Tiba-tiba dari pohon yang besar itu, muncul bayangan putih gelap. Dari kejauhan muncul seseorang keluar dari cahaya bayangan putih gelap tersebut. Dan ia tampak berbicara. "Hahaha, akhirnya aku bebash!" Ia lalu merubah dirinya menjadi siluman iblis dan menghancurkan rumah-rumah dengan sekali menjentikkan jari. Membakar pohon dengan sekali kedipan mata.
Astaga, monster apa itu?! Gue gak bisa diam saja. Gue ngambil kerikil dan melemparkannya ke kepala monster itu. *Tuakg
Ia terjatuh lalu kepalanya terbentur batu cadas, ia lalu tewas. Gue mendekatinya bersama para warga. Tiba-tiba dia bangkit lagi, ia mengangkat kedua tangan sambil melihat ke langit dan tertawa. "Hahahahahahahaa!" Semua warga melihatnya dengan wajah datar. Lalu gue ngambil kerikil dan melemparnya ke mulutnya. Saat dia tertawa, tiba-tiba sebuah kerikil masuk ke mulutnya. Ia batuk sambil memegangi dadanya. Matanya berubah menjadi putih. Lalu ia tewas lagi. Semua warga meninggalkannya seperti tidak terjadi apa-apa.
Tiba-tiba ia bangkit dan melempar kerikil sebesar bola bowling ke muka gue. Dengan cepat gue menangkisnya dengan angin dan bola itu membalik hampir mengenai monster itu. Ia lalu marah dan mengambil segenggam tanah. Sambil melapalkan sesuatu yang gak jelas, ia merubah tanah tadi menjadi monster yang jelek. Ia lalu berubah menjadi manusia dan pergi sambil berkata. "Kalahkan dulu monster itu, lalu cari aku! Kau bisa bertanya pada Gamasaki!" Ia lalu menghilang seperti menggunakan hiraisin. Jurus Tobirama, Minato dalam serial Naruto. Monster tanah tadi membesar, dari ukuran 400 cm, menjadi 3 meter setengah. 😒
Ia tampak mengamuk karena ia memang mengamuk. Inilah monster pertama yang gue lawan. Monster itu mengeluarkan batu panas dari tubuhnya. Gue lawan dengan jurus angin gue. Tapi batu itu malah semakin membara. Gue lalu berlari secepat angin. Anjir, kok lari gue cepet banget? "Baiklah!" Monster itu menembaki lagi, gue lari zig-zag dan telah sampai di belakangnya. Gue melapisi tangan gue dengan angin lalu memukulnya dengan keras. Ia terlempar ke udara dan keluar dari buku ini. Kalau tidak percaya, lihat ke belakang sekarang! Tapi boong. Saat terlempar, monster itu sempat melempar batu runcing dan mengenai dada kiri gue. Gue memegangi dada kiri gue sambil kesakitan, kedua lutut gue menyentuh tanah dan gue mati eh pingsan.
Tiba-tiba gue udah berada di dalam kamar. Samar-samar terlihat dada kiri gue udah di perban. Sepertinya banyak darah yang keluar sehingga gue bisa lemes gini. Gue mencoba untuk bangun dan TERKEJOEDT. Kok ada Tika di kamar gue?! Seketika gue ngomong agak ngegaz. "Woiy! Ngapain lo disini?!" Dia menjawab dengan santai. "Oh, tadi gue yang nyelamatin lo." Gue pun berterima kasih. "Makasih ya Tik. BTW kenapa pintunya lo tutup?"
Dia jawab. "Biar aman aja."
Gue mencoba berdiri dan mencari udara segar. Tapi saat gue bangun, selimut yang menutupi tubuh gue jatuh. Gue ternyata telanjang. "Anjink! Ngapain lo telanjangin gue?!!" Teriak gue sangat kencang sampai jendela di kamar gue pecah. Eh kamar gue gak ada jendelanya. Tika tampak bingung dan menjelaskan. "Itu bagian dari pengobatannya." "Pengobatan apanya?!" Gue lalu mengambil baju di lemari gue tapi… "Woy sushu! Dimana lemari gua?!!"
"Gue keluarin biar lebih lebar." Sambil memegangi selimut untuk menutupi tubuh gue, gue mencoba untuk membuka pintu. Tapi pintunya terkunci. Gue tanya Tika. "Mana kuncinya?" "Ada deh…" Gue mencoba mendobrak pintu itu agar bisa bebas dari siluman wanita itu. Tapi selalu gagal karena tenaga gue habis. Sekarang gue hanya bisa tidur dulu. Tiba-tiba Tika tidur di sebelah gue, sambil menggoda-goda. Dan akhirnya jiwa-jiwa jahat gue keluar, gue memeluknya dan menyentuh ***** nya. Tenaga gue sedikit pulih, gue mukul dia dan ternyata kuncinya ada disitu. Gue langsung keluar. Akhirnya gue bebash!! Untungnya lagi gak ada orang di rumah gue dan lemarinya dekat. Gue langsung pake celana dalam alias semvak. Saat akan pake celana, tubuh gue kayak terasa berat. Gue hampir jatuh untung Tika nangkep gue. Ia nuntun gue ke kursi deket lemari. Tiba-tiba Ira datang sambil membawa buah-buahan. Mampus! Apa yang lo lakukan di posisi gue?