Situasinya menjadi terlalu santui. Santui versi bahasa plesetan. Gillian berjalan ke arah ayahnya. Gillian menyadari ada becekan di kakinya. Gillian menoleh ke bawah, lalu terkejut.
"Apa kamu mengompol?" Dengan wajah tanpa dosa, Gillian bertanya. Gillian bahkan menahan tawa, bukannya meminta maaf.
"I--ini semua salahmu! Kamu akan membayar atas ini semua, tunggu pembalasan ku, ya!" Parvati murka terhadap Gillian. Namun mimiknya lebih seperti menahan malu.
"HEI AKAN ADA HUKUMAN ATAS SEMUA INI!" Wali kelas langsung muak pada pandangan pertama.
"Ya tuhan, hancur sudah debut di kelas S," keluh Gillian.
Datanglah ajudan delapan, ajudan komandan sihir yang paling muda. Marc Martin, ia memiliki rambut berwarna hitam. Martin usianya tujuh tahun lebih tua dari Gillian. Martin adalah mage tingkat senior.
"Ini bisa dianggap pelanggaran! Bersiaplah untuk diamankan, Gill." Martin memasang kuda-kuda saat akan menangkap Gillian.
"Amankan saja kalau bisa." Gillian memberi gestur mengolok-olok.
Baik Gillian ataupun Marc Martin, sebenarnya sudah saling mengenal. Sebagai ajudan komandan sihir, Martin sering berkunjung ke rumah Julius. Gillian mengenal Martin sejak empat tahun yang lalu.
Marc Martin bergerak mendekati Gillian.
"Oh, yeah? Baiklah kalau begitu!"
Marc Martin menangkap Gillian dengan kedua tangannya dalam gerakan menangkap. Gillian hanya melompat mundur, kedua lengan ditaruh di dalam saku celana.
"Jangan mempermainkan ku, anak muda!" Martin mulai terpancing dengan keisengan Gillian.
Martin kembali melakukan gerakan menangkap. Kali ini sambil berlari dan juga sambil melompat ke depan. Tetap gagal. Di kesempatan ketiga Gillian semakin bermain-main.
Mula-mula ia berlari ke depan, lalu melakukan gerakan rolling ke arah belakang.
"KISAMAK!" Martin sangat emosi. Sebagai mage tingkat senior, bisa dipermainkan oleh murid akademi.
Martin mengerahkan kedua tangan secara bergantian, demi agar bisa menangkap lengan Gillian yang secara pasive disimpan di sakunya. Pergerakan yang intens, setingkat dengan beladiri. Hanya saja Gillian mengelak saja dan tanpa memakai lengan untuk menghalau.
"Pertumbuhan agility mu terlalu overpower, pirang laknat!" Martin mulai murka. Berusaha untuk mengamankan Gillian, tapi selalu gagal.
"Aku ini close combat mage loh, kakak." Gillian memberi nada yang mengolok-olok.
"Aku ini guru pengganti. Makanya, panggil aku guru!" Martin masih penasaran dan terus berusaha tuk menangkap Gillian.
"Lincah sekali. Dasar kamu cecurut lincah!" Parvati meneriaki Gillian, karena dendam kesumat.
"Berisik sekali ya, dasar tukang ngompol," balas Gillian.
"Sakit nya tuh disini," bisik Parvati, sambil memegangi dada di bagian tengah.
Sambil meledek Parvati, Gillian menghindari tangkapan Martin dengan tangan disimpan di saku.
"WOI, BOCAH PIRANG!" Martin semakin emosi.
"Oy, jangan terlalu emosi!" Julius mengerutkan dahi.
Wajah Martin memerah karena dibuat naik darah. Martin sangat ingin berteriak, "ANAK SETAN!"
"Nah, loh? Berarti saya setan, ya?" Julius memejamkan mata seraya tertawa suram.
Napas Martin terengah-engah, ia mencoba mengatur napas. Martin menstabilkan napasnya, dan juga meredam emosinya.
"Aku bukan mage terhebat. Tapi, familiar ku sangat kuat. Rasakan kehebatan rekan ku, anak muda congkak." Martin memunculkan sebuah warp stone.
"Jangan banyak drama, ya kakak." Gillian mengolok-olok.
"Summoning spell!" Munculah lingkaran sihir pemanggilan.
Di dalam beberapa kasus terdapat seorang mage dengan kemampuan biasa-biasa, namun familiar nya overpower. Seperti apa kehebatan familiar Martin?
Munculah monyet dengan postur berdiri yang tegak seperti manusia. Monyet berbulu putih. ini lebih pendek dari Gillian. Monyet yang memikul tongkat besi dibelakang bahunya.
"Monkey magic, Norman. Tangkap bocah pirang itu!" Martin memberi perintah pada familiar nya.
Norman si monyet berlari ke arah Gillian. Gillian berlari ke arah Norman disaat yang bersamaan. Norman mengayunkan tongkat besinya ke arah Gillian. Gillian melompati Norman, menginjak kepala Norman sebagai tumpuan melompat.
"Ingin bermain-main rupanya." Norman memakai skill miliknya. Norman menciptakan ilusi tiruan dirinya, yang dibentuk dari mana. Skill ini seperti gradation air yang memproyeksikan wujud mahluk hidup.
"Aku tidak takut, monyet!" Gillian memunculkan lingkaran sihir.
Gillian dapat mengelak dari para kloning selagi lingkaran sihir nya masih berlanjut. Pada akhirnya terlihat seperti para kloning sukses menangkap Gillian.
"Tertangkap ya!"
"Aku rasa tidak."
Gillian memakai spell petir kuning yang menghasilkan serangan area. Menghabisi semua kloning dan juga membuat monyet asli tersetrum.
"Sudah ku duga, familiar jarang mempelajari mana skin," Gillian merasa menang.
Petir kuning juga mengenai Gillian, tapi Gillian menahan dengan mana yang dialirkan ke tubuhnya. Kulit, dilindungi energi sihir.
Norman bangkit dan hanya bisa geleng-geleng saja.
Norman mencabut salah satu bulunya. Diantara bulu berwarna putih, terdapat bulu emas. Norman memegang bulu berwarna emas. Apakah ini skill andalan Norman?
Norman meniup bulu emas yang langsung berubah menjadi ilusi kloning. Norman menciptakan kloningan yang berwujud Gillian.
"Aku merasakan firasat yang buruk," gumam Gillian.
Gillian diserbu kloning berwujud dirinya sendiri. Kloning memiliki agility yang mendekati Gillian asli.
To be continued....
Hanya menghasilkan kata, to be continued dan juga roundabout soundtrack.
*****
Atas tindakan yang dikira keusilan, Gillian mendapat hukuman. Ulah random Grimmjow versi raksasa, membuat mereka menyangka kalau Gillian melakukan prank. Alhasil hukuman skorsing didapatkan oleh Gillian. Gillian tidak bisa masuk sekolah selama dua minggu. Masa skorsing yang cukup panjang.
Minggu awal sekolah, biasanya perkenalan untuk pelajar kelas satu. Karena kelas 2-S baru dibentuk, tentunya pelajar akan melakukan perkenalan di minggu awal. Para pengajar pun, masih mengisi kelas dengan perkenalan. Pada minggu kedua, pelajaran baru benar-benar dimulai. Itupun hanya materi bab pembuka yang sangat dasar.
Saat ini, adalah hari pertama dari masa skorsing Gillian. Gillian pergi keluar rumah mengenakan pakaian formal. Grimmjow dengan wujud manusianya, mengikuti Gillian.
"Tidak pergi ke sekolah, bos ku?" Grimmjow bertanya, dengan nada seperti meledek.
"PAKE TANYA LAGI! KEMARIN--"
Gillian sampai bergetar karena menahan emosi.
"Gara-gara kamu, aku dikira jadi pelaku prank," umpat Gillian.
"Muehehehe, aku mendukungmu menjadi raja prank yang terkenal di seluruh kerajaan. Mari kita lakukan keusilan lagi!" Di tengah buruknya mood Gillian, Grimmjow malah melawak.
"PERGI SANA!" Gillian sementara waktu, memusuhi Grimmjow.
Gillian berjalan menyusuri jalan perumahan.
"Kamulah raja prank nya, dasar familiar kampret," umpat Gillian.
Gillian akhirnya tiba di taman kota. Taman ini sedikit unik. Taman yang dibangun oleh pemerintah daerah, khusus untuk gaya hidup sehat. Ada arena obstacle di taman ini. Taman sehat, berada di distrik tua, distrik yang paling banyak penduduknya.
Gillian berniat untuk memelihara ketangkasan atletik nya.
Secara tak terduga ia bertemu Sebastian.
"Aku mengikuti mu loh," Sebastian muncul secara tiba-tiba. Ia muncul dari balik persembunyiannya.
"Wow, aura kehadiran mu tidak terasa, paman. Seorang mata-mata, memang hebat dalam mengintai." Gillian antusias karena bertemu Sebastian.
Gillian mengagumi Sebastian layaknya idola. Dengan kata lain, Gillian adalah fans dari Sebastian.
"Aku dengar dari Mito, familiar istriku. Cukup berisiko bagi siswa akademi sihir, menghadapi musuh seperti itu. Sekumpulan penjaga gerbang dengan level mage senior saja, dapat dikalahkan begitu saja." Sebastian menasihati Gillian.
"Aku tidak takut! Kimera itu kabur dariku loh paman." Gillian pamer didepan Sebastian.
"Itu karena Mito mensupport mu, kemarin! Kalau kamu melawannya sendiri saja, kamu yakin selamat?" Sebastian meragukan pengalaman Gillian.
"Orang dewasa selalu saja berkata seperti itu." Gillian tidak menerima nasihat dengan lapang.
"Aku bukan melarang mu. Kamu lumayan hebat. Aksi mu menjadi fakta bahwa jenius itu nyata. Dulu ada seorang anak jenius yang kami kenal, sejak di akademi. Ia masih seusia mu, tapi level kekuatannya menyamai seorang kapten pasukan sihir. Sayangnya ia mati muda."
"Paman membicarakan seseorang?"
"Maaf, tapi intinya kamu sangat berbakat."
Gillian menginterupsi karena Sebastian keluar topik. Sebastian segera minta maaf atas itu, lalu ia memuji bakat Gillian.
"Wah, pengakuan seperti ini yang membuat ku senang, paman," ucap Gillian.
Gillian saat ini merasa di atas angin. Muncul sebuah ide bagus di dalam kepala Gillian. Gillian ingin belajar kepada Sebastian. Rune tangan kiri tuhan, membuat Sebastian berada di puncak level seni perang. Sebastian mampu menggunakan semua senjata yang dibuat manusia, berkata rune yang bertuliskan Gandalf.
Gillian memakai cara yang sedikit nekat dan usil. Gillian hanya ingin membuat kagum calon gurunya.
Gillian meletakkan tangan kanan dibelakang. Sebastian menyadari gerak-gerik aneh Gillian. Bukan spy nomor satu namanya, kalau tidak punya kewaspadaan.
Gillian memproyeksikan dart. Tiga buah dart, yang diselipkan di sela jarinya. Gillian menunjukkan fast draw. Tanpa membidik, Gillian melempar dart yang disembunyikan dibelakang tubuhnya. Anak panah dart, benar-benar mengarah dengan akurat. Seratus persen kena!
Namun, sebelum dart mengenai sasaran, Sebastian menghilang.
"Hah?" Gillian benar-benar tidak mampu menerka kemana Sebastian berpindah.
Gillian terkejut, saat tangannya dipelintir dari arah belakang lalu dikunci. Hanya tangan kirinya saja yang leluasa bergerak.
"Teknik fast draw? Aku tidak yakin teknik profesional ini bisa dikuasai anak berusia empat belas tahun? Dasar anak jenius. Aku iri dengan bakat mu." Sebastian berkata jujur. Sebastian merasa, tanpa kekuatan rune, kekuatan aslinya sangat payah. Intinya rune tangan kiri tuhan, seperti sebuah cheat kekuatan.
"Aku kok tidak tahu kalau paman berada dibelakang? Apa itu body flicker?" Gillian kagum dengan aksi cepat dari Sebastian.
"Ya, kemampuan ini adalah kerja kerasku sendiri. Aku butuh belasan tahun untuk menguasai teknik ini. Satu-satunya kekuatan yang bukan berasal dari rune bumi," Sebastian menjawab.
Gillian adalah anak berbakat yang mempelajari seni beladiri. Gillian mengetahui gerakan untuk dapat lepas dari kuncian ini.
Gillian melakukan gerakan cepat! Sedetik setelah kuncian nya lepas, Sebastian menendang punggung Gillian. Hal ini membuat Gillian kehilangan punya untuk melawan balik Sebastian.
"Anggap saja ini sebagai koreksi terhadap kekurangan movesets mu! Namun untuk ukuran anak seusia mu, ini sangat excellent!" Sebastian memberi pujian.
Gillian segera bangkit, dengan rasa nyeri di tulang dan beberapa titik persendian. Gillian tersenyum licik sambil berfikir dalam hati.
"Masih belum berakhir, paman!" Gillian bicara dalam hati. Gillian melangkah mundur. Satu langkah, dua langkah, tiga langkah.
Gillian tersenyum licik.