Renata membanting pintu rumahnya dengan kasar, seluruh tubuhnya bergetar hebat karena menahan emosi.
"Sialan!" Renata mondar-mandir di ruang tengah dengan ponsel di telinga, "Perempuan itu udah enggak bisa di hubungin!"
Didi tersenyum sinis, "Aku bilang juga apa, jangan terlalu mempercayai teman kamu itu! Kalian itu sama-sama miskin! Masa iya dia tiba-tiba bisa bisnis perhiasan."
"Sialan! Anita masih bisa dihubungi waktu kita di toko perhiasan tadi!."
"Iya, terus kamu langsung marah-marah. Jelas dia langsung kabur karena tau kalau korbannya udah sadar di tipu."
Renata melempar ponselnya ke sofa kemudian menyugar rambut dengan frustasi, hilang sudah seluruh harta yang ia kumpulkan selama ini.
"Sekarang kira miskin, benar-bener enggak punya uang sama sekali. Jadi mulai sekarang kamu harus tau diri!" Didi mendesis,
Renata tidak menjawab, perempuan itu sibuk memikirkan semua hutangnya untuk membeli perhiasan palsu yang di tawarkan oleh temanya.