Chereads / Mainan Tuan Muda / Chapter 2 - Kamu Mau Kan, Menikah?

Chapter 2 - Kamu Mau Kan, Menikah?

Arjuna Wardana dengan angkuh berjalan memasuki gedung dua puluh lantai milik PT Wardana Group, beberapa orang yang berpapasan dengannya menunduk hormat. Wajahnya yang tenang mendadak keruh ketika seseorang yang dengan paksa menyandang nama Wardana keluar dari lift khusus pemegang saham. Hilang sudah seluruh rasa senangnya karena permainan yang di lakukannya bersama Medda di rumah tadi.

"Loh, gue kira lo enggak masuk." Tanya Yudistira Wardana sembari melirik Rolex Sea-Dweller Oyster, 43 mm, Oystersteel yang melingkar di tangan kirinya.

"Ini udah lewat dari jam makan siang loh."

"Gue enggak bisa ngebiarin orang asing ngacak-ngacak perusahaan keluarga begitu aja kan?" ucap Arjuna dengan sinis sembari melewati saudara tirinya, laki-laki itu memilih mengabaikan salah satu manusia sampah yang menghancurkan rumah tangga orang tuanya.

PT Wardana Group merupakan perusahaan keluarga yang di pimpin langsung oleh Dewanata Wardana, awalnya Arjuna Wardana adalah pewaris tunggal sampai kemudian media di gegerkan dengan berita perselingkuhan kepala keluara Wardana dengan seorang artis terkenal, Briani Asha yang saat itu sudah menjanda dan memiliki satu orang anak laki-laki.

Arjuna tidak akan pernah bisa melupakan huru hara yang menjadi penyebab kematian ibunya, laki-laki itu tidak pernah mau mengakui Yudistira dan Briani sebagai saudara dan juga ibu sekalipun Dewanata Wardana mengancamnya.

"Papa kira kamu enggak masuk hari ini." Arjuna menaikan alisnya ketika Dewanata memasuki ruang kerjanya di dampingi oleh sekretaris pribadinya.

"Taro dulu laporan kamu itu, ikut papa makan siang sama mama dan Yudis di Okiyama Resto sekarang." Arjuna memilih tidak menanggapi.

"Juna!"

"Itu acara makan siang keluarga kan? Juna bukan bagian dari kelurga baru papa, jadi enggak ada alesan untuk ikut."

"Mau sampai kapan kamu seperti ini?! Ini sudah tujuh belas tahun Arjuna!"

"Apa peduli papa?!" Balas laki-laki itu sembari membanting berkas yang sedang di periksanya dengan kasar.

"Berhenti bersikap sok peduli, karena kalau memang papa peduli sama aku, papa enggak akan bawa perempuan sundal dan anak haramnya itu ke rumah kita."

"Plak!" Dewanata merasakan telapak tangannya panas, sedangkan di hadapannya Arjuna terkekeh sembari memegangi pipinya yang sekarang mulai memerah.

"Keluarga Juna udah mati pa, tujuh belas tahun yang lalu. papa bisa pergi sekarang, selamat menikmati makan siang papa yang terlambat bersama keluarga baru papa itu." Dewanata membetulkan letak jasnya sebentar sebelum pergi meninggalkan ruang kerja putra sulungnya yang untuk kesekian kalinya merasa kecewa dengan tindakannya.

"Juna enggak ikut pa?" Yudistira bertanya begitu melihat hanya ayahnya yang memasuki ruangan VVIP restoran, laki-laki itu memang datang lebih dulu bersama ibunya yang baru saja ia jemput dari rumah salah satu teman arisannya.

"Dia sibuk." Yudistira dan ibunya memangguk, walau sejujurnya mereka juga tidak mempercayai alasan yang di sebutkan oleh Dewanata. Sudah menjadi rahasia umum kalau Arjuna membenci keluarga barunya dan mereka sama sekali tidak keberatan dengan hal tersebut.

"Sini mas, aku udah pesenin makanan kesukaan kamu. Gyoza sama Spicy Miso, kalau Yudis lagi pengen daging katanya. Jadi aku pesen agak banyak Wagyu Bolar Blade sama Us Short Plate." Dewanata menganggukan kepala dan menunggu pelayan menyiapkan makanannya.

"Ngomong-ngomong mas, aku tadi ketemu Dewi. Kamu tau kan, Dya? Putri bungsu keluarga Aksara, dia baru aja pulang dari luar negeri sehabis namatin sekolahnya."

"Terus?"Briani melirik putra sekilas sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Aku mau ngundang dia makan malam di rumah kita, boleh ya mas? Aku mau ngenalin Yudis ke Dya."

"Uhuk!" Yudis langsung tersedak, mamanya sama sekali belum membahas rencana perjodohan dengannya.

"Kamu mau menjodohkan Yudis sama Dya?"

"Iya, kamu enggak keberatan kan?" Dewanata berdehem sebentar.

"Yah enggak masalah, tapi Yudis enggak bisa menikah kalau Arjuna juga belum menikah. Aku enggak setuju kalau anak itu di langkahin adiknya, pamali kata orang jaman dulu." Briani mengepalkan tangannya kesal, tapi perempuan itu harus tetap bersikap manis di hadapan suaminya.

"Oke, kalau gitu aku coba tanya Sera apa anaknya yang sekarang jadi akuntan di perusahaan swasta itu udah punya pacar atau belum. Anaknya cantik loh mas, cocok sama Arjuna."

"Terserah, kamu atur aja. Tapi sama kayak Yudis yang juga dapet kandidat terbaik, aku mau Arjuna juga dapet kandidat yang sama baiknya." Briani menganggukan kepala.

"Mas Nata tenang aja, Arjuna kan juga anak aku."

***

"Maksud mama apa?" Yudistira langsung mengajukan protes begitu mereka sampai di rumah, Briani memang meminta putranya itu untuk mengantarnya setelah makan siang yang terlambat itu selesai.

"Udah jelas kan? Mama mau kamu menikah."

"Tapi aku belum mau menikah." Jawab laki-laki itu dengan gemas.

"Kamu enggak bisa milih Yudis, kamu harus menikah dan memupuk kekuatan dari sekarang. kamu butuh pendukung supaya bisa jadi pemegang saham utama Wardana Group."

"Ma.."

"Dewanata benar-benar keterlaluan, selama ini Arjuna terus saja bikin masalah dan kamu yang turun tangan untuk ngeberesinnya. Tapi apa, laki-laki itu malah mau menjadikan anak itu sebagai pewaris utama keluarga. Enggak ada apapun yang tersisa untuk kamu Yudis!"

"Arjuna memang layak untuk itu ma, perusahaan bisa stabil sampai saat ini ya karena Juna."

"Bohong! Biang onar, preman sekolah kayak dia mana bisa mimpin perusahaan! Seharusnya kamu yang duduk di kursi wakil presiden direktur, seharusnya kamu dan bukan anak sialan itu." Yudistira memijat pelipisnya pelan, sejak dulu ibunya memang sensitive dengan sikap berbeda yang di berikan Dewanata untuknya dan untuk Arjuna tersebut. Dewanata bahkan sudah membuat kesepakatan untuk menyerahkan empat puluh persen saham miliknya untuk Arjuna setelah laki-laki itu menikah, dan hanya memberikan lima persen untuk Yudistira.

"Keluarga Sore punya tiga puluh lima persen saham di perusahaan Dewanata Yudis, dan saham itu akan di wariskan kepada Dya. Mama juga bisa atur lima persen saham Dewanata yang tersisa untuk kamu, dengan begitu kamu bisa nguasain PT Wardana Group." Mata Briana memancarkan tekad ketika melanjutkan kalimatnya.

"Enggak akan lagi yang berani menghina kita Yudis, mereka akan tunduk pada kekuasaan yang berhasil kita pegang." Perempuan yang masih kelihatan cantik di usia senjanya itu mendekat, di usapnya wajah anaknya yang tampan.

"Kamu mau kan, menikah sama Dya. Mau ya, demi mama." Yudis gamang, sebenarnya sejak dulu ia tidak terlalu tertarik dengan perebutan status sebagai pewaris utama, laki-laki itu sadar akan posisinya yang sama sekali tidak mewarisi darah Dewanata. Tapi bagi ibunya, posisi pewaris utama sama penting dengan nyawa. Karena hanya dengan begitu, perempuan yang pernah terpuruk setelah mengalami kekerasan dalam rumah tangga itu merasa tidak lagi perlu khawatir akan kembali di lempar ke jalanan oleh Arjuna yang memang tidak pernah bisa menerima kehadirannya di rumah keluarga Wardana.