"Yah, kayaknya kita ga banyak ngomong waktu di restoran, kan?" Din memulai percakapan.
"Kita ..? Bukankannya lo?" Nan bertanya kembali dengan ketidaksetujuan.
Din tersenyum, menahan tawanya. Lalu Din menjawabnya.
"Iya deng bener, sorry yaa haha" Mereka tertawa.
Kemudian memulai pembicaraan yang lebih serius. "Sejujurnya, mereka sudah ngirim naskahnya ke gue, tapi jadwal gue padet banget minggu lalu dan minggu ini mungkin bakalan sama padetnya" Din menjelaskan.
"Jadi, saran lo apa?" tanya Nan.
"Yahhh .. Gue masih bisa luangin waktu buat baca pas break tapi gue pikir gue juga harus paham detail ceritanya dari lo." kata Din.
"Oh gitu. Yaudah, gue bantu deh." jawab Nan.
"Oh ya? Makasi banyak yaa . Oh, gue minta nomer lo ya?" Din memberikan teleponnya ke Nan.
"Oh, ya boleh. Nih ..." Nan memberikan nomornya.
"Bantu gue biar sukses juga ya, Nong Din." Nan tersenyum.
{"Nong" adalah kata untuk menyebut seseorang yang lebih muda, "Phi" untuk seseorang yang lebih tua}
"Oke deh , Phi... Bentar, emang lo lebih tua dari gue?" Din bingung.
"Iya, dua tahun lebih tua dari lo." jawab Nan dengan percaya diri.
" Apa .." Din tidak menyangka hal itu sama sekali.
"Din, ayo pergi!" Manajer Din memanggilnya.
"Oke .... Sampai ketemu lagi!" Dia melambai pada Nan dan Veo sementara mereka semua juga keluar dari ruang rapat.
Beberapa menit kemudia, Nan telah tiba dikamarnya dan langsung telentang dikasurnya.
"Huph!" * Suara Nan menjatuhkan tubuhnya ke kasur.
Hari itu hari yang cukup panjang sejak pengumuman lomba. Seolah-olah ada ombak yang terus menghampirinya tanpa henti, Nan sedikit kesulitan mengendalikan pikirannya. Jika dia ingin mempertahankan ketenangannya, dia harus cukup kuat untuk mengatasi gelombang ini, dia harus tenang untuk menjernihkan pikirannya, itu yang dia pikir.
Setelah dia pikirkan itu, dia melihat jadwalnya dan dia menemukan dua hari libur.
"Oke, lo harus refreshing, Nan!" Sambil meyakinkan dirinya sendiri. Dia memutuskan untuk berkeliaran di dua hari liburnya.