Sesampainya dirumah Tika yang lumayan besar, maklumlah dia anak orang kaya. Ini sudah malam dan hampir pagi, jam menunjukkan pukul satu dini hari. Kalau jam segitu gue nyebutnya udah pagi.
Lampu sudah dimatikan, aku mengendap-endap mencari dimana letak kamar Tika. Sangat asing bagiku dengan rumah ini. Belum pernah aku masuk sejauh ini.
Aku mencoba membuka satu pintu kamar. Ada bapaknya Tika yang sedang tertidur. Aku menutupnya kembali dan berjalan ke koridor. Kayaknya ini deh kamarnya, aku membuka pintunya. Ternyata itu kamar pembantunya.
Pembantu/pelayan ya?
Pembantu itu sontak terbangun. "Eh? Nona Tika? Ada perlu apa Nona?"
"Eh, maaf aku tidak bermaksud membangunkanmu."
"Dari tadi ayahmu cemas, kau menghilang seharian. Ditambah lagi, mobil nona terbalik di jalan. Kami sudah membawanya ke bengkel untuk diperbaiki. Apa yang terjadi?"
Tanya wanita pelayan itu. Apakah dia bakal percaya jika aku bilang kalau aku bukan Tika? Aku melawan iblis dan bertemu wanita yang mengaku sebagai ratu, dapatkah itu semua dipercaya? Dari wajahnya, dia sangat mencemaskan Tika. Sepertinya ayahnya juga, semenjak ibu Tika meninggal, ayahnya lebih menjaga dan perhatian pada Tika.
"Ah… aku belajar bersama temanku." Kurasa saat ini lebih baik berbohong.
"Masih memakai rok sekolah? Bajumu kemana? Oh maaf lupakan, seharusnya aku tidak cerewet."
Sepertinya Tika sering memarahi pembantu yang satu ini. Namun pelayan ini masih sangat menyayangi Tika seperti anaknya sendiri, terbukti saat dia sangat mencemaskannya. Ternyata ada manfaatnya aku bertukar tubuh, aku jadi bersyukur masih memiliki kedua orang tua dan adik yang sehat.
"Aku akan menyiapkan air panas, silahkan lewat sini." Aku mengikutinya dari belakang dan sampai di depan kamar mandi. Setelah menyiapkan bak berisi air panas dari kran, dia menutup pintu dan meninggalkanku di dalam.
Aku sangat bingung, apa yang harus aku lakukan? Aku sangat tidak nyaman dengan tubuh perempuan, tapi…
Jika aku tidak segera mandi, pelayan itu akan mengira kalau Tika sedang membencinya. Bukankah Tika selalu membentaknya? Aku akan meringankan pekerjaannya selama seminggu ini.
"Kenapa nona? Apa aku melakukan kesalahan?" Dia masuk karena aku tidak segera mandi. Tuhkan! Wajahnya menghadap ke bawah. Tidak apa, Tika yang ini tidak akan memarahimu.
"Tidak, hanya saja… Sebaiknya anda tidur saja. Aku akan menyiapkan sendiri semuanya. Istirahatlah…" Aku tersenyum.
"Ta-tapi…"
"Sudahlah… anda pasti lelah. Tidak perlu lagi menghawatirkanku. Aku ini Tika yang sudah dewasa."
"Ternyata putri Prabu sudah besar ya? Baiklah. Aku akan meninggalkan nona." Dia menutup pintu perlahan, langkah kakinya terdengar menjauh. Prabu? Jadi itu nama bapaknya Tika?
Aku membulatkan tekad. Melihat bak putih dengan air panas itu. Aku menelan ludah, eh sial! Ini ludahnya Tika! Kenapa gue telen?! Aku membuangnya.
Aku berputar-putar ruangan itu sambil berpikir. Apa maksud Tika masuk ke tubuhku waktu itu? Apa dia sangat suka pada tubuhku? Mungkin dia sedang bermain-main dengan tubuhku. Eh tidak! Tidak mungkin! Jangan sampai itu terjadi! Tapi bukan tidak mungkin itu terjadi, Tika sangat tergila-gila padaku.
Jadi, dia setenang itu? Maksudnya tidak apa kalau aku melihat dan melakukan sesuatu pada tubuhnya yang aduhai ini? Itu tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah sekarang adalah… Aku harus segera mandi!
*plorot
Aku membuka semua pakaian dan melihat ke bawah. Harusnya di saat seperti ini, ada sesuatu yang berdiri di bawah. Aku menutup mata dan menjeburkan diri ke bak itu. Hangat air-nya pas, aku akan memuji pelayan itu besok. Aku akan berendam saja, dari pada menggosok-gosok tubuhnya.
Menggosok-gosok?
Ah! Benar juga, mandi itu harus pakai sabun. Sabun batang di sampingku aku ambil dan mulai menggosokkannya ke tubuh ini. Kau harus membersihkan sampai ke sela-sela agar bersih.
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, aku lupa menguncinya. Aku menutupi diri dengan berendam dan menutupi bagian dada, busa ini menutup tubuhku.
Siapa dia? Lelaki dengan bayangan ditubuhnya. Aku akan berteriak tapi tidak jadi karena sudah mengetahui sosok itu. Oh, itu Tika.
Tika?! "Aaa…!" Aku berteriak dengan suara perempuan. Dasar lelaki ini mengintipku secara blak-blakan saat aku mandi. Eh tunggu, busyet!
Tika menutup pintu itu.
"Apa yang lo lakuin di sini?! Dan kenapa masih pake seragam?" Aku keluar bak dan menutupi tubuh ini dengan handuk putih.
"Bodoh! Jika ketahuan, aku akan dikira pengintip! Jangan lakukan itu lagi!" Untung tidak ada yang mendengar teriakanku tadi.
Tika lalu ngomong dengan suaraku. "Heh. Ternyata lo juga suka dengan tubuhku."
"Baka! Aku tidak ingin membuat pembantumu memikirkan hal aneh! Lagian aku juga hanya mandi, jangan melihatku! Aku masih telanjang!"
"He? Itu 'kan tubuh gue, wah ternyata aku cantik juga bila dilihat orang lain. Aku kesini mau mandi denganmu."
"B-bodoh! Mana mungkin aku mandi dengan cewek sepertimu!"
"Aku ini cowok lho, lihat? Aku punya ini, apa kau punya Tika? Hahaha!"
Sial, dia berani menyentuhnya. Aku ini Bayu, bukan Tika.
Kudengar pintu itu di ketok-ketok oleh pembantu tadi. "Non Tika, ada masalah apa lagi? Kenapa berteriak tadi? Apa ada kecoa?"
Sial ternyata dia mendengar teriakanku. Tika menjawab sambil marah, untung aku sigap menutup mulutnya. Aku yang ngomong. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedikit tertidur dan tenggelam tadi."
"Tenggelam?"
"Pergilah!" Aku terpaksa membentaknya, tidak ada cara lain yang aku temukan. Dia akhirnya pergi. Bodoh sekali Tika yang datang ke sini. Ternyata Tika sudah telanjang.
"Bodoh! Jangan lihat ke bawah!"
"Ha? Memang kenapa?" Saat akan melihat ke bawah, aku membuka handuk yang menutupi tubuhku dan melemparkannya ke kepala Tika. Fiuh, hampir saja. Dan 'benda' itu berdiri. Hmm… apa yang ada di pikiran Tika sampai membuatnya berdiri?
Dan akhirnya kami selesai mandi. Tika mengantarku ke kamarnya sambil mengendap-endap. Kami masuk dan menutup pintu. Tika menyalakan lampu.
"Selamat datang di kamarku, kau cowok pertama yang masuk. Meskipun tubuhmu cewek."
Aku melihat banyak poster idol K-pop yang di tempel. Dia benar-benar K-popers sejati. Aku duduk di ranjang yang sangat empuk itu. Lalu berbaring disana. Ah…
"Lho gak pulang, Tik?"
"Aku 'kan sudah dikamarku?!"
Orang tuaku mungkin cemas bila aku tidak pulang. Tapi tak apalah, aku mengirim chat pada ibuku kalau aku baik-baik saja. Baiklah.
Tika berbaring di sebelahku. "Eh? Minggir! Jangan deket-deket, kau sudah masuk usia menikah! Jangan peluk aku!"
"Kenapa Bayu, ini 'kan tubuh lo sendiri. Ini juga kamarku." Tika menaiki tubuhku yang masih terlentang, memegangi kedua tanganku. Aku tidak bisa melawan kekuatan cowok dengan tubuh cewek ini. Kalau aku berteriak, orang akan kesini dan melihat apa yang terjadi.
Tika semakin mendekatkan tubuhnya. "Kalau kau hamil, kita akan menikah 'kan?"
Sial! Dia bahkan tahu cara menyerang menggunakan tubuh cowok? Jangan sampai aku terkena serangannya. Njirr! Dia memperkosa tubuhnya sendiri.
"Yamette kudasai!" Tika lalu berhenti dan menggelinding ke sampingku. "Apa artinya?" "Tolong hentikan."
Eh? Tika sudah tidur? Hmm… wajahku seperti itu saat tidur. Aku mengunci pintu dan menutup jendela dengan gorden. Semoga tidak ada manusia yang melihatku tidur bareng cewek ini di sini. Aku lalu juga menutup mata dan tidur di samping tubuhku.
Keesokan harinya, aku membuka mata diikuti Tika yang juga membuka matanya. Kami saling menatap dan diam disana. Jam menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit. Kami berdua langsung terbangun.
"Udah, gak usah mandi! Udah jam segini!" Aku menyiapkan seragam Tika. Untung kemarin Tika bawa seragam dan tas. Ia sepertinya sudah memikirkan ini akan terjadi.
"Woy! Ngapain lo pake rok?!" Tika mengganti rok-nya dengan celana panjang.
"Udah, ayo bareng naik mobil ayah gua!" Kami berdua melesat menaiki mobil itu. Untung ayah dan pembantunya Tika tidak berada di jalan yang kami lalui.
Dengan Tika yang tergesa-gesa menyetir mobil itu, kami telah sampai di sekolahan. Kok sepi ya? Aku melihat jam di kelas. Ternyata masih jam enam kurang. Mungkin tadi jam di kamar sedang nge-bug.
Kami pun masuk kedalam kelas masing-masing.
Di dalam kelas Tika, aku melihat para murid keluar kelasnya. Waduh? Ada apa ini? Apa ada meteor jatuh? Apa sudah kiamat? Sekolah libur gak nih? Aku keluar bersama murid lainnya.
Ternyata ada seseorang yang keluar dari mobil F1. Ia sepertinya murid baru pindahan dari negeri Korea. Mungkin ada pertukaran pelajar. Kalau gak salah namanya Do Min Hyuk, itu yang di teriakkan para cewek K-popers. Memang wajahnya seperti idol korea utara. Eh selatan.
Diantara para cewek-cewek itu, Tika berdiri di barisan paling depan. Aku baru ingat kalau Tika itu kepoperes sejati. Aku memukul wajahku dan kembali ke dalam kelas.
*Teeeet Bel masuk berbunyi
Aku yang sedang membaca buku tentang jiwa-jiwa di perpus pun kembali ke kelas dengan membawa banyak buku. Karena terburu-buru, aku tidak sengaja menabrak seseorang. Buku yang ku bawa berserakan. Aku mengambilnya sambil meminta maaf padanya. "Eh… maaf, gak lihat."
"Iya, gak apa." Dia membantuku dan aku melihat wajahnya. Njrit, ternyata dia adalah Minhyuk. Dia menyadari kalau aku melihatnya. Aku segera berdiri meninggalkannya tanpa mengucapkan terima-kasih. Aku merasa menjadi tokoh utama wanita di sebuah Drama Korea.
Ah akhirnya sampai di kelas. Guru pun datang tak lama setelah aku masuk. Dia bersama seseorang. "Baik anak-anak, kita kedatangan murid baru. Kalian mungkin telah mengenalnya. Nah, nak perkenalkan dirimu…"
"Nama saya Do Minhyuk, panggil saja Minhyuk. Saya dari Korea selatan. Semoga kita bisa berteman baik."
"Silahkan duduk Minhyuk." Minhyuk duduk di sebelahku. Karena itu satu-satunya kursi kosong yang tersisa. Seluruh kelas sontak berteriak. "Cieee…"
Aku mengarahkan pandanganku ke tembok.
"Sudah-sudah! Sekarang ibu absen biar Minhyuk tahu nama kalian." Guru itu mulai mengabsen satu-persatu murid. Hingga dia memanggil Tika. "Tika? Apa Tika tidak hadir?"
Murid di belakangku ngomong. "Eh, Tik. Di panggil guru tuh!" Aku langsung berdiri dan berteriak. "Hadir bu!"
Salah satu murid cowok ngomong. "Tik, Tik… ngapain lo sampai lupa nama sendiri? Apa karena duduk sama Minhyuk?" "Hahahaha." Seluruh kelas menertawakanku. Aku hanya diam dan duduk menghadap ke arah tembok lagi.
Minhyuk ngomong. "Udah gak apa, gak usah malu. Eh? Kamu yang menabrakku tadi 'kan? Namamu Tika 'kan?"
Cerewet amat ini cowok.
Gue jawab agak ngegas. "Iya, emang kenapa?!"
Dia malah tersenyum. "Hehe… entah kenapa, kau berbeda dengan wanita lain yang pernah aku temui."
"Beda kenapa?"
"Banyak wanita yang melihatku sebatas karena aku orang Korea. Kuakui kalau aku ini tampan seperti Idol Korea." Tampan? Dia bilang dia tampan?
Dia melanjutkan. "Tapi kau tidak melihatku seperti itu, kau memperlakukanku seperti yang aku mau. Cara dudukmu itu, wajah manismu, dan sifatmu yang tomboi… Sejak pertama bertemu, aku merasa…"
Duh perasaan gue gak enak nih, dia tidak melanjutkan karena guru ngomong. "Maaf anak-anak, ada rapat guru. Saya tinggal dulu ya?"
"Iya bu!" "Yang lama!" Seiisi kelas langsung terasa seperti pasar. Ada juga beberapa murid yang keluar.
Tiga cewe mendatangi bangkuku. Oh iya mereka bertiga 'kan anggota geng-nya Tika. Nama gengnya apaan ya? Lupa gue. Salah satu dari mereka ngomong, "Do Min Hyuk… pulang sekolah lo ada acara gak?"
"Mungkin gue akan ikut Basket."
"Wah…bagus itu. Nanti kita berempat ikut ya?!" Kata Mella. "Iya boleh, kalian temannya Tika 'kan?"
"Iya! Oh iya nanti lawan timnya Bayu, lo pasti menang."
"Siapa Bayu?"
Dina menjelaskan, "Ia adalah salah satu orang yang payah." Anjir Gue disini kampret! Gue hanya bisa diam saja.
"Dia tapi hebat kok, Tika saja suka sama Bayu. Tapi dia selalu ditolak."
Min Hyuk terdiam, berkata, "Oh begitu ya?" Ia lalu pergi keluar.
Fuhh sepertinya dia gak ngejar gue lagi karena dia kira Tika suka Bayu. Hihihihi kumanfaatkan situasi ini, gue akan pura-pura jadi Tika. Terima kasih teman-teman gue eh teman-teman Tika. Tinggal tunggu seminggu lagi dan gue akan kembali ke tubuh asli gue!
Setelah beberapa lama, akhirnya bel istirahat berbunyi. Ahhh! Akhirnya, enaknya ngapain ya? Mumpung jadi Tika. Mungkin aku akan melakukan hal-hal yang tidak bisa kulakukan dengan tubuh asli gue. Tapi ngapain? Oh! Akhirnya bisa masuk kamar mandi cewek!
Saat berjalan menuju tempat itu, aku mendengar sesuatu di ruang osis.
"Ngapain gak bisa? Dulu kau yang menambah nilai terakhir! Mungkin tanpamu, kita akan kalah!"
Aku mendekati tempat itu, ada Andre, Reihan, dan ketua osis bersama beberapa murid cowok lain.
"Ada apa?" Aku penasaran, duh aku baru ingat kalau aku sedang jadi Tika. Aku juga baru ingat kalau Reihan si abang jago menyukai Tika.
Reihan melihatku. "Bayu ini lho! Hari ini sifatnya aneh banget, masa dia gak mau ikut turnamen basket hari ini?!" Ternyata ada Tika di situ. Dia duduk sambil merengek ke arahku. Njir gue jadi malu.
"Padahal Bayu itu penyerang yang cukup banyak menambah angka. Hari ini sepertinya dia kehilangan kemampuannya." Ketua osis itu berpikir.
Datang seseorang. "Bagaimana kalau aku menggantikannya?" Dia adalah Minhyuk yang berdiri dengan gagah. Seperti ingin menunjukkan pada Tika kalau dirinya bisa diandalkan. Pas bro, tuh si Tika melihatmu dengan kagum.
"Kau bisa Minhyuk? Main basket?"
"Iya, aku cukup mumpuni dalam bermain basket."
"Baiklah, sudah diputuskan! Kalian juga bersiap sebagai tim pengganti."
"Baik!"
Mereka berangkat menuju bus yang mengantar ke tempat turnamen antar SMA itu. Tim SMA ini sepertinya lesu dan kurang bersemangat, tahun lalu aku membantu menambah skor. Kenapa mereka berpikir akan kalah? Aku akan membantu.
"Ketua! Izinkan aku ikut!" Aku berteriak dan mereka semua berhenti.
"Tapi, ini turnamen basket khusus laki-laki."
"Aku akan memakai seragam cowok dan memotong rambutku!"
"Ta-tapi, jika ketahuan…" "Aku tidak mengijinkan!" "Guru olahraga?"
"Apa kau tidak tahu aturan, Tika? Lagi pula nilai olahragamu juga rendah. Kau mau membantu apa?"
Ch… disaat seperti ini, kenapa disaaat seperti ini. Aku tidak ingin tim SMA ini sampai kalah. Sudahlah… tidak bisa yang bisa diperbuat. Aku harap Minhyuk memang bisa diandalkan, lagipula tim ini juga sangat hebat tanpaku.
Aku akan membantu dengan cara cewek. "Kalian!"
Mereka semua berhenti dan melihatku lagi. Aku tersenyum manis. "Semangat ya!"
Wajah cowok-cowok itu pada blushing. "Serahkan pada kami!" ×5
Yosh! Ganbatte minna!