45. Sebuah Kejujuran
Keadaan depan rumah mertuaku cukup ramai. Motor dan mobil berjejer rapi di halaman rumah. Aku yang baru turun dari motor mas ojek setelah membayar dan melihat motor suamiku ada di sana juga. Apa Lulu juga ada di dalam?
Aku jadi ragu. Cukup lama aku menunggu tanpa melakukan apapun. Setelah dirasa siap, barulah aku melangkah ke rumah Junar.
"Assalaamu'alaikum."
Kedatanganku disambut tatapan sinis dari keluarga mertua. Tunggu! Ada orang tuaku juga di sana. Ada apa ini? Jantungku jadi berdebar tak karuan.
"Wa'alaaikumussalam. Sini masuk!" Hanya Ibuku yang merespon salamku tadi. Kulangkahkan kaki menuju kedua orang tuaku untuk menyalami tangan mereka, disusul cium tangan ke mertua. Wajah mertuaku tampak tak bersahabat meski sudah kuberi senyum. Tumben sekali.
"Ini ada apa ya, Ma? Kok rame-rame kumpul di sini?" tanyaku pura-pura tidak tahu.