Hari ini Bela tiba-tiba disuruh Anton untuk pindah shift 2 dimana jam kerjanya dimulai pukul 3 sore dan pulangnya jam 11 malam. Seharusnya Bela hari ini masih shift satu. Tapi tiba-tiba disuruh ganti shift. Mau tidak mau dia harus nurut. Sadar kalau poisisinya masih karyawan baru jadi harus mau diatur. Meskipun hatinya tidak terima.
"Kamu kenapa Bel?"tanya Bibi Devi menghampiri Bela yang sedang melamun sendirian di depan pintu. Bela sudah nampak rapi dengan seragam pelayannya yang ditutupi dengan outer.
"Nggak papa kok bi."jawab Bela dengan sedikit lesu.
"Udah cerita sama bibi kalau ada masalah."Bibi Devi mendekati Bela sambil duduk bersebelahan.
"Seharusnya ini itu aku masih shift 1 bi. Tapi tiba-tiba aku disuruh ganti shift. Dan itu mendadak sekali."ucap Bela dengan sedihnya.
"Bibi tahu. Emang gitu kalau kerja. Apalagi kalau kamu masih baru. Tapi yang sabar, nanti juga kamu akan terbiasa sendiri. Itu sekaligus untuk mengetesmu juga."bibi Devi menenangkan perasaan Bela yang sedih itu.
Biargimapaun juga Bela masih baru, jadi bibi Devi memang sudah sewajarnya menghibur dan menenangkan hati Bela. Dia yang sudah malang melintang bekerja dimapaun jadi sudah hafal dengan dunia kerja.
"Tapi disana kamu merasa dihargai kan? Maksudnya kamu nggak pernah dijahili dan diapa-apain sama orang lain?"tanya bibi Devi yang terlihat peduli sekali sama Bela.
"Nggak kok bi. Justru aku suka sama tempatnya. Aku nyaman sekali kerja disana. Hanya saja aku belum terbiasa sama teman-temanku. Tapi aku senang juga sih soalnya aku punya teman satu yang baik banget sama aku."jawab Bela dengan senyum manisnya itu meskipun harus terpaksa supaya bibi Devi tidak mengkhawatirkannya lagi.
"Bibi berharap sama kamu. Yang betah ya kerja disana. Soalnya bibi juga sampai sekarang cari kerjanya juga belum dapat juga. Dan sekarang bibi juga harus jaga adikmu supaya nggak terjadi apa-apa lagi sama Rian. Maafin bibi ya."ucap Bibi Devi sambil menunduk.
Arini merasa tersentuh dengan pernyataan bibinya itu. Jujur dia tidak mempermasalahkan kalau dirinya harus bekerja sedangkan bibinya tidak bekerja. Lagian bibinya tidak bekerja juga ada alasannya. Selain belum dapat kerjaan karena susah cari kerja disisi lain juga harus menjaga Rian dirumah. Supaya tidak kambuh lagi penyakitnya kalau kecapekan.
Justru Bela bersyukur sekali karena bibinya itu sudah menganggap Rian seperti anaknya sendiri. Sehingga sangat peduli dan mau menjaga Rian.
"Bibi jangan minta maaf. Justru aku senang sekali punya bibi yang bisa jagain dan peduli banget sama Rian. Kita itu sudah menganggap bibi seperti ibu kita sendiri."Bela langsung memeluk Bibi Devi dengan erat sejali. Saking terharunya Bela sampai meneteskan air matanya.
"Kita saling berjuang ya. Kalau bukan kita siapa lagi. Nggak ada lagi orang-orang yang peduli sama kita. Jadi kita harus saling mengerti dan bantu satu sama lain."Bibi Devi memeluk Bela.
Karena jam sudah menunjukkan hampir pukul 3, Bela harus berangkat. Bela berangkat dengan semangat. Dengan perasaan penuh antusias karena sudah mendapatkan semangat dari bibinya. Kalau bibinya tidak bicara tadi, dia juga tidak bisa sesemangat ini.
"Aku nggak boleh patah semangat. Aku harus bekerja sebaik mungkin. Karena dengan itu aku bisa mencukupi kebutuhan rumah. Aku harus sabar aku yakin kuat. Bisa lewati semua ini."batin Bela sambil berjalan menuju restaurant.
Bela tidak pduli mau seberapa jauh jarak dari rumahnya dengan restaurant tempatnya bekerja. Dia tidak peduli kalau harus menerjangnya dengan jalan kaki. Meskipun harus sedikit terpanggang dengan sinar matahari yang sudah mulai tidak terlihat tapi itu tidak membuat rasa semangatnya luntur.
Setibanya di restaurant dia langsung bekerja. Dengan semangatnya dia mulai membersihkan satu persatu tempat yang dianggapnya kotor. Dia tidak peduli lagi dengan teman-temannya yang sering menggosipakannya dibelakang. Baginya sekarang dia hanya kerja dan kerja untuk memenuhi kebutuhan rumahnya. Apalagi kurang sebentar lagi dia akan gajian. Karena gajiannya satu minggu sekali.
Hingga tidak terasa jam demi jam telah dia lewati. Dan tidak terasa shift dua telah dia lewati dengan lancar tanpa ada kendala sedikitpun. Meskipun hari ini dia tidak bekerja dengan Novi sehingga dia tidak memiliki teman saat bekerja itu tidak membuatnya bersedih. Karena ketika dia sedih, dia langsung teringat dengan pesan bibinya tadi.
"Bel, kesini sebentar."teriak Anton yang baru datang ke restaurant.
"Ya pak."Bela yang sedang menutup restaurant itu langsung menghampiri Anton.
"Ini gaji kamu. Aku lihat kerjaanmu bagus juga."Anton memberikan sebuah amplop yang disana terdapat beberapa uang.
"Makasih pak."Bela menerimanya dengan senang sekali.
Akhirnya dia dapat gaji juga setelah bekerja satu minggu. Hatinya bungah sekali sekarang. Meskipun dia sendiri juga tidak tahu berapa nominal gajinya.
Dia tidak sabar untuk memberikan gajinya itu kepada bibinya. Untuk keperluan rumah dan kebutuhan pokok setiap harinya.
"Besok kamu shift 1 ya. Aku hari ini hanya ngetes kamu aja. Eh ternyata kamu memang bagus kerjanya. Bu Mery nggak salah pilih kamu."puji Anton. Bela hanya tersenyum saja tapi dalam hatinya merasa senang sekali.
Hari ini Bela merasa sedikit takut lantaran dia harus pulang malam-malam. Apalagi ini tepat pukul 11 malam. Dia jalan sendirian untuk pulang. Tanpa disadarinya kalau dirinya saat baru keluar dari restaurant itu ada seorang laki-laki yang sedang memperhatikannya.
Dan ternyata orang itu adalah Raka Sanjaya. Raka sanjaya sedang nongkrong bersama teman-temannya di restaurant tempat kerja Bela tapi di halaman terbuka dekat area parkiran. Bela tidak tahu kalau saat dirinya menutup restaurant tadi ada Raka dan teman-temannya di depan. Raka tidak sengaja melihat Bela bekerja disana.
"Aku nggak sabar ngasih ini ke bibi."Bela memegang amplop yang berisi uang itu kepada Bibi Devi.
Bela berjalan di tengah sepinya jalan. Jujur melihat sekelilingnya hening dan jarang ada kenadaraan yang lewat membuatnya semakin takut. Apalagi dia seorang pertempuan. Pikirannya mulai berpikiran yang tidak-tidak.
"Tenang Bela. Nggak ada apa-apa kok."batin Bela sambil menoleh kebelakang berkali-kali untuk melihat keadaan sekitarnya.
Ditengah kesendiriannya menembus keheningan malam, tiba-tiba dia melihat ada seorang yang sedang mengendarai sepeda kearahnya. Dia mulai panik melihatnya. Berhubung suasana disana gelap dan kurang penerangannya dia mulai berpikiran yang tidak-tidak. Mana mungkin malam-malam seperti ini ada orang yang sepedaan.
Detak jantung Bela semakin tidak karuan saat sepeda itu semakin mendekat kearahnya. Rasanya dia ingin mundur dan kembali lagi ke restaurantnya tapi tidak bisa dilakukannya. Karena itu sudah telat.
"Bel."
"Hahhh. Bibi."Bela menghela nafasnya lantaran yang mengendarai sepeda itu adalah bibi Devi.
Dia tidak menyangka kalau bibi Devi menjemput dirinya dengan menggunakan sepeda. Dia salut sama bibinya itu. Akhirnya Bela pulang sambil diboncengin bibinya dengan sepedanya.
"Lho kok wanita itu nggak ada. Apa aku salah lihat tadi ya."Raka saat mengikuti Bela pergi tiba-tiba menghilang. Dia kira Bela tidak akan jauh karena jalan kaki ternyata malah sudah tidak ada. Akhirnya Raka kehilangan jejak karena telat mengejarnya.