Ketika Lu Xinnuan mengetuk pintu kamar Lu Mian, saat itu Lu Mian sedang mengirim pesan menggunakan ponselnya. Jam tangan elektronik hitam di pergelangan tangannya yang putih memantulkan cahaya yang sedikit redup, sedangkan tangan kanannya bergerak di balik buku.
Lu Xinnuan mencermati buku itu yang berjudul 'Investor Wanita'. Seketika ia merasa judul buku itu sedikit konyol. Di sisi lain, Lu Mian terus mengabaikan kedatangan Lu Xinnuan dan terus mengirim pesan menggunakan ponselnya.
Zero: [Kak Mian keren. Apa kamu melihat pasar saham dalam beberapa hari ini? Kamu menghasilkan banyak uang!]
Mian: [Biasa saja.]
Zero: [Bos besar memanglah bos besar. Memasang saham 2 Yuan bisa menghasil 112 Yuan. Mendapatkan untung bersih 100 Yuan hanya dalam dua hari, aku sangat mengagumimu!]
Mian: [Ada masalah lagi?]
Zero: [Kak Mian, jika gosip ini benar... Kamu pasti punya cukup uang di rekeningmu untuk bermain-main menjadi orang kaya? Aku ingin tahu, saat orang terkaya di negeri ini bukanlah keluarga Xiao, bagaimana ekspresi mereka? Hahaha...]
Zero adalah orang kepercayaan Lu Mian. Zero juga merupakan seorang master yang berisik. Lu Mian dalam hati mengatakan bahwa semua ucapan Zero itu 'membosankan' kemudian ia pun meletakkan ponselnya.
Setelah mengirim pesan, tiba-tiba Lu Xinnuan masuk dari luar kamarnya. Lu Mian melihat Lu Xinnuan sambil menyipitkan matanya dan tersenyum sinis padanya.
"Kak, aku baru saja mengetuk pintu... Pintunya tidak terkunci, jadi aku masuk saja." Ucapan Lu Xinnuan begitu hati-hati seperti kelinci kecil yang takut dimarahi.
"Ada apa?"
"Aku membawakanmu segelas susu untukmu. Sebentar lagi makan malam, ini untuk mengganjal perut saja."
"Tidak ada racun, kan? Hm?" Lu Mian akhirnya sedikit bercanda dengan sembarangan. Ia juga tidak menunggu jawaban dari Lu Xinnuan dan langsung mengabaikannya. Namun Lu Xinnuan merasa canggung. Ia menggigit bibirnya dengan ekspresi sedih dan kebingungan.
Mereka berdua adalah saudari kembar, di mata orang lain pasti terlihat sangat menyenangkan bisa memiliki saudara kembar. Tetapi hanya Lu Xinnuan yang tahu betapa mengerikan pengalamannya memiliki saudari kembar seperti Lu Mian.
Dari kecil hingga dewasa, Lu Xinnuan belum pernah merasakan menjadi putri satu-satunya. Sudah pasti banyak orang yang selalu membanding-bandingkan mereka berdua.
Secara tidak sadar mereka berdua akan mengenakan pakaian yang sama, dibuat dengan bentuk yang sama dan dibelikan mainan yang sama oleh orang tua mereka. Untungnya, mereka adalah saudara kembar fraternal. Sehingga wajah mereka berdua tidak terlihat sama persis. Hanya saja...
Ketika Lu Xinnuan menatap wajah Lu Mian yang cantik di bawah lampu meja. Ia pun merasa rendah diri. Lu Xinnuan selalu mengingat perkataan kerabatnya sejak ia masih kecil.
"Mian Mian sangat cantik! Nuan Nuan menggemaskan…"
Lu Xinnuan mengerti apa arti dari menggemaskan itu. Seketika Lu Xinnuan langsung menipiskan bibir, namun setelah itu ia merasa lega. Untungnya, keadaan saat ini sangat berbeda.
Kemudian Lu Xinnuan berkata dengan lembut, "Kak... Dua tahun ini Ibu sangat sedih. Karena penculikan itu, keluarga kita memiliki hutang yang banyak, dan Ayah juga seperti itu... Jadi Ibu sangat kesusahan."
Lu Mian hanya diam dan tidak berbicara apapun, ia hanya terus melihat ke arah ponsel yang ada di tangannya.
Zero: [Ngomong-ngomong, ada orang yang sedang menyelidikimu. Kamu harus berhati-hati.]
Mian: [Banyak orang yang sedang menyelidiku.]
Zero: [Benar juga, mereka termasuk orang lama.]
Lu Mian terlihat kurang berminat untuk menanggapi topik pembicaraan Lu Xinnuan. Saat Lu Xinnuan merasa Lu Mian mengabaikannya, ketika bicara pun matanya menjadi merah. Ia ingin menghentikan Lu Mian yang akan pergi, namun ketika Lu Mian menatapnya dengan tatapan yang tajam dan senyuman yang dingin, ia pun langsung melangkah mundur.
Lu Xinnuan membuang muka dengan panik, dan matanya tertuju pada meja di kamar Lu Mian yang tapak sedikit berantakan. Di atas meja tersebut penuh dengan semua jenis logam aneh, buku, dan laptop berwarna gelap. Meja Lu Mian tidak seperti meja seorang gadis pada umumnya.
Lu Xinnuan tahu bahwa sejak kecil Kakaknya itu bukanlah seseorang yang berkompeten. Dan ia juga tidak tertarik dengan kekacauan hidup Kakaknya.
"Kakak, apakah kamu membenciku…"