
"Oh ayolah! jawab gak! " kata Nan agak memaksa.
"Nggak!" jawab Din dengan tegas.
"Akh ... Beteee" kata Nan.
"Hahaha istirahat aja, kesana bakal makan waktu lebih dari satu jam!" kata Din
"Yaudah, terserah!" Nan meminum teh yang dibawanya dari kantor dan terlelap setelah itu.