"Aduhhhh."Bela merasa sedikit sakit di kepalanya.
Mata Bela mulai bisa membuka dengan pelan-pelan dan melihat sekelilingnya. Jujur dia seperti dihantam benda tumpul di kepalanya sehingga membuatnya langsung amnesia. Dia tidak tahu dimana dia sekarang. Matanya berusaha melihat satu persatu benda didekatnya, agar dia teringat terakhir kalinya dia ada dimana dan sekarang dia ada dimana juga.
"Ini aku dimana?"Bela melihat ruangan sekelilingnya itu terlihat mewah dan designnya seperti punyanya anak laki-laki.
"Astaga kak Raka."Bela langsung teringat dengan kejadian terakhir dimana dirinya bertemu dengan Raka saat sedang kehujanan.
Bela benar-benar kaget sekarang. Kini dia ingat apa yanga terjadi padanya. Dia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saja sembari menahan perasaan penuh tidak percaya.
"Astaga?"Bela langsung melihat kearah pakaiannya yang sudah tidak basah lagi itu.
"Ini pakaian siapa?"Bela langsung menutup dadanya yang sudah memakai kemeja warna putih polos milik Raka dan ukurannya sangat kedodoran untuk tubuhnya. Sehingga lengan panjang kemeja tersebut sampai menutupi jari-jemarinya.
"Siapa yang gantin pakaianku?"tanya Bela sambil memelototkan matanya dan tangannya mengeratkan selimut warna abu-abu itu untuk menutup dadanya.
"Nggak mungkin. Nggak mungkin kak Raka yang udah gantiin pakaianku tadi."batin Bela terus menggelengkan kepalanya.
"Ini kamar siapa? Apa ini kamar dia?"tanya Bela terus memikirkan Raka.
Pikiran Bela terus diisi dengan hal-hal kotor yang sudah dilakukan Raka padanya tadi. Sungguh Bela merasa risih dan kotor sekali pada badannya sendiri karena membarkan laki-laki yang belum sah menjadi suaminya sudah melakukan seperti itu padanya. Terlebih dia juga tidak sadar ketika digituin.
Tanpa disadari dan ketahui Bela, ternyata yang telah menggantikan pakaiannya tadi adalah Bi Surti alias asisten rumah tangga di rumah Raka. Dan bukan Raka yang melakukannya.
Senakal-nakalnya Raka, tetap saja Raka mengedepankan nilai-nilai yang sudah ditanamkan dan diajarkan ibunya sejak kecil. Dimana dia tidak boleh menyakiti orang lain terutama wanita.
"Hiksss. Kenapa dia melakukan ini."Bela meneteskan air matanya sambil memegang kemeja itu dengan erat menutupi dadanya.
Dia yang sudah merasa malu dan kotor itu langsung berusaha bangkit. Dia tidak ingin berlama-lama di kamar itu. Dirinya yang belum seratus persen pulih itu langsung jatuh di samping kasur Raka. Tapi dengan sekuat tenaga dia berusaha berdiri dan akhirnya juga bisa berdiri.
"Aku nggak percaya dia sudah malakukannya padaku."batin Bela sambil berlinangan air mata dan melihat kamar yang dia tiduri tadi bernuansa seperti laki-laki. Dimana cat tembok kamar itu didominasi warna gelap yaitu perpaduan warna abu-abu dan hitam.
"Dia jahat."Bela langsung bangkit dan berjalan meninggalkan kamar itu. Dia tidak mau berlama-lama disana.
Akhirnya Bela berhasil keluar dari kamar itu dan keluar. Jujur dia kaget sekali melihat rumah yang dia pijaki itu terlihat mewah dan luas sekali itu. Design rumah itu lebih ke modern tapi ada perpaduan eropanya juga.
Tapi karena perasaannya sedang semrawut, jadi dia tidak peduli lagi dengan keindahan rumah itu. Baginya dia ingin segera pulang. Untungnya disaat dia kabur itu, tidak ada seorangpun yang ada disana. Maklum saja saat itu jam dinding rumah Raka menunjukkan pukul 3 dini hari.
"Hiksss."Bela terus berjalan menjauh dari rumah Raka sambil berlinangan air mata.
"Kenapa dia jahat sekali."batin Bela terus berjalan dengan sempoyongan dan mengeratkan pegangannya pada kemeja putih dan kedodoran itu.
Kini Bela sudah berjalan meninggalkan rumah Raka yang terlihat mewah dan besar sekali itu. Bela terlihat memakai setelan kemeja dan celana panjang longgar warna hitam. Dia benar-benar sedih sekali sekarang. Selama ini dia selalu menjaga dirinya agar tidak diganggu orang lain terutama laki-laki tapi sekarang apa yang terjadi.
"Aku benci dia."Bela sampai jatuh segala di jalan aspal yang sepi itu.
"Aduh."Bela merasa kesakitan pada lututnya karena terbentur dengan aspal jalan.
Bela kaget saat melihat kearah lututnya yang ada kapas dan ada cairan warna cokelat disana. Dia baru tahu kalau lututnya sudah diobati saja.
"Kakiku."Bela teringat kembali dengan kakinya yang sempat terluka saat kehujanan tadi malam.
"Siapa yang udah mengobati luka aku ini?"tanya Bela sambil menyeka air matanya yang sudah memenuhi pelupuk matanya.
"Masak dia yang ngobatin aku?"batin Bela yang tidak percaya kalau Raka yang sudah mengobati lukanya.
"Kalau memang dia, tapi tetap saja dia salah. Dia sudah lancang sekali melakukannya padaku."Bela terus mengeratkan kemeja entah itu milik siapa sambil meremasnya.
Bela menangs di pinggir jalan sendirian. Dia benar-benar menyesal karena tadi malam bertemu dengan Raka. Berbeda lagi kalau dirinya tidak bertemu dengan Raka, pasti kejadian seperti ini tidak bakal terjadi. Dan dia tetap merasa dirinya masih suci. Tapi sekarang benar-benar ragu kalau dirinya masih suci. Lantaran Raka sudah membuka pakaiannya tanpa meminta izin darinya. Ditambah lagi dirinya saat itu tidak sadar, jadi Raka mengapa-ngapakan dirinya.
Jujur Bela tidak tahu dimana dia sekarang. Terlebih lagi ini dini hari jadi masih sepi orang. Sepertinya Bela harus mencari jalan sendiri.
Berkat kesabarannya, akhirnya dia bisa keluar juga dari ketidaktahuannya. Dia kini sudah keluar dari kompleks yang tidak dia ketahui itu dimana. Yang dia tahu ada sebuah pos penjagaan. Sayangnya penjaganya tengah tertidur lelap didalam. Bela tidak mau mengganggunya.
"Oh aku tahu ini."Bela mengenali jalan yang dia pijaki setelah keluar dari kompleks.
Akhirnya Bela melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke rumah. Dia baru tahu kalau Raka kakak kelasnya itu tinggal di salah satu kompleks yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya.
Sebelum tiba di rumah, Bela menyempatkan untuk mengusap air matanya agar tidak terlihat habis menangis. Dia tidak mau membuat beban pikiran bibi dan adiknya.
"Aku nggak boleh sedih. Aku yakin kamu kuat Bel."Bela berusaha menguatkan dirinya.
Ceklek
Kebetulan Bela membawa kunci cadangan rumah. Jadi dia bisa membuka pintu rumahnya kapan saja khususnya ketika dia pulang malam dan bibinya sudah tertidur. Bela sudah tidak kuat lagi dengan masalahnya barusan bersama Raka. Dengan cepat Bela masuk dan merebahkan diri di kasurnya sama Rian. Rian dan Bibi Devi tidak tahu kalau Bela sudah pulang.
Berbeda dengan Raka di rumah. Raka terkejut, setelah mandi di dalam kamar mandi, ternyata wanita yang sudah ditolonginya itu meninggalkannya begitu saja. Jujur Raka kaget sekali melihatnya. Ditinggal mandi saja sudah menghilang.
"Bi bibi."panggil Raka sambil telanjang dada karena habis mandi.
"Ya mas."jawab Bi Surti yang sedang di belakang rumah karena sedang merendam seragam Bela yang basah tadi.
"Bi sini bi."teriak Raka dengan lantang.
"Ya mas ada apa?"Bi Surti mendekati Raka yang masih telanjang dada.
"Kemana wanita itu bi?"
"Lho bukannya masih ada di dalam kamar mas ya?"
"Nggak ada bi."jawab Raka dengan tatapan bingung.
"Lho bibi juga nggak tahu mas. Soalnya bibi sedang merendam pakaian mbak tadi."jawab Bi Sumi dengan menunjukkan tangannya yang basah karena terkena air.
"Ya sudahlah coba aku lihat kedepan. Eh tapi bi tolong jangan ceritakan kejadian ini sama mamah papah."Raka menunjuk kearah Bi Surti.
"Ya mas."