Piiiip… aku sedikit resah tentang tubuhku saat ini. Tapi kekhawatiranku itu perlahan menghilang saat kuingat Bayu bukanlah orang seperti itu. Itu salah satu yang aku suka darinya.
Menjalani kehidupan sebagai cowok tidak sesulit yang aku pikirkan. Padahal bencana ini salahku, tapi Bayu tidak memarahiku. Atau dia sebenarnya marah?
Ataukah? Dia malah bersenang-senang dengan tubuhku? Lalu saat aku berpikir itu, dia menelponku. Aku lalu menghampirinya dirumahku. Dia tampak menikmati pertukaran kehidupan ini. Dia bahkan mengajak makan pelayanku. Aku menyuruh Bayu untuk mendekati Minhyuk. Bukan tanpa alasan, aku ingin dia juga menderita. Tapi karena kelicikannya, malah aku yang menderita.
Tapi, kenapa aku melakukan itu? Setelah itu, aku pergi dan bertemu Ira di jalan. Aku memanggilnya. "Hey Ira!"
Ira melihatku dan aku menghampirinya. "Panggil saja aku Bayu."
"Bayu… ada apa?"
Entah kenapa juga aku memanggil Ira tadi. Kami yang biasanya bermusuhan di hampir segala hal, hari ini kelihatan akrab.
"K-kau tidak lapar?"
"Baru mau beli makanan. Mau ikut?"
"Bagaimana kalau kita makan bersama. Aku yang traktir, kita juga bisa berkencan."
"Ti-tika? Kencan?"
"Udah, aku ini Bayu. Lihat?"
"Baiklah."
Untuk pertama kalinya, aku sangat akrab dengan Ira. Aku melihat isi dompet Bayu. Sepuluh, dua puluh, lima puluh, ada uang seratus tiga puluh ribu di dalamnya.
"Kita makan bakso." Aku mengusulkan untuk makan bakso. Pesanan kami pun telah sampai. Kami makan berhadapan dengan santai. Kami tidak bertanding memakan bakso dengan banyak sambal. Kami menikmati waktu bersama.
"Ini mungkin pertama kalinya Bayu mentraktirku makan. Tapi kau bukan Bayu."
Aku mengerti, Bayu tidak ada waktu karena aku selalu menghancurkan hidupnya. Aku merasa kasihan pada Ira. Aku lihat Ira sudah selesai makan dan meminum minuman yang ia pesan.
"Ya, Tika aku menang! Aku habis duluan."
"Tu-tunggu! Kau tidak bilang kalau kita bertanding?" Tunggu, aku harus bersikap seperti cowok. "Aah! Aku kalah… selamat ya, sayang?"
Dan aku malah terkena tamparan Ira. Apa yang salah? Apa karena aku ini cewek dan bilang sayang pada cewek?
"Bayu bukan pacarku, jadi jangan ngomong macam-macam."
"Tapi ya gak usah nampar!" Tenang Tika kendalikan dirimu. Jika kau mempermalukan Bayu lagi, dia akan semakin membencimu. Aku harap dengan tubuhku tadi, Bayu jadi suka sama aku. Tapi bagaimana dengan Ira? Apakah kita harus tetap bersaing?
"Kamu yang bayar 'kan?"
"Bayu yang bayar, ini uang Bayu. Dia mentraktir kita berdua."
"Eh?"
Dan tiba-tiba.
"I-ira, aku kebelet pipis. Bagaimana ini?"
"Ya tinggal pipis aja di toilet sono. Ngapain panik?"
"Tapi…"
Baiklah, lagi pula aku sudah agak terbiasa akan hal ini. Aku segera berjalan menuju toilet dan memasukinya. Aku jongkok dan membuka celana perlahan. Buka, perlahan… Terlihat!
Aku menutup mataku, terkejut akan 'penampakan' itu. Buang perlahan, ah sudah keluar. Kenapa aku tidak mencobanya dengan cara berdiri?
Eh? Kenapa ini? Ko-kok membesar? Mungkin aku memikirkan hal yang aneh. Apa yang dipikirkan cowok jika mereka kejadian seperti ini?
Dan saat selesai, aku keluar pintu dan melihat ada tiga cewek seusiaku menatapku. Ada apa dengan tatapan itu. "Cowok masuk kamar mandi cewek!" Salah satunya berteriak. Oh iya aku lupa. "Hajar dia!"
Ternyata jadi cowok tidak semudah yang aku duga. Aku akan lebih menghargai banyak cowok yang aku tolak mentah-mentah.
[Mungkin daripada disebut Spesial, ini lebih ke Selingan, ya?]