Chereads / RAHASIA DAN MIMPI NAN / Chapter 21 - PEMBACAAN NASKAH: SELURUH PEMAIN PERAN

Chapter 21 - PEMBACAAN NASKAH: SELURUH PEMAIN PERAN

Seminggu telah berlalu sejak pertemuan terakhir dengan Taw dan Min. Hari ini, Taw memberi tahu Nan untuk jadwal selanjutnya. Jadwal yang dikirim Taw jauh lebih terperinci, berisi rencana rinci untuk setiap kegiatan dari seluruh kegiatan yang akan datang. Mulai dari waktu, durasi, penanggung jawab, topik, dan bahkan perlengkapannya. Telah diputuskan bahwa pemain perannya adalah:

Din Vachikorn sebagai 'Rum'

Nin Suraknha sebagai 'Rin'

Tan Wirathan sebagai 'Det'

Nam Tipnaare sebagai 'Wild'

Jadwal dari Taw diberikan kepada semua staf dan tim pemeran, termasuk Rom, Manajer Produksi. Seharusnya Nan menjadi salah satu orang yang memimpin rapat, maka Nan meminta saran dari Rom untuk rapat selanjutnya. Rom secara pribadi berpikir Nan harus secara aktif memberikan instruksi dan pendapat kepada para pemain.

Nan tahu hari dimana dia harus memimpin rapat akan datang, tapi dia masih gugup mendengarnya langsung dari Rom. Mengikuti saran Rom, Nan membuat beberapa persiapan untuk pertemuan itu. Mencatat poin dari semua yang perlu dia singgung dan hari itu datang tanpa disadari.

Nan datang ke ruangan rapat. Di depan seluruh pemain dan tim, Nan merasakan detak jantungnya semakin cepat dan keringat mengalir dipelipisnya. Dia duduk di samping Rom dan begitu pula Din.

Din duduk di pojok sisi kiri, tepat disamping head table. Din menemukan ekspresi wajah Nan dan menyadari kegugupan Nan. Din menyentuh tangan Nan di bawah meja, meremas, menepuk, dan melepaskannya. Nan mendapatkan keberaniannya dari Din dan itu menenangkannya. Nan merasa lebih baik setelahnya, berkat Din. Nan sekarang fokus pada catatannya dan siap memulai rapat.

Bagian pertama berjalan dengan baik. Nan membuka pertemuan dan memperkenalkan dirinya bersama dengan staf dan pemeran lainnya. Nan menjelaskan cerita, karakter, interaksi, dan hal-hal penting lainnya yang perlu diingat oleh semua pemeran.

Setelah Nan menjelaskan bagian pentingnya, Taw menginstruksikan pemeran utama pria dan wanita untuk membaca salah satu dialog adegan. Kemudian, perhatikan bagaimana mereka memainkan peran yang telah ditugaskan kepada mereka.

Din menjadi jauh lebih baik dari latihan terakhir kali dengan Nan. Dan Nin memang berpengalaman dalam akting, dia bisa membawakan bagian yang sulit dengan sangat baik. Adapun Tan dan Nam, mereka sudah berteman sebelum proyek ini dan memiliki banyak pengalaman di dunia akting. Nan secara pribadi berpikir itu bagus karena persahabatan mereka dapat membantu kemistri mereka dalam serial ini.

******

Seusai kegiatan, rapat Pembacaan Naskah sudah diakhiri dan ditutup dengan penjelasan Rom untuk jadwal yang akan datang untuk mengingatkan semua tim, tahap selanjutnya adalah shooting. Beberapa orang pergi untuk mengejar jadwal lain hari itu dan beberapa mengistirahatkan diri. Nan dan Min mendiskusikan beberapa bagian dari adegan yang akan datang sambil berjalan keluar ruangan dan ada Tan. Tan ada di depan kamar dan menyapa mereka.

"Pa!" (artinya 'Bibi' dalam bahasa Thai)

Nan terkejut. Nan memandang Tan dan mengalihkan pandangannya ke Min. Min terkekeh dan menjelaskan sambil memperkenalkan Tan sebagai keponakannya.

"haha! Nan, sebenarnya Tan adalah keponakanku. Akulah yang membawanya ke industri ini." Min memegang bahu keponakannya dan Tan tersenyum.

Nan gugup dan berharap Tan tidak mengingat apa yang terjadi di lift di depannya terakhir kali. Nan mencoba bertindak secara alami.

"Oh begitu… , kau memang memiliki mata yang bagus, P'Min!" Jempol untuk Min dari Nan. Nan mengalihkan pandangannya ke Tan dan berkata "Senang bertemu denganmu, Tan!".

"Senang bertemu denganmu juga, Nan!" Tan menanggapi dengan baik.

Nan kesulitan mengontrol ekspresi wajahnya setelah dia mendengar suara Tan. "Tan sangat tampan dan kedengarannya bisa diandalkan! Bertemu dengannya secara langsung sangat berbeda saat aku melihatnya dari serialnya!" Pikiran Nan menjadi liar. Sepertinya jiwa fangirl Nan bekerja dan berjuang untuk tetap tenang di depan Tan.

"Kita pernah bertemu sebelumnya, Pa!". Tan memberi tahu Min di depan Nan yang kebingungan. Min menatap Nan, Nan sadar dan menjawab secara alami, "Ya". Dan dengan wajah polos Tan tiba-tiba berkata, "Tapi, kau kabur saat itu ..".

Nan tidak percaya apa yang baru saja dikatakan Tan di depan Min karena itu tidak terdengar profesional sama sekali. Nan bisa merasakan tatapan tajam Min dari sampingnya. Tan kemudian melihat wajah bibinya dan menyadari dia mengatakan sesuatu yang tidak pantas tetapi dia tidak mengatakan apa-apa.

"Nah, lalu apalagi yang perlu kita bicarakan, P'Min? Jika tidak ada, aku akan permisi dulu." Nan mencoba melepaskan diri dari situasi itu. "Oh, tidak apa-apa kamu bisa pergi sekarang. Aku akan meneleponmu jika ada sesuatu yang mendesak." Kata Min. Nan menyapa mereka dan pulang dengan Veo.

"Bagaimana dengan Tap? Gue denger dia bakal pergi buat urusan bisnis." Nan bertanya pada Veo saat mereka dalam perjalanan pulang.

"Ya, gapapa. Gue mutusin untuk nunggu dia." Veo tersenyum sedikit. "Kayaknya gara-gara Tap, teman gue akhirnya serius tentang sesuatu." Nan lega mendengarnya dari Veo. "Lo ngejek gue ?!" Veo kesal. Nan tertawa mengetahui Veo kesal.

Nan tiba di rumah. Merapikan barang-barangnya dulu dan mandi. Ketika dia berbaring di tempat tidurnya, dia ingat Veo dan Tap. Dia pikir mereka sangat beruntung seolah-olah menonton kisah BL sungguhan, Sungguh menyakitkan melihat mereka akan terpisah satu sama lain. Nan iri pada mereka, tapi dia berharap semuanya akan baik-baik saja untuk mereka. Nan bertanya-tanya bagaimana rasanya memiliki seseorang untuk dicintai seperti itu.

Menyukai dan menyayangi bisa menjadi bagian dari keluarga atau persahabatan, tapi cinta sama sekali tidak dikenal oleh Nan. Bagaimana orang bisa dibutakan oleh cinta?

'Kling!' notifikasi muncul. Nan memeriksa teleponnya dan melihat pesan itu.

"Lo udah gapapa sekarang?" Din tampaknya mengkhawatirkan Nan.

Nan tersenyum dan membalas, "Menurut lo gimana?".

"Ya gimana caranya gue tau hah??" Din kesal karena Nan menjawabnya dengan pertanyaan lain.

Nan tertawa dan menggoda Din lagi. "gue udah gapapa sekarang setelah ngeliat 'Rum' keren banget hari ini!" Nan merujuk pada kinerja Din saat tadi dirapat.

"Ohooo seperti yang lo harepin dari gue kannn!" Din membual tentang penampilannya.

"Maksud gue 'Rum' yang keren, bukan lo, Din." Nan tidak setuju.

"Tapi, 'Rum' itu kan gue!" Din kesal.

"Nggak, bukan," Nan masih tidak setuju.

"Jadi, lo lebih suka 'Rum' dari pada gue ?!" Din mulai kesal, tapi Nan hanya mengutarakan pikirannya, "Gue cuma ngira 'Rum' itu pria yang diimpikan semua cewek dan yang menciptakan 'Rum' itu, gue."

Din menghela nafas panjang. "Haaaahh perjalanan gue masih panjang kayaknya,"

"Hmm?" Nan bingung.

"Pantes aja Veo sering nepuk punggung gue dan berusaha nyemangatin gue!" Din tertawa.

"Hah, maksudnya? Veo? Nepuk punggung lo? Emang lo punya masalah kerjaan?" tanya Nan dengan polos.

"Ini persis yang dia maksud! Nggak, gapapa, kerjaan gue gak ada masalah kok. Ayo tidur udah malem!" kata Din.

"Hoo, oke! Lo ada jadwal besok?" tanya Nan.

"ada, tapi sore sih. Mau makan siang bareng? atau sarapan aja? Gimana?" Usul Din.

"oh ya, boleh! Kalo lo mau gue dijegal fans lo, gapapa gue, gue gapapa!" Nan menjadi sinis karena Din tidak memikirkan popularitasnya saat ini.

"hahaha benar juga! Ah, gimana kalo ...!" Din menyarankan sesuatu agar mereka bisa makan dengan nyaman.