Chereads / KESALAHAN NICK / Chapter 14 - Cerita 14

Chapter 14 - Cerita 14

"justin maaf ya, kalau aku boleh tahu seperti apa sih pekerjaanmu? Aku masih agak kurang paham dengan dunia pekerjaanmu." tanya juwita lia untuk mengalihkan perhatian justin, dan sambil tersenyum justin bercerita tentang pekerjaannya. Sebenarnya juwita lia sudah paham dengan dunia kerja justin karena dia pernah memerankan seorang akuntan disalah satu drama yang dibintanginya, dan bagi juwita lia apabia dia memerankan suatu peran dia pastinya akan mempelajari karakter perannya itu sedetailnya.  

Sambil berpura-pura serius mendengarkan cerita justin, tapi ekor mata juwita lia memperhatikan apa yang dilakukan nikolas. Nikolas setelah menjatuhkan piringnya, dia didatangi pelayan untuk membersihkan kekacauan yang dibuatnya kemudian datang juga managernya, dari tempat juwita lia terlihat nikolas menjelaskan dengan penuh wibawa, dan walau dia yang bersalah terlihat pelayan dan manager restoran itu manggut-manggut, terlihat juga sepertinya mereka meminta maaf pada nikolas. setelah itu terlihat nikolas berjalan menuju toilet. Dan saat itu juwita lia pun meminta ijin pada justin untuk ke toilet.

"niko!!" panggil juwita lia, mendengar ada yang memanggilnya nikolas langsung berbalik melihatnya, dia tahu persis siapa yang memanggilnya itu.

"Kamu Benar-Benar Sudah Gila Ya? Apa Sih Maumu.. Mau Mempermalukan Aku? Atau Mau Menghancurkanku?" geram juwita lia kesal, tapi suaranya dibuat rendah tak ingin terdengar oleh orang lain.

"hai lia sayang.. hari ini kau saaangat caanntiik, tapi aku agak kurang suka dengan pakaianmu"

"aku nggak perlu komentarmu untuk penampilanku! Yang aku tanya apa maumu datang kesini!" sela juwita lia dengan kasar, tapi dalam hatinya dia setuju dengan pendapat nikolas bahwa dia juga tak menyukai gaun yang dipakainya.

"aku datang kesini hanya ingin makan" kata nikolas tenang, dia tersenyum.

"Kau Bohong Kan?! Kalau kau hanya ingin makan kenapa sampai menjatuhkan piringmu? Kau datang untuk mengacaukan kencanku kan?" Kata Juwita lia kesal, dia menatap nikolas dengan tatapan meremehkan yang nyata. 

"piring itu jatuh bukan karena aku sengaja, aku sedang melamun dan tiba-tiba piring itu jatuh begitu saja"

"nggak mungkin!! Dasar tukang bohong"

"Mungkin seperti inilah kalau orang mulai hilang kewarasannya julia sayang. aku mencintaimu dan merindukanmu dan hampir seperti orang gila." kata nikolas dan senyumnya semakin lebar.

"kau bilang cinta?! Omong kosong! Pakai pikiranmu.. tanya hatimu kalau kau benar mencintaiku, semua ini hanya karena egomu. Kau tak pernah mencintaiku, aku juga tak pernah mencintaimu. Kalau bisa kasar aku akan menyuruhmu enyah dari hidupku, dasar kau brengsek, niko" kata juwita lia ketus. Wajah nikolas langsung berubah.

"begitu ya" kata nikolas pelan, tubuhnya jadi kaku karena menahan sakit mendengar perkataan juwita lia, bagaimanapun juga dia punya harga diri.

"seharusnya kau mengerti kata cinta sebelum menggunakannya!" kata juwita lia mantap dan dia berbalik hendak meninggalkan nikolas, tapi kemudian dia berhenti, dia teringat sesuatu.

"dan tolong niko, jangan pernah datang menemui ayahku lagi, kalau kau laki-laki jangan mengancam ayahku kalau hanya ingin mendapatkanku," kata juwita lia, tanpa melihat ke nikolas.

"lia, justin itu brengsek" walaupun nikolas sedang sakit hati dia masih memperingatkan juwita lia, tapi juwita lia hanya mendengus tanpa memandang nikolas dan dia langsung kembali ke mejanya. Dan didepan justin dia berakting semua biasa-biasa saja lengkap dengan senyumnya.

"apa kau sudah selesai lia?" tanya justin sambil tersenyum, setelah dia dengan tenang memperhatikan gerak-gerik juwita lia sewaktu dia kembali dari toilet.

"maksudnya?" juwita lia sedikit kaget dengan pertanyaan justin, mungkinkah dia mengetahui apa yang telah terjadi tadi, pikir juwita lia.

"aku hanya bertanya, apakah acara makan malam kita disini telah selesai? Tapi kalau kau belum selesai, silahkan kau lanjutkan, aku akan menunggumu" kata justin dengan lembut sambil tersenyum.

"oh.. apa kau punya acara yang lain?" tanya juwita lia sedikit merasa bersalah.

"nggak, aku nggak punya acara yang lain. hanya saja kalau kau sudah selesai disini, kita bisa melanjutkan di tempat ke lain, aku ingin menunjukkan suatu tempat yang hebat untukmu" kata justin.

"oh ya.. aku jadi penasaran ingin melihatnya, kalau begitu acara kita ditempat ini kita sudahi saja" kata juwita lia pura-pura bersemangat, padahal sebenarnya dia masih teringat dengan nikolas yang dia tinggalkan didepan toilet.

"baiklah" kata justin dan dia langsung memanggil pelayan untuk membayar semua yang mereka pesan malam itu.

Disepanjang jalan menuju tempat yang dikatakan justin, didalam mobil juwita lia hanya termenung, dia masih memikirkan apa yang dia katakan pada nikolas dan yang nikolas katakan padanya, mungkinkah nikolas berkata jujur bahwa dia memang telah jatuh cinta padanya, tapi logika dan hatinya masih tak percaya, walau mereka telah tinggal bersama selama hampir tiga hari tapi itu belumlah mungkin akan membuat mereka saling cinta, nikolas hanya terlalu egois, berkali-kali juwita lia menanamkan pemikiran itu dikepalanya, tapi keraguan itu kembali datang dan mengganggunya.

"kita telah sampai julia" kata justin dan menyentuh tangan juwita lia menyadarkannya dari lamunannya. Mobil mereka telah berhenti di depan lobi sebuah hotel mewah. Juwita lia yang sejak tadi melamun didalam mobil kaget melihat tempat yang dituju mereka.

"kenapa hotel justin? Katanya sesuatu tempat yang hebat?" tanya juwita lia bingung.

"iya.. pemandangan di salah satu kamar presidential suite hotel ini sangat indah, kau pasti akan menyukainya, apa lagi pemandangan matahari terbitnya dari sini indah sekali" kata justin mempromosikan, tapi dia hanya mendapatkan tatapan tak percaya dari juwita lia.

"ayo turun. Disini kita bisa menikmati pemandangannya sambil melanjutkan acara kencan kita, kalau layananmu baik dan kita cocok mungkin kita bisa melanjutkan ke pembicaraan pernikahan kita" kata justin dengan senyum menawannya. Tapi sayang senyum justin itu tak membuat juwita lia luluh, saat dia menatap senyum justin itu juwita lia merasa jijik dan terhina, dia teringat dengan peringatan nikolas kalau justin itu brengsek, dan walau juwita lia sedang kesal dan marah tapi dengan masih berusaha tersenyum dia turun dari mobil justin.

"terima kasih justin untuk semuanya, sayangnya dalam hal ini kita tidak cocok. sungguh senang bisa berkenalan denganmu" kata juwita lia dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan justin, setelah itu dia langsung pergi, meninggalkan justin yang terdiam. Sambil menunggu di pos satpam juwita lia memanggil managernya agar menjemputnya.

Sementara itu nikolas yang ditinggalkan juwita lia didepan toilet tak bisa berkata-kata hatinya sakit dan sedkit bingung, kemudian dia melihat juwita lia dan justin pergi meninggalkan restoran itu, rasa penasaran membuatnya duduk melihat hpnya mencari tahu kemana mereka akan pergi, dan saat dia melihat tanda di hpnya berhenti disebuah hotel, nikolas langsung membanting hpnya, sakit hati dan marah.