"NAN LO BERHASILLLLL !!" Teriak Veo sambil berlari di koridor.
"Anjr*ttt. Ada apaan sih?!" Tanya Nan.
"Naskah lo diterima! Dan dari semua posisi, lo yang pertama !!" Veo berkata dengan bersemangat.
"Hah?" Nan awalnya tidak percaya. " Veo, lo kalo becanda gue gampar ya,"
"Ngapain gue becanda buat hal kaya gini sihh?!" Menjawab Veo dengan wajah merengut.
Nan kaget. Dia memang ingin menjadi juara pertama, tapi dia tidak menyangka dia benar-benar mendapatkannya.
"Nunggu apa lagi ?! Cek e-mail lo, pasti udah ada pengumumannya disitu!"
Nan mengambil ponselnya dari tasnya dan berencana membuka emailnya. Namun, Profesor Fon menghubunginya terlebih dahulu dan menyuruhnya untuk menemuinya di ruangannya.
"Veo, Profesor manggil gue. Gue harus kesana sekarang." kata Nan.
"Pasti ada hubungannya sama hasil lomba. Yaudah, pergi sekarang gih. Gue nunggu di tempat biasa ya." kata Veo sambil menyuruh Nan untuk bertemu dengan Profesor.
"Oke." jawab Nan.
Nan memasuki ruangan Profesor Fon .
"Halo, Selamat siang, Prof..." sapa Nan sambil membuka pintu ruangannya.
"Oh, Nan, saya sudah menunggu. Silakan duduk," kata Profesor.
Nan duduk. Dia merasa sedikit tidak nyaman, dia tidak tahu kenapa dan mulai menjentik-jentikan jarinya. Profesor menyadari itu dan mendekati Nan dengan hati-hati, dia mulai berbicara dengan suara yang cukup tenang.
"Nan .." panggil Profesor untuk mulai fokus ke inti pembicaraan.
Tatapan Nan beralih ke Prof Fon dan dia berkata. "Saya yakin kamu kaget sekaligus takut karena pengumuman itu, tapi saya akan bantu kamu kapanpun kamu butuh saya, oke? Jangan stres, banyak hal menyenangkan yang bisa kamu nikmati selama prosesnya." Profesor menjelaskan.
Saat dia mengatakan itu, Nan mulai tenang. Dia tersenyum dan menundukkan kepalanya sedikit, tanda "terima kasih". Profesor juga tersenyum, lalu menepuk punggung Nan.
"Ayolah, saya tahu kamu lebih baik dari ini. Kamu mendapat dukungan penuh dari saya." kata Profesor sambil menyemangati Nan.
"Terima kasih, Prof!" kata Nan.
"Oke. Sekarang, kamu sudah tenang. Saya akan berbicara tentang lomba dan persyaratan lain yang akan kamu terima dalam waktu dekat, Oke?" tanya Profesor.
Nan menganggukkan kepalanya dan menjawab, "Oke, Prof. "
Profesor memulai konseling khususnya pada Nan saati itu. "Pertama, selamat atas pencapaianmu, Nan. Naskahmu, 'Artificial Boyfriend' memiliki hal unik yang menggambarkan berbagai macam cinta. Ini pasti cerita yang bagus untuk serial drama. Nah .. nanti kamu akan menghadiri sebuah acara yang akan menghadirkan pemenang lomba ini dan juga promosi sebagai produser series pemula. Penyelenggara akan menghubungi kamu untuk beri tahu lebih banyak tentang acara-acara tersebut. Kedua, kita akan bertemu dengan sponsor kompetisi ini dan akan ada seorang ahli yang akan memandu untuk melalui keseluruhan proses produksi. "
Nan tersentak saat Profesor menjelaskan hal kedua.
Profesor tersenyum, "Saya tahu kamu terkejut, betapa cepatnya ini diatur. Itu adalah permintaan dari sponsor dan inilah mengapa saya memanggilmu sendiri, tidak dengan runner-up lainnya." Kata Prof Fon .
"Ini sebenarnya adalah sesuatu yang sangat saya inginkan tetapi, saya tidak berharap itu akan terjadi dalam kecepatan seperti ini. Semuanya terasa baru bagi saya dan entah bagaimana saya harus menyesuaikan diri secepat mungkin." Nan menjelaskan.
"Oke, saya mengerti. Luangkan waktumu, Nan. Kamu bisa pergi sekarang." kata Profesor.
"Terima kasih, Prof .." Nan menundukkan kepalanya.
Nan keluar dari kantor Profesor dan menuju ke tempat janjinya dengan Veo. Nan melihat Veo sedang duduk dibangku sambil menatap ponselnya. Dia duduk disampingnya dan bertanya. "Lo ngapain?"
"Baca komik nih. Oh iya, tadi gimana sam Profesor?"
Nan berpikir sejenak. Kemudian dia membuat pilihan baru dan menanyakannya pada Veo .
"Veo, seiring berjalannya proyek ini, gue rasa gue bakal butuh lo. Gue bakal ngomongin ini ke Profesor buat bawa lo ke tim gue."
Veo mengangkat alisnya dan bertanya. "Hah kenapa??"
"Semua ini bakal keliatan baru banget buat gue. Gue mau seenggaknya ada lo disisi gue biar gue lebih tenang." kata Nan.
Veo tidak menjawab pada awalnya. Dia melihat lebih dekat dan menatap Nan dan menilai berdasarkan penglihatannya, Nan tampak takut, dan ragu. Veo tahu ini tidak akan mudah baginya dan akhirnya dia menjawab.
"Buat lo apa sih yang enggak." Veo memeluk Nan dan menepuk punggungnya dan berkata.
"Semuanya bakal baik-baik aja kok, gue ada disini."
Menerima pelukan hangat dan nyaman dari Veo . Nan agak malu dan geli, mengingat bahwa dia dulu pernah menyukai Veo. Tidak ada yang tersisa dari perasaan itu hingga sekaran, namun Nan bersyukur bahwa Veo ada disini sebagai sahabatnya.
Lusa adalah hari pertemuan dengan sponsor dan tim produksi. Nan berada di tahap paling gugup. Dia harus mempresentasikan naskahnya didepan orang-orang hebat.