Chereads / BERAKHIR CINTA / Chapter 55 - Bab 55 Lega Berujung Sedih

Chapter 55 - Bab 55 Lega Berujung Sedih

"Oh ya aku lupa kan hari ini yang bawa sepeda, Rian."Bela baru ingat sambil memukul jidatnya dengan pelan. Dia baru sadar kalau hari ini sepedanya dibawa adiknya. Padahald ia sudah tiba di parkiran dan melihat sepedanya yang biasa terparkir disana tidak ada.

"Dan ini juga baru jam 1 siang. Pasti dia belum pulang ini."Bela melihat layar handponenya yang sedang menunjukkan pukul 1 siang. Panas terik matahari yang begitu menyengat sekali menyilaukan matanya yang tengah berlindung dari balik kaca bening kacamata bundarnya.

Setelah Bela memasukkan handponennya kedalam tas, tiba-tiba dia dikejutkan dengan kedua kaki yang berada di depannya. Dengan cepat dia langsung mendongak dan melihat didepannya.

Deggg

Jantung Bela bak serasa disambar petir. Seketika dia langsung tersentak setelah melihat apa yang ada didepannya itu.

Sosok laki-laki berbadan tinggi dan gagah dengan setelah kemeja berwarna hitamnya tengah berdiri tepat dihadapannya. Mata Bela yang sudah memperhatikan dari ujung kaki sampai ke atas, kini langsung terhenti di wajah orang tersebut.

"Kamu."Bela benar-benar kaget melihat sosok laki-laki didepannya adalah Raka.

"Kaget?"ucap Raka dengan datar dan menatap Bela dengan tajam.

"Dia kok bisa ada disini? Dia mau apa?"tanya Bela dengan penuh pertanyaan pada Raka.

Bela akui kalau Raka saat ini terlihat tampan sekali. Berbeda dari penampilan ketika bersekolah. Rasa-rasanya ketampanan Raka saat ini bertambah berkali-kali lipat ketimbang ketika bersekolah dengan adanya setelan kemeja warna hitam yang membaluti tubuh gagah dan tinggi Raka itu. Raka yang sudah tampan dan kulit putih mulusnya itu membuat aura ketampanannya semakin keluar.

"Kenapa ngalamun? Kaget lihat aku disini?"Raka memajukan wajahnya hingga hampir menyentuh wajah Bela didepannya itu. Bela langsung memundurkan kepalanya agar tidak bersentuhan.

"Ke..kenapa kakak disini?"tanya Bela dengan sedikit gelagapan.

"Kenapa kamu tanya aku disini? Seharusnya aku yang tanya kamu? Jadi kamu, wanita yang tidak tahu terima kasih itu karena sudah aku bantu kemarin."kata Panji sambil memainkan matanya menatap Bela dengan sinis sedikit.

"Sudah aku berusaha menghapus masalah itu dari hidup aku malah dia ngingetin lagi. Apa dia nggak punya salah apa sudah berbuat seperti itu sama aku?"batin Bela sambil menggelengkan kepalanya.

"Gimana aku bisa mengucapkan terima kasih sama kamu yang sudah jelas-jelas lancang sekali melakukan hal yang tidak seharusnya kamu lakukan sama aku kemarin. Kamu menggantikan pakaian aku tanpa meminta izin dulu. Sekalipun kamu meminta izinpun aku juga tidak akan mengizinkannya. Apa itu…."

"Hussst."Raka langsung meletakkan jari telunjuknya itu di depan bibir Bela.

Melihat jari telunjuk Raka tepat di bibirnya, seketika pembicaraan Bela langsung terhenti. Dia tidak menyangka kalau Raka akan melakukan hal seperti itu.

"Eh."Bela langsung menepis jari telunjuk Raka dan menjauhkannya dari bibirnya.

Raka sendiri juga kaget dengan reaksi Bela itu. Baru kali ini dia melihat ada wanita yang menolak sentuhannya. Setahu dia malah banyak anak perempuan yang berlomba-lomba untuk dekat dengannya. Sepertinya Raisa di sekolahnya yang sangat terkenal itu juga sangat ingin disentuh olehnya. Tidak hanya Raisa saja tapi sebagian besar semua murid perempuan di sekolahnya sangat tergila-gila padanya.

"Parah kalau ada yang lihat."batin Bela sambil melihat ke sekelilingnya. Dimana di sekitarnya masih sepi orang-orang. Mungkin sebagian besar semua murid masih ada di dalam untuk berswa foto bersama disana.

"Dasar."kata Bela dengan lirih sambil menoleh kearah Raka habis itu langsung pergi.

Baru saja meninggalkan dan melangkah satu langkah saja tiba-tiba tangannya ditarik Raka. Seketika Bela langsung berbalik badan dan mengikuti kemana Raka Berjalan sambil menarik tangannya dengan erat itu.

"Hei lepasin."kata Bela sambil meronta-ronta untuk dilepaskan.

"Kak lepasin aku."Bela masih berusaha untuk dilepaskan.

Bela tidak tahu dia mau dibawa kemana dan diapakan oleh laki-laki aneh itu. Ya itulah anggapannya pada Raka untuk sekarang ini.

Sesekali Bela melihat sekitarnya untuk memastikan keadaan sekitar. Takutnya nanti ada yang melihat mereka. Bisa menjadi masalah nantinya bila dia yang melihat kebersamaannya dengan Raka itu.

"Raka."teriak seseorang dari belakang Bela yang jaraknya lumayan jauh itu.

"Raisa."Bela menyempatkan untuk menoleh kebelakang ditengah tarikan tangan Raka yang kuat itu. Betapa kagetnya dia ketika mengetahui orang yang memanggil tadi adalah Raisa, teman sekelasnya yang sangat menaruh hati pada Raka.

"Masuk."Raka langsung menyuruh paksa Bela masuk kedalam mobil mewahnya berwarna hitam.

Raka langsung menutupkan pintu mobil Bela. Kemudian disusulnya ikut masuk kedalam mobil dengan berlari. Setelah itu mobil itu langsung melaju meninggalkan area sekolah dan Raisa yang tengah berlari kearah mereka.

Ternyata hari ini Raka mengendarai mobil ke sekolah. Mungkin karena hari ini adalah hari spesialnya jadi dia memilih untuk membawa mobil menuju sekolah. Kadang juga ketika sekolah dia juga membawa mobil. Tapi lebih sering mengendari motor ninjanya berwarna hitam.

"Hei kenapa kakak bawa aku kesini."Bela sudah duduk dan langsung di tutup pintunya. Sehingga Bela tidak bisa apa-apa karena langsung terkunci.

"Diam."Raka masuk dan menutup pintunya. Kemudian dia langsung menancap gas mobilnya.

"Kak kakak mau bawa aku kemana? Lepasin aku kak."Bela menengok kearah luar jendela dan dilihatnya mobil Raka sudah berjalan dengan kencang keluar sekolah meninggalkan Raisa yang hendak menuju kearah mobil Raka.

Raka hanya memicingkan matanya sambil menyetir mobilnya. Dia tidak tahu mau bawa Bela kemana tapi yang penting dia ingin menanyakan sesuatu hal penting kepada Bela.

Bela terlihat panik sekarang. Jujur baru kali ini dia berurusan dengan seorang laki-laki yang tidak dikenal akrab olehnya. Itu tentu membuat panik dirinya. Dia takut diapa-apakan oleh Raka. Pikiran Bela langsung berkelayung-layung memikirkan hal yang tidak-tidak.

"Kak tolong lepasin aku kak. Aku mau dibawa kemana kak?"Bela langsung memegang tangan Raka berusaha untuk memohon dilepaskan.

Berkali-kali Bela memohon untuk dilepaskan, tetap tidak melunturkan kerasnya hati Raka. Raka terus menyetir mobil itu dengan kencang menjauhi area sekolah. Bela hanya terlihat panik.

Tiba-tiba mobil itu berhenti dengan tiba-tiba di pinggir jalan yang nampak sepi dari lalu lalang kendaraan. Bela yang tidak memakai sabuk pengaman langsung terdorong kedepan dan kepalanya langsung terbentur dengan bagian depan mobil Raka.

"Awww."pekik Bela yang merasakan rasa sakit di kepalanya.

Raka kaget melihatnya. Dia tidak tahu kalau Bela tidak mengenakan sabuk pengaman seperti dirinya.

Saat tangan Raka ingin menolong Bela, tiba-tiba Bela langsung menepisnya. Raka lagi-lagi terkejut melihat tangkisan tangan Bela itu. Sepertinya memang Bela tidak mau mendapatkan bantuan darinya apalagi ketika disentuhnya.

Begitupula dengan Bela juga sama tidak mau kejadian kemarin terulang lagi. Dia tidak akan memberikan kesempatan kepada Raka untuk menyentuh dirinya lagi. Sudah cukup kejadian kemarin itu saja dia disentuh Raka tanpa dia sadari kemarin.

"Kakak itu maunya apa sih? Awww."ucap Bela sambil mengelus kepalanya yang kini sudah menonjol.

"Kamu itu jangan berlagak sok anak baik. Kamu sendiri juga mau kan disentuh. Diam-diam ternyata kamu itu anak malam yang suka ke club?"kata Raka. Seketika Bela langsung menatap heran kearah Raka karena tidak tahu maksud dari Raka barusan.

"Perlu kamu ketahui ya, aku tidak seperti apa yang kamu tuduhkan tadi. Aku tidak menggantikan pakaianmu seberani itu. Itu semua dilakukan ART di rumahku. Dan aku juga tidak sudi melakukan itu sama wanita yang suka keluyuran di club."imbuh Raka.

"Kenapa? Bingung? Kamu kira aku nggak tahu kamu pergi ke club malam-malam itu. Gitu aja sok anak alim nggak mau disentuh."tatap Raka dengan sinis.

"Oh ya dia kan pernah lihat aku di club tempat kerjanya bibi Devi."Bela teringat dan paham dengan maksud Raka.

"Diam kan? Kamu itu jangan so alim gitu kali. Aku itu nggak nyangka ya. Orang seperti kamu itu bisa keluyuran di club seperti itu. Kamu kan masih sekolah. Emangnya kamu ngapain aja disana ?"Atau jangan-jangan kamu sering disana ya."kata Raka yang terlihat meremehkan Bela.

Bela yang sudah tahu arah jalan pikir dan ucapan Raka barusan, membuat emosi Bela tidak terkendali dan tidak bisa dibendung lagi.

"I..itu.."Bela ingin menyanggahnya tapi kalah bicara sama Raka.

"Kamu ngapain aja disana? Kalau kamu berani disana, kenapa kamu beranggapan kalau aku yang menggantikan pakaianmu saja kamu malah marah? Bukannya kalau kamu disana malah akan berbuat selebih itu dengan pria hidung belang…"Raka benar-benar sudah membuat hati Bela teriris.

Plakkkk

Bela langsung melayangkan tamparan keras kearah pipi Raka yang mulus itu. Dia tidak peduli Raka itu siapa. Baginya semua emosinya kini sudah membumbung tinggi dan tidak kuat untuk ditahan lagi. Alhasil dia langsung menampar Raka.

"Jangan asal bicara kakak ya. Aku nggak suka kamu bicara seperti itu. Akkkk…"Bela terhenti. Dia tidak mungkin memberitahukan kepada Raka mengenai pekerjaan bibinya yang saat itu bekerja di club malam itu. Lagian ada disana juga karena kepepet ingin membantu bibinya saja.

"Kamu jangan lagi ngata-ngatain yang nggak-nggak mengenai aku. Kamu nggak tahu aku, jadi diamlah."ucap Bela dengan mata berkca-kaca.

"Kamu berani menamparku?"Raka tersulut emosinya langsung mencekam dagu Bela.

Raka menatap mata Bela dengan tajam dan jarak dekat sekali. Jujur Raka kini dipenuhi perasaan murka yang teramat dalam sekali. Dia tidak menyangka wanita didepannya itu berani menamparnya.

"Ya aku berani menampar kamu karena kamu sudah kasar bicaranya. Hiksss."tiba-tiba air mata Bela meluncur jatuh begitu saja. Sudah dikata-katain kasar kemudian diperlakukan kasar sambil dibentak juga. Jujur baru kali ini dia dibentak-bentak laki-laki sehingga membuatnya menangis.

"Keluar."bentak Raka. Raka tidak bisa melihat wanita menangis.

Bela langsung dilepaskan Raka begitu saja. dengan cepat Bela keluar dari dalam mobil sambil menyeka air matanya.