Didi merasakan ada yang aneh, sejak tadi Renata hanya berputar-putar tidak tentu arah. Biasanya, Renata akan kalap, berlari mendekati barang apapun yang menarik perhatiannya sebelum memborong semuanya tanpa memikirkan apakah barang yang di belinya bisa di pakai atau tidak.
"Kamu udah enggak mau belanja lagi?" Didi bertanya dengan kening berkerut, "Tumben."
"Enggak ada barang yang bagus, yuk kita kesana aja."
Didi lagi-lagi menurut, laki-laki itu mengikuti Renata sembari membawa lima paper bag yang berisi belanjaan Renata sebelumnya.
"Oh, tunggu sebentar." Didi tiba-tiba saja menghentikan langkah, "Lihat, ini game yang udah lama banget aku incar!"
Renata yang ikut mengamati arang di etalase hanya bisa mendengus.
"Enggak usah ah buang-buang uang. Inget masih ada dua puluh hari sebelum kamu gajian lagi."
"Apa masalahnya, uang yang tadi tuan Nata kasih itu enggak sedikit. Aku sempet ngitung kok sebelum pulang."
Wajah Renata langsung pias.