Chereads / KESALAHAN NICK / Chapter 17 - Cerita 17

Chapter 17 - Cerita 17

Nikolas sedang mengumpulkan kepingan koinnya yang baru saja dimenangkan dan memasukkannya kedalam tas, berniat untuk berpindah tempat untuk menghabiskan kepingan koinnya. Sudah hampir dua hari ini nikolas didalam kasino itu berusaha berkonsentrasi, setelah hampir seminggu ini pekerjaan dikantor tak satupun ada yang beres, dia susah untuk konsentrasi pikirannya selalu terpecah, dia begitu ingin bertemu dengan juwita lia, tapi dia juga sedang marah bahkan sangat kecewa dengan juwita lia, perempuan itu mencampuri urusannya tapi tak ingin dia mencampuri urusannya, dia bahkan pergi dengan laki-laki brengsek itu ke hotel, dan saat nikolas mengingat kejadian itu sekali lagi rasa sakit itu menusuk hatinya.

Aku mencintainya tapi kenapa sesakit ini? Pikir nikolas, kata orang jika kau sangat mencintai seseorang, kebahagiannyalah yang paling utama dan kau akan iklas, tapi kenapa aku tak bisa iklas pikir nikolas sedih.

"woiii bro, ngapain kamu ditempat ini?" sewaktu tangan sakti menyentuh bahunya, nikolas dengan enggan berbalik menghadap sakti.

"aku sedang menyapu bersih meja judi, kau ingin bergabung?" kata nikolas lalu dia tersenyum, sebuah senyum paksa. Sakti menilai nikolas, wajahnya pucat dan kantong hitam dibawah matanya terlihat jelas hal itu menandakan bahwa sudah berhari-hari nikolas pasti belum tidur.

"ayo pulang, ada yang ingin aku bicarakan denganmu," kata sakti, dia meletakkan tangannya dipundak nikolas dan berusaha membimbing nikolas untuk keluar.

"lepaskan aku, aku masih ingin bermain, apa kau tak lihat kalau aku lagi untung besar" nikolas berusaha untuk membebaskan pundaknya dari tangan sakti.

"sudahlah.. ayo pulang.. hal yang ingin kubahas denganmu harus dibicarakan dirumah"  sakti masih ngotot mengajak nikolas pulang.

"heh, hal yang ingin kau bahas itu pasti tidak menguntungkan buatku, kalau disini aku lagi beruntung" dan nikolas telah berhasil melepaskan tangan sakti, dia berjalan ke mesin slot, dia memasukkan koin dan bermain dengan mesin itu.

"woi nick, Kau Itu Tak Pantas Terlihat Merana Seperti Ini, AYO PULANG!!" nikolas jadi berhenti bermain, dia manatap sakti dengan tajam.

"apa! Marah?! Atau kau mau protes dengan yang kukatakan kalau kau terlihat merana.. Coba kau ngaca, dan lihat sendiri disana, kau itu terlihat sangat merana!" geram sakti, dia sangat kesal melihat tingkah nikolas yang diluar kebiasaannya. Nikolas sesaat terlihat marah, tapi kemudian dia terdiam dan mengacuhkan sahabatnya itu, dia mulai bermain lagi.

"nick ayo pulang, aku ingin membahas sesuatu tentang juwita lia bidadariku, dan ini sangat penting" melihat nikolas tak bergeming sakti mengubah cara untuk mengajak nikolas pulang. Pada dasarnya sakti memang sedang marah dengan nikolas masalah juwita lia, tapi setelah mendapat laporan dari anak buah nikolas yang mengatakan bos mereka beberapa hari ini sangat kacau, dan sudah dua hari  juga berada dikasino, membuat sakti berpikir dia harus turun tangan menyelesaikan masalah dua orang itu.  

"aku nggak sedang bercanda nick, juwi kayaknya perlu bantuanmu lagi" kata sakti dan seperti dugaannya walau bagaimanapun nikolas pasti akan meresponnya  jika sedang membahas juwita lia. Dan meski tanpa kata-kata nikolas sepertinya mendengarkan perkataan sakti, dia berjalan ke tempat penukaran untuk menguangkan kepingan koinnya dan keluar dari kasino itu.

Disepanjang jalan pulang mereka tak saling bicara, sakti melirik nikolas terlihat dia sedang termenung, sebenarnya sakti ingin menertawakan tingkah nikolas sekarang karena sangat tidak sesuai dengan kepribadiannya yang selama ini sakti kenal, tapi hati kecilnya merasa kasihan pada nikolas, ternyata orang sekeras nikolaspun akan hancur jika menyangkut cinta, dan dia tak tahu masalah apa yang terjadi antara nikolas dengan juwita lia.  

"tidurlah nick, kita akan membahas masalah ini besok pagi saja, ini sudah jam 3 subuh, aku juga mengantuk" kata sakti ketika mereka telah tiba dirumah nikolas dan dia berjalan menuju sofa diruang tamu nikolas. Sedangkan nikolas sendiri dia hanya duduk terdiam dan berusaha memejamkan matanya, dan dalam usahanya untuk tidur pikiran nikolas menerawang mengenang wajah juwita lia yang sedang tersenyum disaat-saat mereka sedang berbahagia, dia tak ingin mengingat pertengkaran-pertengkaran mereka. dan walau sebentar akhirnya dia tertidur.

Besok paginya sakti terbangun dengan suara hpnya yang berbunyi, panggilan telpon dari kantornya, dan setelah menutup telpon dia teringat dengan apa yang terjadi, dimana nick pikirnya dia mencari keberadaan nickolas yang sejak dia bangun tak terlihat batang hidungnya.

"woi nick ngapain?" akhirnya sakti menemukan nikolas sedang memasak didapurnya.

"kalau kau ingin sarapan, silahkan duduk tapi kalau tidak silahkan pergi" kata nikolas dan dia mulai memakan sarapan yang dibuatnya. Sakti tersenyum senang, terlihat sahabatnya telah normal kembali.

"jangan pernah mengatakan kalau aku terlihat merana. itu sangat menjatuhkan harga diriku" kata nikolas memulai cerita, dan sakti tersenyum lebar, dia hampir tertawa mendengar perkataan nikolas itu.  

"tapi itu memang benar. semalam itu ingin sekali ku rekam saat kau terlihat merana" kata sakti tak takut dengan nikolas, diwajahnya terlihat sekali kalau dia sedang menertawakan nikolas.

"dasar brengsek, sana pulang!" kata nikolas kesal, tapi itu malah membuat sakti tertawa lepas.  

"lain kali kalau ingin menyadarkanku nggak usah pakai namanya, itu terlalu basi" kata nikolas lagi, tapi sakti langsung kembali serius.

"jadi benar kalian sedang bertengkar ya?" tanya sakti

"bukan urusanmu!"

" iya benar urusan cinta kalian itu bukan urusanku. tapi ini masalahnya menyangkut harga diri seorang juwita lia yang adalah seorang brand ambassador perusahaanku, kalian boleh bertengkar tapi tolong jangan seperti itu lagi." beberapa hari ini sakti benar sedang marah pada nikolas masalah juwita lia, tapi ditahannya karena dia sedang sibuk persiapan untuk peragaan busananya.

"emang apa yang terjadi?" tanya nikolas tak mengerti dengan kemarahan sakti.

"dasar kau nick.. kau ini memang laki-laki kurang peka. Kalau nggak mengingat kau sahabatku mungkin wajah pura-pura polosmu itu sudah ku pukul. Gila ya.. kalian mau bertengkar, kalian mau ciuman, atau kalian mau bermesraan itu bukan urusanku, tapi tolong kalau kalian melakukan hal-hal seperti itu tolong jangan didepan umum, karena banyak mata yang melihat dan akan membahas hal itu" sakti masih marah.

"yaa.. mau gimana, bukankah orang kalau sedang dimabuk cinta, akan tak peduli dengan sekitarnya, dunia seakan milik berdua saja." Sela nikolas pelan, dia masih tak mengerti dengan kemarahan sakti.

"DASAR GILA!! Seperti dugaanku, kau pasti akan berkata seperti ini, dasar manusia nggak punya hati. Sialan nick!! Kalian boleh bertengkar, silahkan.. tapi setidaknya nick jangan kau meninggalkan juwi seperti orang bodoh ditempat seperti itu, beruntung satpam dihotel itu baik dan mereka menyembunyikan juwi didalam kantor mereka, kalau tidak dia pasti akan menunggu jemputan mobilnya seperti orang bodoh didepan hotel itu."

"sebentar. Maksudmu lia dihotel itu berada dipos satpam menunggu jemputan? Bukan didalam hotel?" potong nikolas penasaran. Dia teringat waktu itu saat juwita lia pergi bersama justin ke hotel, jadi itu mereka bukan didalam hotel, tapi juwita lia sedang menunggu jemputan dipos satpam, apakah dia sedang salah paham? Pikirnya.

"HAH!! Benarkan, kau pasti tak peduli. kata orangku, disana juwi menunggu dijemput oleh menagernya hampir satu jam.. apa kau tak kasihan?!" kemarahan sakti itu seperti lagu merdu ditelinga nikolas, akhirnya kemarahan dan kekecewaannya pada juwita lia terjawab sudah.