Chereads / KESALAHAN NICK / Chapter 15 - Cerita 15

Chapter 15 - Cerita 15

Apa sebenarnya yang juwita lia harapkan, apakah ini yang dia inginkan dengan di akui sebagai bagian dari keluarga ayahnya, diakui oleh neneknya, tapi apa yang dia rasakan di hampir seminggu ini, diatur, diperintah, dimarahi, dan sekarang dilecehkan, memang pelecehan itu bukan dibuat oleh neneknya langsung, tapi kalau saja dia memakai pakaian yang lebih sopan dan elegan, tidak mengikuti perintah neneknya, mungkin saja dia tak mendapatkan pelecehan yang menyayat hatinya, dia memang tak perawan lagi, tapi rasanya sakit jika dia dianggap sebagai bahan pemuas nafsu, "kalau kau bisa memuaskanku, mungkin kita bisa berlanjut kepembicaraan pernikahan" kalimat itu terus saja mengiang dikepalanya, belum lagi tatapan nikolas yang sakit hati karena perkataannya membuatnya semakin tak karuan dan stress.

"oma buka pintu dong, aku ingin bicara" kata juwita lia mengetuk sambil memanggil omanya dari depan pintu kamar.

"ada apa lia, kenapa kau membangunkan omamu" tegur mama eden pada juwita lia dengan lembut,

"aku perlu bicara dengan oma, ma" kata juwita lia sambil tersenyum, wanita itu memang ibu tirinya dan tak ada hubungan darah dengannya tapi walau begitu dirumah ini wanita itu tetap baik padanya, dia selalu sopan dan lembut, tidak seperti neneknya, mereka punya hubungan darah tapi juwita lia selalu diperlakukan dengan kurang baik, neneknya selalu ketus, egois, mengatur, bahkan terkadang juga memarahinya.

"tapi oma mungkin sudah tidur lia, apakah tidak bisa dibicarakan besok saja" kata mama eden lagi dengan kalem.

"ada apa lia?" tanya henry ayahnya juwita lia, dia juga jadi terbangun.

"aku ingin bicara dengan oma sekarang yah, aku takut besok ceritanya sudah menjadi lain" kata juwita lia bersikukuh.

"tapi benar seperti yang dikatakan mama eden lia.. ini sudah jam 11 malam, mungkin saja oma sudah tidur"

"oma buka pintu dong, aku ingin bicara dengan oma" suara juwita lia sangat memelas dia tak peduli dengan perkataan ayahnya dan ibu tirinya, hatinya telah bulat dia harus bicara dengan omanya.

"lia sayang lebih baik sekarang kau ceritakan sama ayah apa yang menjadi masalahmu, dan besok nanti kita bahas itu dengan oma" kata henry membujuk, dan dia memeluk pundak putrinya, tapi bersamaan itu pintu kamar oma letizia telah dibuka.

"ada apa ini kenapa kalian ribut-ribut didepan kamarku" tanya oma saat dia telah membuka pintu kamar dan mendapati putra, menantu dan cucunya didepan pintu kamarnya.

"oma.." juwita lia langsung memegang tangan oma letizia, dan dia menangis.

"iya ada apa ini?" oma letizia menuntun cucunya masuk kedalam kamarnya, diikuti putranya sedangkan menantunya hanya menatap mereka dari depan pintu.

"oma, aku nggak mau dengan orang itu oma, dia brengsek, malam ini dia berkali-kali melecehkan aku"

"melecehkan bagaimana?" tanya oma dengan tenang.

"setiap ada kesempatan dia selalu berusaha menyentuhku oma, dan juga saat terakhir, dia membawaku kehotel dan mengatakan kalau aku melayani dengan baik, mungkin kita bisa membicarakan pernikahan, begitu oma, aku sakit hati oma, dia tak menghargai aku" juwita lia meluapkan kekesalannya, wajah henry terlihat mengeras tapi dia tak ingin bicara dulu, dia ingin mendengar komentar ibunya dulu.

"dia menyentuhmu karena dia menyukaimu berarti" dengan tenang letizia berusaha membela teman kencan juwita lia itu.

"oma.. Tapi itu sangat tidak sopan, aku nggak suka" sela juwita lia, pada komentar neneknya.

"tapi kau bisa menahannya kan.. waktu dia mengajakmu tidur, dia juga memintanya dengan sopankan, kalau dia brengsek dia akan memperkosamu, dan meninggalkanmu begitu saja, buktinya dia membiarkanmu pulang dengan selamat" komentar oma letizia lagi, juwita lia tertegun mendengar perkataan neneknya.

"ma, kenapa berkata seperti itu? cucu mama lagi sakit hati." Protes henry,

"apa masalahnya, mama berkata seperti itu supaya dia nggak perlu sakit hati, dunia sekarang semua orang sudah brengsek, jadi kalaupun dia nggak mau, dia bisa berkata nggak mau, laki-laki itu mungkin saja hanya ingin mencobamu"

"ma, setidaknya hibur dulu cucunya.. ah sudah lah..nggak usah dibahas."

"lia lebih baik kau masuk kekamarmu, papa perlu bicara berdua dengan omamu" perintah henry pada juwita lia, dia yang yang sejak tadi terdiam mendengar perkataan neneknya di bawa pergi oleh ibu tirinya.

"kenapa kau menyuruhnya pergi, apakah yang mama katakan itu salah?" tanya letizia setelah eden dan juwita lia pergi.

"bukan begitu ma, tapi setidaknya bela lah dia, beri dia kata-kata menghibur agak dia tak kecewa dengan mama"

"mama yang kecewa dengan anakmu. kalian berdua anak dan ayah sama saja, tak bisa melihat mana yang bagus dan yang harus diperjuangkan, yang kalian pikir hanya cinta, cinta tanpa masa depan buat apa, anakmu itu hanya bekerja sebagai seorang artis,  kalau kecantikannya memudar pasti dia nggak laku lagi, kalau dia nggak didukung oleh suami yang hebat, mau jadi apa dia nanti"

"jangan meremehkan pekerjaan orang ma, sekarang ini artis itu bisa bekerja sampai tua"

"bekerja sampai tua, tapi berapa uangnya, seorang artis itu perlu gaya hidup yang mewah"

"nggak semua artis seperti itu ma, lagi pula sebenarnya julia itu ada seorang pengusaha muda yang hebat yang menyukainya, aku suka dengan anak itu, mereka belum  jadian saja, dia sudah datang kepadaku meminta restuku"

"apa pengusaha itu orang asia?"

"iya ma, anak muda itu sangat hebat dan gigih, dia.."

"ah sudah, mama tetap nggak suka dengan orang asia. Mama nggak perlu dengar ceritamu, lebih baik kau keluar, mama mau tidur" letizia malas mendengar cerita henry dan dia langsung menarik selimutnya dan menutup matanya bergaya tidur.  Melihat itu henry hanya bisa menarik nafasnya pasrah dengan sikap ibunya.

Setelah dari kamar ibunya dia langsung kekamar putrinya, anaknya perlu dihibur pikirnya.

"lia sayang, maafkan omamu ya, ayah harap kau tak menyimpan dalam hati perkataan omamu" henry tersenyum pada putrinya. Saat dia masuk kekamar putrinya juwita lia sedang duduk diteras kamarnya, termenung memikirkan perkataan omanya, dia jadi memikirkan nikolas, nikolas itulah sebenarnya laki-laki yang brengsek tapi entah kenapa hati kecilnya tak setuju, dia berusaha membelanya tapi dia juga merasa bersalah dengan perlakuannya pada nikolas.

"ayah harap kau bisa mengerti maksud baik oma, dia hanya kwatir dengan masa depan keluargamu, kalau dia terlalu mengatur itu karena dia ingin yang terbaik buatmu, mungkin juga kalau lia tua nanti akan seperti oma," kata henry lagi.

"iya ayah aku tahu.. aku mengerti ayah, tapi lia akan berusaha tidak seperti oma yang suka mengatur" kata juwita lia tersenyum lebar, dan ayah dan anak itu saling tertawa dan saling menghibur.