"juwi, tadi itu ada telpon dari sehabatmu deybie, tapi karena kau lagi pemotretan, aku memintanya untuk menunggu, nanti kau akan menelponnya kembali" kata manager juwita lia, saat juwita lia selesai melakukan pemotretan iklan.
"oh.. ya.. apa kabar anak itu?" juwita lia terlihat gembira dan dia langsung mengambil hpnya kemudian menelpon balik sahabatnya.
"hei bie, apa kabarmu? Apa kah sekarang aku sudah bisa memanggilmu ibu doktor?" sapa juwita lia bersemangat ketika sahabatnya deybie menjawab panggilan telponnya.
"belum lia, sebentar lagi.. maaf ya aku nggak bisa menghadiri pemakaman ibumu" berbeda dengan juwita lia yang penuh semangat suara deybie terdengar memelas, dia merasa bersalah pada juwita lia.
"sudah.. nggak apa-apa, aku maklumi kok.. ibu dosen kita lagi sibuk menyiapkan naskah disertasinya kan?"
"iya lia, aku sibuk banget, padahal aku rindu banget sama kamu, apa lagi saat ibumu meninggal aku ingin banget ada disampingmu, tapi apa daya lia"
"iya, aku juga rindu banget sama kamu bie.." dua cewek itu saling menceritakan kerinduan mereka.
"lia, sebenarnya aku menelpon kamu karena niko, ku dengar gosip katanya kalian pacaran ya? cie.. cie.." tanya beybie setelah mereka puas melepas rindu.
"nggak ah.. siapa yang pacaran. niko itu hanya membantuku keluar dari kasus orang brengsek itu, kita nggak pacaran." Kata juwita lia,
"nanti kalau kau pulang kesini, aku akan cerita semuanya sama kamu"
"oh gitu ya.. kirain kau telah memaafkan dia dan kemudian kalian pacaran"
"memaafkan? mungkin tak akan pernah bisa ku maafkan perbuatannya yang dulu. tapi sekarang aku tak semarah dulu, aku dan niko sekarang punya hubungan orang biasa" kata juwita lia tenang, dia belum berniat menceritakan apa yang terjadi antara dia dan nikolas.
"oh gitu ya.. ini lia, sebenarnya ibunya niko menelponku, meminta aku untuk menghubungimu agar bisa mempertemukan mereka. kau tahu kan sejak waktu itu, niko sampai sekarang belum pernah pulang lagi kerumah orang tuanya, bahkan nggak ingin bertemu dengan kedua orang tuanya. Ibunya niko sebenarnya sekarang telah berada di sana di kotamu, apa boleh aku memberikan nomor hpmu pada ibunya?" kata deybi menjelaskan niatnya menghubungi juwita lia. Juwita lia sebenarnya agak keberatan menemui nikolas lagi, mengingat belum juga berapa hari sejak dia mengusir nikolas, tapi kalau menyangkut permintaan seorang ibu, dia selalu merasa iba.
"iya boleh, berikan saja, nanti aku akan coba mempertemukan mereka" kata juwita lia pasti.
"kau yakin lia kau bisa mempertemukan mereka?"
"akan aku usahakan, kamu percaya saja, dan cepat selesaikan sekolahmu, aku kangen berat sama kamu" kata juwita lia, dan mereka masih membicarakan banyak hal lagi sampai akhirnya mereka mengakhiri panggilan telpon itu.
Tak pernah terpikirkan oleh Nikolas kalau dia bisa dibujuk untuk melakukan sesuatu hal dengan begitu cepat, saat juwita lia memintanya untuk bertemu, walau dia tak tahu untuk apa, dan juga dia tak peduli kalau sebenarnya beberapa hari ini dia mengurung diri karena rasa kecewa dan marahnya pada juwita lia, tapi disaat juwita lia menelpon ingin bertemu, entah mengapa dia bisa langsung setuju.
Dan disinilah dia disebuah restoran menunggu juwita lia, dan walau juwita lia datang agak terlambat dia tetap tersenyum untuk menyambut wanita itu, tapi betapa kagetnya dia saat melihat ada seseorang yang datang bersama dengan juwita lia.
"hai niko.. apa kabarmu?" Tanya juwita lia saat dia tiba, dia melihat nikolas terpaku menatap orang yang datang bersamanya.
"mama" panggil nikolas pelan, dan orang yang bersama juwita lia itu langsung memeluk nikolas, dia ternyata adalah ibunya nikolas, nikolas yang biasanya menghindar bertemu dengan orang tuanya tapi didepan juwita lia dia dengan pasrah diam dipeluk ibunya.
"mama kangen padamu niko, kenapa kau selalu menghindar saat mama ingin bertemu, dan saat mama menelpon kenapa kau tak pernah menjawab sayang, mama minta maaf kalau kami telah menyakitimu terlalu dalam" kata ibu nikolas setelah puas memeluk anaknya, walau tak memeluk lagi tapi dia tetap memegang tangan nikolas seakan tak ingin dilepas.
"...." nikolas tak menjawab dia hanya diam saja.
"kenapa tak dijawab niko, kau marah ya karena aku membawa ibumu kesini?" tanya juwita lia, dia tak suka nikolas mendiamkan ibunya. nikolas menatap juwita lia sesaat,
"ini bukan salahmu lia, aku tahu pasti ini permintaan mamaku"
"lalu kenapa kau tak menjawab pertanyaan mamamu? Apa kau tak bisa memaafkan mereka?"
"ah nggak apa-apa nak lia, nggak usah memaksa niko kalau dia masih belum ingin memaafkan kami, tante akan bersabar"
"tapi tante, dia nggak boleh seperti ini, lagipula bukankah sudah terlalu lama dia marah, mau sampai kapan dia menyimpan kemarahannya" kata juwita lia kesal pada sikap nikolas,
"sudah.. nggak usah dibahas lagi, bukankah kita kesini untuk makan? Lebih baik kita pesan makan dulu ya.." kata ibu nikolas melarai, sebenarnya nikolas sedang berjuang menahan marahnya, seandainya orang yang menegurnya itu bukan juwita lia, dia pasti akan marah, bahkan mungkin sangat marah.
"maafkan aku ma, permintaan maaf mama itu akan aku pikirkan, aku belum bisa menjawabnya sekarang, rasa sakit hati dihianati oleh kalian masih terlalu sakit" kata nikolas lirih, suaranya pelan.
"iya mama akan bersabar menunggu kau memaafkan kami sayang, tapi mama mohon jangan menghindari mama lagi ya.., baik itu saat ditelpon maupun saat kita bertemu langsung seperti ini" kata ibunya nikolas, sedangkan nikolas hanya diam, sampai mereka selesai makan pun hanya juwita lia yang berbincang -bincang dengna ibunya nikolas, sedangkan nikolas hanya diam memandangi mereka berdua.
"dasar egois, apa kau tak pernah berpikir kalau sikapmu seperti itu, kau telah menyakiti hati mamamu?" protes juwita lia pada nikolas ketika mereka tinggal berdua, setelah mereka mengantar ibunya nikolas pulang.
"julia, kau pernah berkata padaku, kalau urusanmu aku tak punya hak untuk mengurusnya, jadi dalam hal ini kumohon lia tolong jangan campuri urusanku" kata nikolas
"KAMU!! Dasar kau benar-benar egois, aku bukannya mencampuri urusanmu, aku hanya ingin menasehatimu, sebagai anak itu janganlah menyakiti hati orang tuamu" juwita lia jadi kesal mendengar yang dikatakan nikolas, nikolas yang sejak beberapa hari ini lagi kesal dan kecewa dengan juwita lia, jadi tambah kesal pada juwita lia.
"terima kasih dengan niat baikmu lia, tapi aku nggak perlu nasehatmu, aku tahu apa yang aku lakukan" kata nikolas dengan tenang, tapi itu ternyata sangat menyakitkan buat juwita lia.
"terserah" kata juwita lia setelah beberapa detik dia terdiam berjuang menahan sakit hati dan airmatanya yang hampir menetes.