"KALIAN NGAPAIN?!" Tap terkejut lebih dari apapun dan saat itu Veo tertawa terbahak-bahak. Din langsung sadar dan berbicara, "E-Enggak ini bukan yang kayak kalian pikir!" Kata Din tergagap dan Nan masih tertegun dikursinya karena kaget. Din kembali ke kursinya dan menutupi wajahnya dengan tangan karena malu.
Veo mendorong Tap dengan lembut ke dalam untuk duduk bersama mereka. Nan menenangkan diri dan menjelaskan apa yang mereka lakukan sebelumnya. Lalu kata Veo .
"Gue gak nanya loh, hahaha" sekali lagi Veo tertawa melihat Nan dan Din.
"Kalau gitu, kasih tau gue alesan lo ada disini, sahabat-tersayangkuuuhhh?" Tanya Nan membalas tawaan Veo. Karena Nan merasa aneh bahwa Veo ada di sini. Dia biasanya memberi tahu Nan jika dia ingin mengunjungi seorang teman, tetapi kali ini dia bahkan tidak membalas pesannya.
Nan dapat dengan jelas melihat Tap tampak gugup. Lalu dia berpura-pura mendapat panggilan telepon dan melemparkan semua pertanyaan Nan ke Veo.
"Tap nelfon gue pas dia tau lo ada disini." jawab Veo dengan percaya diri.
Penjelasan Veo bisa meyakinkan Nan, tapi melihat reaksi Tap memberikan motif lain. Nan akan menginterogasi Veo tentang itu nanti. Mengurangi rasa penasaran pada Veo dan Tap, Nan melihat Din sudah kembali tenang. Kemudian Nan bertanya apakah ada hal lain yang ingin dia tanyakan.
"Gue rasa cukup, kita harus makan sekarang. Mata gue sakit abis bacain semua ini." kata Din.
"Gue setuju. Lo udah cukup pahamin karakternya 'Rum', bukan cukup sih tapi itu sempurna. Rasanya gue bener-bener kesihir sama 'Rum' versi lo." Kata Nan memberi pujian pada Din.
"Thank you! Yah gimana juga gue aktor sih." Din membuat lelucon dengan canggung.
"Uh-huh sialan. Nah, lo juga harus dapetin ucapan terima kasih gue sih. Gue bisa benerin beberapa bagian yang kurang tepat kaya yang sebelumnya kita ulas." Nan menertawakan lelucon Din dan berterima kasih padanya setelah itu.
Veo dan Tap sedang menonton di samping mereka sambil makan dan pasti merasakan sesuatu yang aneh dengan situasi itu.
Mereka selesai makan dan keluar ke area parkir bersama. Nan dapat pulang dengan aman karena Veo juga ada di sana.
Akhirnya, dua hari libur akan berakhir. Terima kasih untuk Din yang telah banyak membantunya. Dia meletakkan tangannya dibahu Din dan berkata.
"Makasih yaa! Pahlawan hari libur guee!" kata Nan sambil tersenyum bodoh dan pergi.
-
Keesokan harinya, Nan akan memulai jadwal pertamanya untuk mengerjakan serial tersebut. Dia akan bertemu Min, Pengawas Skrip. Meski memenangkan kontes, ada beberapa hal yang harus diperbaiki sebelum mengubahnya menjadi skenario nyata. Mereka sepakat untuk bertemu pada pukul 3 sore di ruang pertemuan gedung produksi.
Nan sudah ada di ruang rapat 30 menit lebih cepat. Dia membaca skripnya untuk memeriksa beberapa kesalahan sambil menunggu Min. beberapa menit kemudian, Min masuk. Wajah Min terlihat puas karena tidak perlu menunggu lama.
Mereka langsung fokus pada naskah. Min memberi Nan banyak pujian atas peningkatan yang telah dia kerjakan sebelum dia bertemu dengan Min. Namun, masih ada beberapa koreksi dan hal utama yang perlu ditambahkan. Skenario jauh berbeda dari naskah, membutuhkan setiap detail proses di dalam cerita untuk setiap adegan yang akan datang sementara naskah lebih fokus pada alur cerita dan karakter.
Nan dan Min sudah menghabiskan lebih dari 3 jam untuk mengerjakan naskah dan skenario. Min senang Nan bisa mengimbangi langkahnya. Pekerjaan ini seharusnya selesai sekitar dua atau tiga minggu tetapi menurutnya akan selesai minggu ini. Berkat cara kerja Nan yang cukup rajin. Lalu Min bertanya pada Nan.
"Kurasa kita bisa menyelesaikan ini dalam seminggu. Kamu keberatan gak kalo kita kerja lebih intens lagi? Kamu bisa ikutin jadwalnya ga?" Tanya Min.
"Oh, iya bisa. Saya selalu ada waktu senggang setelah kelas selesai." Kata Nan.
"Yaudah kalo gitu, kayanya hari ini udah cukup. Kita bisa lanjutin lagi dipertemuan berikutnya." Kata Min sambil mengemasi barang-barangnya.
"Ok, makasih buat hari ini, P'Min!" kata Nan.
Dan itu semua untuk hari itu. Nan bangga dengan jadwal pertamanya yang berjalan cukup lancar, selain itu Min terlihat sangat puas dengan pekerjaannya. Dia berencana membeli makanan ringan sebagai hadiah untuk dirinya sendiri. tapi, saat dia dalam perjalanan ke parkiran, dia berhenti tepat saat lift dibuka.
Kebetulan yang canggung. Nan bertemu Din dan manajernya. Din tampak kaget, sementara Nan mempertahankan wajahnya sedatar mungkin. Manajer Din dan Din menyapa Nan lalu mereka turun bersama. Manajer Din bertanya pada Nan.
"Bagaimana rapatnya?" Tanya Manajer Din.
"Itu berjalan dengan lancar." Jawab Nan dengan bangga.
Setelah Nan menjawab pertanyaannya. Mereka memalingkan wajah mereka ke Nan dan menatap dengan tatapan aneh.
"Lancar? Kamu yakin?" Manajer Din meminta untuk memastikannya.
"Iya, lancar?" Nan menjawab dengan bingung.
Nan bisa melihat Din tersenyum dari sisi kiri bibirnya dan itu membuatnya merasa semakin aneh. Lift mencapai lobi, Din dan Manajer Din keluar karena SUV mereka menjemput mereka di lobi. Nan terus turun ke tempat parkir di basement. Dia tidak percaya kenapa dia bisa bertemu Din, tepat setelah hal canggung kemarin. Nan menenangkan dirinya dan bernafas dengan normal. Lift mencapai basement dan setelah lift itu terbuka, Nan sekali lagi bertemu dengan orang yang memberinya serangan jantung untuk seorang fangirl.
Itu adalah Tan Wirathan yang berdiri tepat di depannya. Dia tidak bisa mempercayainya. Tan Wirathan aktor terpintar, terlucu, dan paling dapat diandalkan yang pernah dia kenal. Nan memiliki titik lemah untuk pria yang cerdas, itulah mengapa dia adalah penggemar berat Tan. Tan juga membawa banyak kebahagiaan dengan tindakan bodohnya, terutama saat dia bertengkar dengan sahabatnya, Wey Phisakorn .
Nan menjatuhkan dokumen yang ada ditangannya segera setelah melihatnya dan Tan membantu mengambil barang-barangnya, lalu dia bertanya.
"kamu baik-baik saja? Apa aku mengejutkanmu?" tanya Tan.
"Tentu saja!". Itulah yang ingin Nan jawab tapi dia tidak bisa berbicara lebih dari kata "Maaf!"
Dia mengambil barang-barangnya dan berlari ke mobilnya. Dia duduk dan menaruh kepalanya di atas setir. Benar-benar hari yang melelahkan, sebenarnya cukup menyenangkan tapi buruk untuk hatinya. Dia harus terbiasa dengan hal ini. Dia akan sering ke gedung ini selama 3 bulan ke depan.