Dewanata tersenyum, wajah laki-laki di hadapannya benar-benar pias. Ia bahkan bisa melihat tangan Didi bergetar hebat hingga amplop coklatnya jatuh dan seluruh isinya berhamburan keluar.
"Saya enggak menyangka kalau begini selera kamu Di."
Didi tergagap sama sekali tidak bisa menjawab.
"Tu.. tuan sa..saya.."
"Kamu kira bisa membodohi saya Di?" Dewata menginjak foto-foto yang berserakan di bawah kakinya, "Berani kamu menipu saya selama ini?!"
Didi semakin terusdutkan, laki-laki itu bahkan nyaris terkencing-kencing menghadapi kemarahan Dewanata.
"Apa yang para preman itu lakukan tidak akan sebanding dengan hukuman yang akan saya berikan Di, kamu sudah bermain bersama orang yang salah."
Didi langsung berlutut, tangannya gemetar memohon ampun.
"Sa.. saya bersalah tuan, tolong maklumi saya.. tolong tuan."
'Duagh'
Dewanata menendang wajah Didi dengan dengkulnya, kepala keluarga Wardana itu menolak di sentuh oleh Didi yang dimatanya sangat menjijikan.