Ketua kelas menyadari, Gillian lagi mencoba mengendalikan singa di dalam kelompok. Inilah cara yang digunakan Gillian. Ketua kelas paham akan hal itu.
"Peraturan persis dengan di ekskul duel. Kamu bebas untuk memakai magecraft, spell caster ataupun batle spell!" Patrick menjelaskan aturan dasar di ekskul duelist class.
"Tidak masalah!" Gillian setuju dengan aturan duel.
"Tentunya aku akan menggagalkan proses casting spell mu," Patrick berkata.
"Bersiap, mulai!" Ketua kelas pun memberi aba-aba.
Patrick langsung melempar throw glaive, sesaat setelah duel dimulai. Gillian menghindari proyektil itu, dengan bakat atletik saja.
"Agility yang tinggi," seru Patrick.
Glaive punya dua versi. Ada glaive sebagai mele weapon, ada glaive sebagai senjata lempar. Glaive yang Patrick lempar, hanya seukuran genggaman jari. Throwing glaive umumnya punya dua sampai tiga cabang.
Gillian menggunakan batle spell, akselerasi. Batle spell dengan efek menambah kecepatan. Movement speed dan atack speed bertambah delapan puluh persen. Akselerasi adalah batle spell dasar yang wajib dikuasai para close combat mage.
Dengan batle spell akselerasi, ia mencapai jarak serang mele dalam sekejap! Gillian melancarkan tinju. Patrick cukup kewalahan menepis tinju Gillian.
Patrick dengan pedenya, melawan Gillian tanpa menggunakan batle spell. Gillian melancarkan tinjuan kuat. Patrick membalasnya sampai Gillian terhentak kebelakang walau berhasil menepis.
Kini Patrick menekan balik. Tinju Patrick membuat Gillian kerepotan. Gillian mundur, menjaga jaraknya. Gillian melemparkan throwing glaive kecil.
Selagi Patrick mengelak, Gillian melangkah maju. Gillian berhasil melancarkan tendangan kuat, yang ditepis Patrick. Walau berhasil ditepis, tapi tangan Patrick terasa agak nyeri.
Gillian melakukan tinju tipuan. Tinjunya tidak jadi. Saat Patrick melindungi kepala dengan kedua tangannya, Gillian berpindah ke belakang Patrick. Patrick terkena tendangan di punggung.
Gillian lalu memakai gerak tipu untuk yang keduakalinya.
Tipuan kedua berhasil dibaca oleh Patrick. Patrick mengetahui Gillian berada dibelakangnya. Dan secara refleks, Patrick berbalik badan dan berhasil menepisnya.
Patrick bahkan menangkap kaki kanan Gillian. Gillian menendang dengan kaki satunya. Kini kedua kakinya berhasil ditangkap oleh Patrick. Gillian memakai tinjunya, namun berhasil ditepis oleh lengan bagian atas, dekat siku. Patrick lalu melakukan gerakan bantingan.
Gillian dibanting hingga punggung membentur ubin keras.
Gillian memuntahkan angin karena merasa nyeri.
"Bagaimana, apa itu sudah cukup?" Patrick merasa sudah menang.
"...." Gillian kembali berdiri.
Gillian memiliki endurance yang cukup kuat, untuk bertahan dari kerusakan fisik seperti itu.
Gillian melempar knives. Pisau kecil untuk dilempar lurus. Sambil lari, Gillian terus melempar senjata proyektil.
"Untuk mengenai ku, kamu harus membelokkan proyektil mu. Kamu belum berada di level itu, bukan?" Patrick sangat santai saat mengelak dari throwing knives.
Membelokkan throwing glaive, merupakan teknik eksklusif yang tidak mungkin dikuasai siswa dari akademi. Setidaknya harus ada di tingkat high mage, untuk dapat menguasai teknik tersebut.
Gillian mencapai jarak serang mele. Patrick memukulnya terlebih dulu, namun bisa di block oleh Gillian. Pukulannya sangat kuat, sampai membuat posisi Gillian bergeser ke belakang.
Patrick melakukan serangan balik. Base atack nya sangat kuat, sampai membuat Gillian kesakitan walau sudah menangkisnya. Patrick lalu melakukan tendangan. Gillian terdorong ke belakang walau telah memblokirnya.
Pada titik ini, Gillian hanya bisa bertahan. Gillian dibuat sangat kewalahan. Teman kelas mereka menikmati ini sebagai tontonan.
Duel pun terhenti sejenak. Masing-masing mengatur napas, mengumpulkan tenaga.
"Kamu tidak memakai batle spell?" Gillian bertanya.
"Tidak perlu. Base strength ku saja, sudah cukup untuk mengalahkan mu," jawab Patrick.
"Pasti kamu tidak menguasai batle spell, kan?" Gillian mencoba trik provokasi.
"Aku bisa saja memakai batle spell untuk menang dengan cepat. Tapi keseruannya akan berkurang," ujar Patrick.
"Kalau begitu, akan aku paksa kau untuk memakai batle spell!" Gillian memulai inisiasi serangan.
Gillian kembali memakai self buff dari batle spell akselerasi. Gillian mengkonsumsi sedikit mana point. Gerakan cepat ditunjukkan oleh Gillian. Patrick cukup terpojok.
"Cepat gunakan batle spell!" Gillian menyerang secara intens.
"Heh, kamu bisa menghiburku?" Patrick memperkuat kuda-kudanya.
Gillian mengandalkan base agility miliknya, untuk membuat Patrick semakin terpojok. Gillian berhasil menyarangkan beberapa pukulan hingga tendangan. Puncaknya saat Gillian menendangnya dari arah belakang. Patrick dibuat mencium tanah.
"Cukup, kamu membuatku serius!"
"Yang tadi tidak serius?"
Patrick memulai lingkaran sihir. Patrick memunculkan beberapa tombak tanah, tapi tidak muncul di bawah kaki Gillian. Patrick lalu mencabut salah satu tombak tanah. Tombak yang awalnya berwarna cokelat, berubah menjadi abu-abu. Lebih seperti tongkat besi. Tongkat besi ink tidak memiliki bagian tajam, yang artinya masuk kedalam kategori senjata tumpul.
"Kamu merubah tanah jadi batu? Kamu memakai transmutasi kimia, kah?" Gillian sempat kagum.
"Tidak dilarang kan?" Patrick menodongkan senjata ke arah Gillian.
Transmutasi kimia adalah cabang mata pelajaran alkimia. Mereka bisa merubah batu menjadi tembaga atau bahkan emas. Transmutasi kimia, adalah magecraft. Senjata khas dari Germania, dibuat dengan metode transmutasi kimia. Seni transmutasi alkimia tidak memakai mana. Seni transmutasi memakai energi vulkanis dari dalam bumi. Energi ajaib tersebut, memiliki kekuatan untuk menciptakan kandungan mineral dalam segenggam tanah atau batu.
Tongkat yang digenggam Patrick, terlihat seperti besi.
"Teknik ku belum sempurna. Sekarang bersiaplah!"
"Itu hanya transmutasi kimia level dasar bukan? Harusnya lebih rapuh dari senjata asli."
Gillian melawan Patrick berupa senjata tongkat, bermodal tangan kosong. Gillian merasa sakit saat lengan berbenturan dengan tongkat milik Patrick. Gillian lebih banyak mengelak, tidak bisa menepis lagi. Gillian lebih mengandalkan base agility. Gillian mencari celah untuk memukul lawannya.
Patrick cukup mahir saat memakai senjata tongkat. Gillian dibuat gagal menyarankan satu serangan pun. Gillian pun dihajar oleh pukulan tongkat.
"Aku tidak butuh batle spell," seru Patrick.
Gillian berhasil memikirkan cara untuk membalikkan keadaan. Tak mungkin mengadu tangan kosong dengan tongkat besi. Tapi, jika itu dengan campur tangan magic, maka bisa!
Gillian memakai skill magic barrier tingkat lanjutan. Ia memadatkan magic barrier hingga menjadi kulit kedua.
"Mana scale!"
Scale dapat diartikan sisik! Sisik terbuat dari magic barrier yang di kompresi. Gillian membentuk sisik yang terbatas. Sisik hanya melapisi punggung tangan hingga bagian jarinya. Jadi Gillian hanya bisa memblokir serangan tongkat besi, dengan punggung tangannya. Gillian juga bisa melapisi telapak tangan dengan scale, agar dapat melakukan pukulan tapak.
Gillian terbukti mampu menepis tongkat besi dengan tangan kosong yang diperkuat sihir. Gillian mendapat celah! Gillian memukul perut Patrick dengan telapak.
Patrick terpancing untuk lebih terbuka. Pertahanannya sangat terbuka, tiap kali emosinya naik.
Gillian memukul dagu Patrick, memakai telapak tangan. Gillian kembali berhasil memukul Patrick. Gillian mengecoh Patrick hingga berhasil berpindah ke belakang tubuhnya. Gillian pun memukul punggung Patrick, dengan tapak.
Patrick bahkan sampai terhempas cukup jauh.
"Gila, aku gak percaya bisa menang dengan cara ini." Gillian merasa puas.
"Gila! Setelah memakai trik itu, pukulan mu sakit juga, ya." Patrick segera bangkit.
"...." Gillian dengan pede, langsung memasang kuda-kuda.
"Terimalah serangan terakhir ku!" Patrick berlari ke arah Gillian.
Mereka akan melakukan serangan terakhir.
"HENTIKAN!"
Gillian menghentikan serangannya. Telapak berjarak dua centimeter dari dagu Patrick. Tongkat besi Patrick berjarak dua centimeter dari kening Gillian. Mereka benar-benar sempat menghentikan serangan di detik terakhir. Sosok yang menginterupsi mereka, tak lain adalah wali kelas.
Alhasil murid-murid kembali ke dalam kelas. Esok harinya, Gillian memiliki relasi yang akrab dengan Patrick. Entah bagaimana, sebuah pertarungan di kelas duel sukses mengakrabkan dua orang yang awalnya bersinggungan.
"Beginilah cara berkawan dengan binatang buas!"
Pagi hari, separuh murid sudah berada di dalam kelas. Patrick pun tiba, melewati meja tempat Gillian duduk. Patrick terhenti sejenak.
"Hai."
"Hai."
Setelah saling menyapa, Patrick mengambil tempat duduknya.
"Kamu hadir hari ini?" Gillian basa-basi.
"Ya.... Tentu, aku tidak mau tinggal kelas lagi." Patrick menjawab seraya memalingkan pandangan.
Gillian mulai mendapat beberapa kawan di kelas S. Hal yang Gillian ketahui, Patrick adalah petarung. Patrick menjadi petarung di arena pasar gelap. Sebuah ajang taruhan, dimana seorang petaruh akan membawa petarungnya ke arena pasar gelap. Dua petarung akan bertarung di pertarungan jalanan. Mereka yang membawa petarung, akan membawa uang taruhannya.
Patrick berada di segmentasi petarung kelas pemula. Segmen ini, hanya diikuti petarung usia remaja. Patrick biasanya melawan petarung yang usianya setara siswa sekolah menengah atas. Usia maksimal di segmen pemula, adalah tujuh belas tahun. Selain duel jalanan di bisnis pasar gelap, juga terdapat turnamen gelap. Itulah cerita yang Gillian dengar dari Patrick.
*****
Gillian sedang pulang seorang diri. Kucing hitam datang membuatnya terhenti sesaat.
"Sudah melihat tanda-tanda dari kimera?" Mito bertanya.
"Kimera susah dilacak. Mungkin sekarang kimera berada di suatu tempat, dan itu bukan di dalam kota ini. Sewaktu-waktu kimera dapat memakai sihir spasial untuk tiba di dalam kota." Gillian menggelengkan kepalanya.
"Sudah kuduga. Sihir spasial cukup menyulitkan," ucap Mito.
Mereka pun berpapasan satu sama lain. Mito yang masih penasaran, berniat keluyuran kota agar dapat merasakan kehadiran kimera.
Beberapa blok perumahan telah dilalui. Tiba di jalan lain, Gillian hampir tiba di rumahnya.
Tau-tau Gillian melihat mahluk terbang. Tidak jelas apa yang lagi dilihatnya. Yang jelas itu berwarna hitam. Tidak memiliki sayap.
"Apa itu ikan terbang? Ikan bisa terbang?" Gillian menatap ke arah langit, merasa bingung.
Gillian pernah lihat beberapa jenis ikan di dalam buku ensiklopedia. Sebuah ikan terbang, spesies ikan yang tinggal di laut. Ikan terbang memiliki sirip yang wujudnya mirip sayap pada burung.
"Ikan terbang tidak bisa terbang seperti burung. Mereka hanya bisa manuver diatas air. Saat mereka manuver, nampak seperti sedang terbang."
Sosok mahluk terbang yang Gillian lihat, tidak memiliki sayap, tidak juga memiliki sirip seperti sayap. Kalau dipikir-pikir, mirip seperti kecebong hitam.
"Kecebong terbang?"
Karena penasaran, Gillian mengejar mahluk terbang misterius tersebut. Sepanjang jalan, tak banyak orang ditemui. Entah kenapa, siang ini agak sedikit sepi.
Untungnya laju kecebong terbang dapat diimbangi dengan batle spell akselerasi.
Gillian melihat kecebong terbang menukik ke bawah. Gillian yakin, bahwa kecebong sedang melaju ke arah seseorang. Kecebong terbang menabrak dan mengigit orang itu. Anehnya, orang yang digigit tidak merasa kesakitan sedikitpun.
Seolah kecebong terbang memiliki anestesi didalam enzim mulutnya. Ketika kecebong sibuk mengigit nya, Gillian semakin mendekatinya. Saat Gillian sudah sangat dekat, kecebong segera pergi. Kecebong hitam pun kembali terbang.