"Aku harus kesana. Aku harus bisa."Bela melihat ada sebuh gubuk yang letaknya tidak terlalu jauh darinya. Bela berusaha bangkit meskipun harus menyeret-nyeret kakinya yang sudah perih sekali karena terluka dan terkana guyuran air hujan sehingga membuatnya semakin perih saja.
Akhirnya Bela berhasil berteduh di salah satu gubuk yang letaknya tidak jauh dari tempatnya dia terjatuh tadi. Kini dia duduk sendirian sambil memandangi sekitarnya. Hanya terlihat guyuran air hujan dan suasana gelap saja yang dia lihat. Bahkan satupun kendaraan tidak terlihat melintas dihadapannya.
Suasana terasa begitu mencekam kala dirinya harus duduk sendirian di tengah guyuran hujan yang semakin deras itu. Ditambah lagi terpaan angina mulai tidak bersahabat dan semakin kencang saja itu. Satupun orang juga tidak terlihat melintas didepannya. Hanya dirinya saja disana tengah duduk sendirian sambil berteduh. Maklum saja ini sudah pukul 11 malam lebih.
"Aduh mana kaki perih banget lagi. Basah kuyup juga."Bela menatap luka di lututnya dan kakinya yang tergores karena habis jatuh tadi.
"Aku harus ngabari bibi kalau aku pulang malam. Siapa tahu bibi mau jemput."Bela mengeluarkan handponenya untuk memberi kabar keadaannya.
Bela kaget saat melihat handponenya, dia baru tahu kalau handponenya habis baterainya. Alhasil dia tidak bisa menghubungi bibinya yang ada di rumah.
"Kok gini banget sih nasibku. Niat lembur malah jadi gini."Bela menahan rasa dinginnya pakaiannya yang sudah basah kuyup itu.
"Aduh dingin banget."batin Bela sampai gemetaran sendiri.
Beberapa menit kemudian, dia merasa seperti tidak kuat karena harus menahan hawa dingin yang sudah merasuki tubuhnya hingga menembus tulangnya. Rasanya dia ingin segera tumbang karena sudah tidak kuat lagi menahannya.
Disaat Bela sedang mulai lemas dan kedinginan itu, tiba-tiba ada sebuah sorot lampu kendaraan hendak lewat didepannya. Bela ingin melihat kearah kendaraan itu tapi dirinya sudah tidak kuat lagi. Alhasil dirinya hanya bisa bersandaran ke gubuk itu terus sembari menguatkan dirinya agar tidak jatuh.
"Aduh aku kok nggak kuat lagi."batin Bela yang matanya sudah mulai tidak bisa membuka sempurna.
Disaat Bela sedang duduk dan bersandaran itu, tiba-tiba ada sebuah mobil warna hitam lewat dan berhenti di depan Bela. Ternyata mobil itu tidak lain adalah milik Raka. Dia tahu kalau mobil itu milik Raka, ketika kaca mobil itu diturunkan dan terlihatlah penumpang didalamnya. Ternyata didalam mobil itu hanyalah Raka saja. Raka kakak kelasnya di sekolah yang selalu membuatnya ketakutan.
"Itu kan gadis yang aku lihat di restaurant tadi. Kenapa dia disitu."batin Raka yang menyetir mobilnya dengan pelan-pelan karena melihat ada seorang cewek tengah duduk sendirian di gubuk, posisi juga hujan deras.
Tidak butuh waktu lama, Raka langsung membukakan kaca mobilnya.
"Hei, kamu."Raka berteriak kearah Bela yang masih mengedipkan matanya karena berusaha melihat kearah mobil.
"Kak Raka."batin Bela yang tidak bisa apa-apa karena sudah lemas. Tapi Bela tahu kalau Raka yang ada didalam mobil itu.
"Kamu kenapa? Masuklah."ucap Raka masih duduk didalam mobil.
Bela yang keadaannya semakin lemas karena sudah keburu kedinginan itu langsung tumbang begitu saja. Dirinya yang sudah tidak bisa apa-apa sekarang langsung pingsan begitu saja. Bibirnya juga sudah mulai kebiruan.
"Ehhh."Raka refleks langsung keluar dari dalam mobil karena melihat gadis yang diajaknya bicara tadi tiba-tiba tidak sadarkan diri. Akhirnya dia kehujanan juga. Dia tidak sempat mengambil payung.
Raka menghampiri Bela. Betapa terkejutnya Raka ketika melihat wanita yang ada didepannya adalah sama persis dengan wanita yang pernah membuatnya terpesona untuk pertama kalinya ketika berjumpa di café malam. Dan saat itu dia ingin berkenalan tapi belum sempat.
Dan sekarang dia bisa bertemu lagi. Tapi situasinya berbeda, dimana gadis itu sedang pingsan karena kedinginan.
"Hei. Bangun. "Raka menyentuh kening Bela dengan pelan-pelan.
"Ini kan cewek yang pernah aku bantu dulu."batin Raka sambil memandangi wajah Bela. Raka tidak tahu kalau wanita itu adalah Bela.
Tanpa butuh waktu lama, Raka langsung mnggendong Bela untuk masuk kedalam mobilnya. Setelah didudukkan Raka bingung. Dimana kondisi Bela sudah basah kuyup. Kalau dibiarkan terus begitu, bisa saja kondisi Bela semakin parah dan kedingiann.
"Pakailah ini."Raka langsung mengambilkan jaket untuk dipasangkan di tubuh Bela yang sudah basah kuyup itu.
"Aduh aku harus bawa dia kemana ini?"tanya Raka dalam hati yang tidak tahu dimana alamat rumah Bela.
"Masak aku bawa dia kerumah?"Raka terlihat bingung sambil melihat Bela yang sudah pingsan itu.
"Tapi kalau kayak gini masa aku biarin disini. Lagian di rumah juga nggak ada mamah papah. Mereka kan sedang ada kerjaan di luar. "batin Raka dalam hati dan perasaannya nampak cemas sekali.
Akhirnya Raka membawa Bela menuju ke rumahnya. Raka mengendarai mobilnya dengan kencang sekali. Dia tidak peduli dengan sekitarnya yang sudah nampak gelap dan hujannya juga semakin deras saja. Mobilnya berusaha menembus derasnya hujan agar bisa segera sampai di rumahnya, dan Bela segera mendapatkan bantuan.
Jarak pandangannya juga tidak bisa jauh sekali. Tapi dengan sekuat tenaga dia terus menembus derasnya hujan itu. Tidak ada rasa sedikit sedikitpun dari dirinya kalau kalau nanti dia menabrak sesuatu yang ada didepannya. Karena dalam pikirannya hanyalah bagaimana dia bisa menyelamatkan dan memberikan pertolongan pada wanita yang ada disebalahnya yang nampak lemas sekali itu.
Setibanya di rumah, Raka langsung memarkirkan mobilnya di garasi. Dengan cekatan, dia langsung menggendong tubuh Bela yang masih basah kuyup itu masuk ke rumahnya. Raka langsung membawa Bela ke kamarnya. Kebetulan kamarnya juga ada di lantai satu. Dimana rumahnya terdiri dari dua lantai.
"Bi…bibi."panggil Raka dengan berteriak sambil menggendong Bela masuk kedalam kamarnya. Raka tidak peduli dengan tetesan air yang jatuh dari baju Bela.
Raka merebahkan tubuh Bela diatas kasur empuknya. Raka mulai bingung sekarang. Dia mau ngapain untuk membantu Bela yang tidak sadarkan diri itu.
"Aduh mana bajunya basah semua lagi."Raka mengacak rambutnya sendiri. Dia bingung sekali sekarang.
Raka akhirnya keluar dari kamarnya untuk mencari Bi Surti. Bi Surti sendiri adalah pembantu di rumahnya yang selama ini bekerja di rumahnya bertahun-tahun. Dia ingin meminta tolong kepada Bi Surti untuk menolong gadis yang telah dia bawa ke kamarnya itu.
Tapi ternyata setelah dipanggil-panggil beberapa kali ternyata tidak ada sahutannya. Raka mulai bingung sekarang.
"Astaga ini kan 11 malam, bibi kan sudah pulang sekarang. Pantasan aku panggil nggak muncul."Raka menepuk jidatnya dengan keras sekali.
Raka kembali ke kamarnya lagi. Dia melihat keadaan Bela yang masih belum sadarkan diri itu. Yang membuatnya tidak tega adalah baju Bela yang basah kuyup itu. Pasti membuat tubuh Bela tambah kedinginan saja.
"Kenapa dia hujan-hujanan segala sih."Raka menatap bela yang tidur dengan terlentang itu.
"Masak aku sendiri yang ganti bajunya itu."Raka ragu kalau dirinya sendiri langsung turun tangan untuk mengganti pakaian Bela yang basah kuyup itu.
"Tapi aku juga mau sih gantiin pakaiannya itu."batin Panji dengan penuh nafsu.
Raka memandangi tubuh Bela yang terlihat jelas sekali lekak lekuknya itu. Apalagi pakaian Bela yang tranparan warna putih memperlihatkan pakaian dalam Bela yang begitu jelas sekali. Mata Raka sampai tidak bisa berkedip melihatnya.
Semakin lama, Raka malah semakin tergoda. Jujur baru kali ini dia melihat pemandangan yang begitu membuatnya berdesir kuat sekali. Bahkan juniornya juga sempat berdiri dari biasanya.
"Astaga dia terluka juga."disaat Raka asyik memandangi lekak lekuk tubuh Bela yang begitu seksi itu, tiba-tiba matanya langsung tersentak kearah lutut Bela yang terluka.
"Bi, tolong kesini sekarang."Raka langsung menelepon Bi Surti.
"Astaga dia terluka."Raka cepat-cepat mengobati luka Bela. Sembari menunggu Bi Surti datang kerumah, dia menyempatkan untuk mengobati luka Bela itu.
Tanpa butuh waktu lama, Bi Surti datang ke rumahnya. Kebetulan rumah Raka dengan rumah Bi Surti tidak terlalu jauh. Setibanya Bi Surti di rumah Raka langsung menyuruh untuk menggantikan pakaian Bela yang sudah basah itu dengan pakaian yang layak. Terpaksa pakaiannya digunakan Bela.
"Ini siapa mas?"tanya Bi Surti.
"Udah bi cepat ganti pakaiannya itu."Raka memaksa Bi Surti untuk secepatnya melakukannya. Dan Raka berusaha mengalihkan pandangannya yang sudah tidak kuat lagi dengan lekak lekuk tubuh bela yang begitu membuat nafsunya meronta.
Akhirnya Bi Surti yang langsung turun menggantikan pakaian basah Bela dengan pakaian Raka yang sudah disediakan Raka itu. Raka menunggunya diluar. Sebelum Bi Surti datang itu, Raka juga menyempatkan untuk mengobati luka Bela yang terlihat menganga di lutut itu.