"pak nick, maaf telah membuatmu menunggu" sapa henry ketika dia telah selesai rapat dan menemui nikolas.
"Pak henry.. ah.. ini salahku, karena tidak membuat janji duluan, maaf kalau saya telah mengganggu pak Henry." Nikolas bangkit dari duduknya untuk menyalami henry, dan mereka saling berjabat tangan.
"oh nggak apa-apa pak nick, silahkan duduk." Henry mempersilahkan nikolas duduk dan dia juga duduk didepan nikolas.
"ada apa ya.. ada yang bisa saya bantu? Kami merasa terhomat dikunjungi oleh pak nick"
"ah pak henry, jadi nggak enak nih.. panggil saya nick saja, atau mungkin mau panggil niko juga nggak apa-apa.. itu panggilan lia untukku" kata nikolas, dia sedikit tersenyum.
"oh.. jadi pak nick, eh, nick datang kesini karena ada urusannya dengan putriku?" henry juga ikut tersenyum, seperti dugaannya nick bersedia menunggunya pasti karena urusan menantu.
"iya benar pak henry, saya datang kesini karena saya ingin meminta restu dari pak henry, soal hubunganku dengan julia" kata nikolas tanpa basa basi.
"ehm.. maaf ya nick, kupikir soal restu itu nanti diberikan saat kalian akan menikah, tapi yang kutahu, selama ini putriku selalu berkata kalau dia tidak punya pacar. Apa kalian pacaran?" henry mencoba bersikap bijaksana dalam membuat keputusan sebagai orang tua.
"eh iya, kami.. bukan, maksudnya saya sedang berusaha untuk mendapatkan cintanya julia jadi saya berniat meminta ijin,"
"nick bukan berniat mempergunakan saya untuk mendapatkan cinta putri saya kan? Nick tidak sedang mengancamkan?" tanya henry lagi, dia menatap nikolas serius. dan henry jadi melihat kejadian yang belum pernah dia lihat sebelumnya nikolas terlihat gugup dan takut, rasanya henry ingin tertawa tapi dia tetap berusaha terlihat berwibawa.
"eh bukan seperti itu maksud saya pak henry. Saya.. saya hanya berharap bisa mendapatkan ijin dan restu, eh.. untuk restu iya nanti kalau kami akan menikah, tapi maksud saya, saya mengaku didepan pak henry kalau saya sedang bersungguh-sungguh untuk mendekati putri bapak, saya harap pak henry tidak keberatan" kata nikolas tanpa dia sadar wajahnya terlihat berkeringat karena gugup.
"oooh, kalau masalah putriku mau menerima cinta siapa, saya sebagai orang tua pasti akan selalu mendukung keputusannya, mungkin aku akan memberikan nasehat sedikit atau pendapat, tapi tetap pada akhirnya semua tergantung pada keputusan putriku. Itu prinsipku nick, jadi kalau kau ingin mengejar cinta putriku silahkan saja, selama itu tidak mencelakainya, aku setuju saja" kata henry berwibawa. dia tersenyum, dalam hatinya ada rasa bangga tak menyangka orang hebat ini akan jatuh cinta pada putrinya.
"terima kasih pak henry.. aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi layak buat putri anda" kata nikolas, kewibawaannya telah kembali, dan dia tersenyum puas.
Sebelum bertemu dengan calon jodoh yang diberikan oma letizia kali ini juwita lia sudah diwanti-wanti terlebih dahulu agar bersikap baik dan sopan, calonnya kali ini seorang akuntan profesional yang sangat terkenal.
Dan acara perkenalan mereka sudah ditentukan bertempat disebuah restoran yang sangat mewah. Di sana juwita lia tampil dengan begitu cantik dan mewah. Sebenarnya juwita lia agak kurang suka dengan tampilannya hari itu karena dari baju yang dia pilih sampai makeup yang dipakainya semua harus disetujui oleh oma letizia terlebih dahulu, dan itu seperti bukan dirinya sendiri. Awalnya juwita lia suka dengan perhatian dari oma letizia itu, tapi pada akhirnya dia merasa terlalu diatur dan harus mengikuti semua keinginan neneknya.
"julia?" calon jodoh juwita lia yang seorang akuntan itu saat dia melihat juwita lia masuk dia langsung berdiri terpesona dengan kecantikan juwita lia, tubuh juwita lia yang berbentuk indah juga kulitnya yang putih mulus terlihat karena gaun yang dipakainya terlalu menempel badan dan agak terbuka, membuat mata laki-laki itu tak berkedip menatap juwita lia.
"justin.. justin!" dua kali juwita lia menyebut nama orang itu baru kemudian dia sadar, melihat itu juwita lia pura-pura tersenyum malu padahal dalam hatinya dia jengah dengan tatapan justin itu.
"ah.. maafkan aku yang kurang fokus julia, itu karena kau terlalu cantik.. perkenalkan namaku justin, justin smith. Kita memang sudah saling mengetahui nama, tapi kita belum berkenalan secara resmi" kata justin dengan ramah dan mereka pun saling berjabat tangan, agak lama dia memegang tangan juwita lia, nanti setelah juwita lia menariknya tangannya baru kemudian dilepasnya.
"silahkan duduk julia" dengan cepat justin telah berjalan dibelakang juwita lia dan menarikkan kursi untuknya, dan dengan sengaja dia menyentuh pundak juwita lia yang terbuka. Sepertinya justin benar-benar menyukai menyentuh juwita lia.
"terima kasih" walau sedikit kesal dengan sentuhan justin tapi juwita lia tetap duduk dan tersenyum dengan manisnya.
"eh, sebelum kita ngobrol lebih lanjut bagaimana kalau kita pesan makanan dulu?" kata juwita lia memulai pembicaraan karena justin hanya duduk diam dan memandanginya.
"ah.. iya silahkan lia, pesanlah apapun yang kau suka" kata justin dan setelah itu pembicaraan mereka mulai lancar, dimulai dari menu makanan, makanan apa yang juwita lia suka, juga apa yang disukai justin, kemudian berpindah ke hobi masing- masing dan berlanjut kebanyak hal. Justin memang agak genit menurut pemikiran juwita lia, tapi dia juga enak diajak bicara, pengetahuannya luas dan dia juga tidak egois, dengan sabar dia mau mendengarkan pendapat juwita lia, hanya saja juwita lia sekarang lebih berhati-hati dia tak ingin kejadian bersama arlan adam terjadi lagi. Justin juga seorang yang bisa membuat juwita lia tertawa, dan tanpa mereka sadari tak jauh dari mereka ada seseorang yang sedang panas hatinya karena cemburu. Orang itu padahal sangat tidak percaya dengan kata cemburu, kenapa kita harus iri dengan apa yang dilakukan orang? Kita juga bisa melakukan apa yang kita suka, Itu pemikiran yang selalu dia tanamkan dikepalanya, tapi kali ini dia sendiri bingung dengan yang dirasakannya, marah.. padahal orang itu hanya membuat juwita lia tertawa, kesal.. tapi apa kesalahannya, dua hal itu bercampur menjadi satu. Dan
PRAAAANG!!! Sebuah benda pecah belah jatuh di lantai, dan suaranya mengajutkan semua orang. Nikolas langsung berdiri dari tempat duduknya mengangkat tangannya seperti menyerah dan dia berkata dengan cueknya.
"ooopss.. maaf.. tanganku tak sengaja terpelesat!!" kata nikolas, dia berkata bukan sambil melihat pelayan atau petugas restoran, dia berkata sambil menatap juwita lia yang karena kaget tadi secara spontan melihat kearahnya yang kebetulan duduk dimeja jajaran didepannya dua meja dari mejanya. karena tadi sedang serius dengan justin, juwita lia tak tahu kapan laki-laki itu masuk kedalam restoran ini.
"ada apa sih?" justin hendak berbalik dan melihat kejadian apa yang terjadi dibelakangnya, tapi juwita lia menahannya.
"ah bukan apa-apa itu hanya orang ceroboh yang tak sengaja menjatuhkan piringnya, eh, apa yang kau katakan tadi?" kata juwita lia mengalihkan perhatian justin, padahal dalam hatinya dia marah dengan kelakuan nikolas itu.