Seperti bisa hari ini Bela sedang bekerja. Jujur saat berangkat kerja tadi, rasanya berat sekali ketika mau berangkat kerja. Dia merasa kurang nyaman dengan suasana kerjaannya dimana teman-teman kerjanya mengacuhkannya dan secara tidak langsung menyuruhnya untuk belajar sendiri. Itulah yang membuatnya kurang semangat bekerja. Padahal dia sedang butuh banget bimbingan dari seniornya. Bahkan dia juga tidak diajak ngobrol oleh teman-temannya.
"Semoga hari ini aku bisa lewatin kerjaanku dengan lancar. Kasihan bibi yang sampai sekarang masih cari kerjaan. Aku yang sudah diberi kerjaan nggak boleh nyia-nyiain kerjaan ini hanya karena masalah teman saja."batin Bela sambil bekerja.
"Hei, kamu baru?"disaat Bela sedang mengelap meja restaurant yang habis digunakan pengunjung tiba-tiba ada orang yang menepuk lengannya hingga membuatnya kaget sekali.
"Asataga."Bela kaget sampai meloncat.
"Kaget ya, maaf."kata pelayan yang nampak asing bagi Bela. Menurutnya kemarin saat bekerja dia tidak melihat pelayan yang tengah menghampirinya itu.
"Ya. Kaget aku mbak."Bela menghela nafas sambil mengelus dadanya.
"Kamu baru?"tanya pelayan yang sedang berdiri dan mengobrol dengan Bela itu.
"Ya mbak. Baru aja kemarin kerjanya. Kok kayaknya saya baru lihat mbak ya?"Bela melihat wajah pelayan itu dari dekat.
"Aku juga sama kayak kamu. Baru gitu, cuma aku lebih dulu dari kamu. Kemarin aku itu nggak masuk karena nggak enak badan. Pantasan dari kejauhan aku lihat kamu kok kayak asing. Ternyata kamu baru juga. baru kemarin kerjanya juga."ucap pelayan itu.
"Ya mbak. Eh kenalin aku Bela mbak. Kalau mbaknya?"Bela mengulurkan tangannya untuk mengajak pelayan itu berkenalan.
"Aku Novi."pelayan itu juga menjabat tangan Bela.
"Senang kenal denganmu."
"Eh kalian. Kenapa banyak ngobrol? Ini emang tempat untuk ngobrol apa?"bentak Della dari belakang mereka.
Seketika Novi dan Bela langsung bubar dan kembali ke pekerjaan mereka masing-masing. Bela merasa kurang nyaman bila berdekatan dengan Dela. Rasanya Dela itu seperti orang yang suka mengatur dan seperti pemilik restaurant itu saja. Memang Della itu senior tapi cara kerjanya itu membuat Bela tidak nyaman.
Bela langsung kembali bekerja dan menghampiri beberapa kerumunan yang sedang duduk di meja yang ukurannya panjang. Kira-kira ada 5 orang yang duduk disana. Sebagian besar cowok semua.
"Tenang Bela. Kamu harus tenang. Jangan grogi."tiba-tiba Bela merasa grogi sendiri ketika mendekati kerumunan itu.
"Selamat datang. Mau pesan apa?"Bela berusaha percaya diri dan berani. Dia sudah tidak lagi memikirkan dirinya salah bicara atau tidak.
"Kita mau pesan steak 5 sama jus. Jus apa ya?"kata salah satu perempuan yang duduk disana melihat menu makanan disana.
Sedangkan beberapa yang lain adalah laki-laki semua. Ternyata semua laki-laki itu tengah memandangi Bela dengan tatapan tidak biasa. Dia jadi heran sendiri.
"Jus apa bro?"wanita itu langsung menoleh ke teman laki-lakinya.
"Jus apa aja."jawab laki-laki disana sambil memandangi Bela tanpa henti.
Betapa kagetnya Bela ketika wanita tadi melihat kearahnya. Ternyata wanita itu adalah Raisa, teman sekelasnya yang selalu cari masalah dengannya. Bela berusaha tenang untuk menghadapi Raisa. Dia berharap temannya itu tidak mengenalinya.
"Cantik sekali. Pantasan semuanya pada ngelihatin dia."batin Raisa yang sedang menyoroti Bela.
Raisa tidak sadar kalau pelayan cantik itu adalah Bela. Teman sekelesnya yang paling tidak disukainya di kelas lantaran penampilannya nampak culun. Tapi sekarang Bela sudah berubah, sehingga membuat Raisa tidak mengenalinya.
"Semoga aja dia nggak tahu kalau aku ini Bela."batin Bela dalam hati.
"Mbak aku jus jambu. Aku jus mangga aku jus strwabery. Dan aku jus alpukat."kata satu persatu laki-laki disana.
Bela langsung mencatat satu persatu pesanan pengunjungnya itu. Raisa terlihat terus memandangi Bela. Dalam benak dan pikiran Raisa sedang mempermasalahkan rasa tidak asingnya dia dengan ciri-ciri postur tubuh Bela. rasanya dia seperti mengenali ciri-ciri wanita pelayan itu. Tapi dia juga tidak tahu itu siapa.
"Silahkan ditunggu ya mbak mas, pesanannya. Terima kasih."ucap Bela sebelum pergi meninggalkan Raisa.
"Kok aku kayak nggak asing dengan wanita itu. Tapi siapa."batin Raisa dalam hati yang masih bingung.
"Hei kamu kenapa?"salah satu laki-laki disana menepuk Raisa yang masih bengong sambil melihat Bela yang sudah pergi.
"Nggak papa."
"Cantik ya Sa pelayan tadi. Nggak kalah cantik sama kamu."ucap laki-laki itu.
"Apa kamu bilang?"Raisa tidak terima kalau kecantikannya itu disamakan dengan seorang pelayan. Merasa harga dirinya jatuh, alhasil dia langsung menggampar teman laki-laki itu.
Bela bernafas lega karana Raisa tidak mengenalinya. Dia tidak bisa membayangkan kalau Raisa mengenalinya. Pasti Raisa akan menjahilinya dan mencari masalah dengannya sama etika di sekolah. Dan itu bisa membuat Bela dipecat dari pekerjannya itu. Bela langsung pergi kebelakang untuk menyerahkan menu makanan yang dipesan Raisa itu.
"Itu kayaknya bukan teman-teman sekolahnya deh? Wajahnya nggak aku kenal semua."batin Bela sambil mengingat wajah satu persatu laki-laki teman Raisa tadi.
"Ah tahu ah. Apa urusannya dengan aku. Yang penting aku kerja dan dia nggak ngenali aku."Bela berusaha masa bodoh dengan urusan Raisa.
Kini yang menjadi masalah untuk Bela adalah kalau waktunya menyerahkan pesanan kepada Raisa. Dia tidak bisa membayangkan kalau dirinya harus berhadapan lagi dengan teman jahatnya itu lagi. Memang dia sudah mengecap Raisa sebagai teman yang jahat karena sering membuat masalah dengannya di kelas.
Sembari menunggu pesanan Riasa siap, Bela sedang menunggu pengunjung yang lain. Dia berusaha semangat dan melupakan masalahnya itu
"Kamu kenapa?"tanya Novi yang melihat Bela tengah berdiri sendirian dan melamun itu.
"Aku boleh minta tolong?"tanya Bela kepada Novi.
"Ya apa?"
Kring kring
"Aduh pesanannya udah matang lagi."
"Aku boleh minta tolong anterin ini ke kerumunan disana?"Bela menunjuk kearah kerumunan yang ada Raisanya itu,
"Itu. sini,"Novi langsung membantu Bela.
Bela merasa senang skeli akhirnya dia memiliki teman juga disana.