Tiba-tiba, apa yang terjadi? Aku benci jadi cewek! Kapan ini berakhir?! Sudah lima hari!
Jangan-jangan, ini akan permanen seperti kata pedang-bayu? Kita akan seperti ini, selamanya? Aaaa!! Hentikan!!
Aku keluar dari selimut dan duduk di kasur kamar Tika. Ah! Sudah minggu pagi. Aku beranjak dari kasur itu dan berdiri di depan cermin besar.
Melihat tubuhku yang memakai negligee. Bagaimana para wanita memakai pakaian tipis seperti ini. Aku berkeliling kamar Tika sambil menggeledah isi kamarnya.
Celana dalam, poster band korea, make up, eh apa ini? Eh i-ini, fotoku? Kapan dia mengambil gambarku? Aku mengambil ponsel Tika. Dan menelpon nomorku.
"Oh, ada apa sayang?"
"Soyang, sayang! Kenapa ada foto gue di kamarmu?!"
"K-kau menggeledah isi kamarku? I-itu tidak sopan! Apa yang kau kenakan sekarang? Jangan-jangan kau telanjang?!"
"Tidak! Aku hanya telanjang saat mandi dan ganti baju!" Tika menutup panggilan itu. Yah dimatiin, aku pun mengembalikan barang-barang itu kembali sesuai tempatnya semula.
Aku lalu beranjak keluar kamar dan menuju ke ruang makan, aku duduk dan memakan makanan yang telah disiapkan pelayan itu. "Wah enak sekali!"
"Terima-kasih, syukur kalau nona menyukainya." Karenaku, pelayan itu semakin akrab dengan Tika. Aku juga menyuruhnya untuk duduk dan makan bersamaku. Katanya aku telah berubah. Aku hanya berkata kalau aku sudah dewasa. Ayah Tika juga nampaknya bangga dengan sikap anaknya.
Sebentar lagi, aku akan meninggalkan keluarga ini. Kalian tahu kalau sebenenarnya aku bukanlah Tika, aku ini laki-laki.
Akan aku nikmati akhir pertukaran ini sebagai gadis cantik kaya.
"Sepertinya kau menikmatinya." Suara yang tidak asing. Owh itu suaraku. Tika berdiri menghadapku.
"Kenapa kau makan bersama pelayanmu?"
"Ke-kenapa kau kesini?!"
Kenapa pula Tika kesini lagi, 'kan jika dilihat itu aku yang kesini… Dia main nyelonong masuk aja seperti di rumahnya sendiri aja. Eh ini rumahnya deh, ada apa dengan pikiranku?
Dia bawa apa lagi itu… Aku melihat tas kecil yang dibawa Tika. Sesaat ingin bertanya, ayah Tika yang muncul ke ruang makan bertanya duluan.
"Eh? Ada tamu? Silahkan duduk."
Tika terseyum dan duduk. "Ini om saya bawain martabak telur yang telurnya tiga."
"Wah repot-repot, kok tahu kalau om suka martabak telor yang telornya tiga?" Ngapain dia bawa martabak segala? Dia beli di mana ya pagi-pagi begini?
"Hehe, kenalin saya Bayu."
"Bayu? Oh hahaha! Bayu pacarnya Tika? Aku kira Tika hanya ngaku-ngaku punya pacar."
"Iya, saya pac…" "Bukan! Dia temanku. Hehe…"
"Lho? Bukannya setiap malam kau berteriak 'Bayu, Bayu! Kenapa kau tidak mau jadi pacarku?' Hahaha!"
Aku melihatnya dengan tatapan aneh. Wajah Tika memerah. "Bahkan ayah lihat ada foto anak ini di kamarmu. Setiap akan tidur, Tika akan…"
"Hentikan ayah!" Akan apa woy!
"Ayah?" Goblok! Disaat seperti ini Tika manggil ayahnya dengan sebutan ayah?
"Tika, eh Bayu ikut aku sebentar!" Aku menarik tangan Tika menuju kamarnya.
"Heh! Baru main kok diajak ke kamar?!"
Aku menutup pintu kamar dan Tika langsung berbaring di kasurnya. Dia menikmatinya, mungkin sudah beberapa hari dia tidur di kamarku yang sempit dan lupa rasanya tidur di kamarnya.
"Ngapain lo pake datang-datang kesini?!"
"Hyah-hyah… aku ingin mempermalukan dirimu."
"Bodoh! Itu alasanmu masuk ke tubuhku waktu itu?! Bodo amat! Aku akan melanggar aturan pertama yang kau buat!"
Aku memasukkan tanganku ke bagian dadaku. "He-hentikan! Aku sudah menoleransi jika kau menelanjangiku! Tapi jangan meraba-raba!"
"Haha minta maaf dulu!" "Ma-maaf, aku tidak akan memaksamu lagi…"
Dari awal, kebanyakan Tika yang muncul di cerita ini, hmmm aku mulai berpikir dialah main-heroinnya.
"Tujuanku kesini ingin mengajakmu berkencan."
Aku melihatnya dengan masam. Aku semakin meremas-remas.
"De-dengarkan dulu! Hentikan menyentuhinya!" Aku berhenti dan Tika menjelaskan. "Aku minta tolong padamu untuk mendekati Minhyuk. Please…"
Aku kembali meremasnya.
"Iya-iya ampuuun! Nanti, nanti… aku akan berhenti mendekatimu!"
Aku masih melakukannya!
"Hentikaaan!! Aku tidak akan mengganggu hubunganmu dengan Ira lagi!"
Aku mendekatkan tangan ke dada.
"Aaaaah!! Aku, aku akan… aku akan menuruti perintahmu! Aku akan menjadi pelayanmu!"
"Baiklah! Penuhi tiga syarat di atas saat aku berhasil."
"K-kau setuju tapi masih melakukan itu…"
"Hehe, maaf belum pernah aku melakukan ini."
"Baiklah! Sekarang bersiaplah!"
"Ha-hari ini?"
"Iya! Ingat bersikap seperti cewek yang baik. Jarang-jarang lho anak korea main ke Indonesia. Ah! Oppa!"
"I…"
Saat ini pun tiba. Namaku adalah Tika, hatiku berdegup kencang saat dia lewat di depanku. Minhyuk yang ganteng itu. Aku harap dia juga merasakan apa yang aku rasakan. Aku menghampirinya yang sedang duduk di taman sambil mendengarkan lagu melalui earphone.
"Mi-minhyuk-kun."
Dia melihatku dan tersenyum. "Kun?" Lalu melepas earphone-nya.
"A-aku sebenarnya, sebenarnya… sejak pertama bertemu denganmu. Aku… aku menyukaimu…"
"Tika? Sikapmu berubah?"
Ah sudah kuduga cara Tika gak akan berhasil. "Ah iya, ada seseorang yang mengusulkan agar aku bersikap seperti itu untuk mendapatkanmu."
"Mendapatkanku?" Wajah Minhyuk baru blushing. "Kau tidak mau ya?" Aku pergi dan Minhyuk menarik tanganku. "A-aku mau…"
Njir dia sangat malu. "Ah! Syukurlah!" Kami mulai berjalan bersama, menonton film bersama, menghabiskan seharian bersamanya. Dia sepertinya sangat menyukaiku, menyenangkan juga bersamanya. Eh? Apa yang kupikirkan?
Sampai hari sudah gelap. Kami berdua duduk bersama di tempat sepi. Dia menggenggam tanganku. Kapan penderitaan ini akan berakhir?!
"Aku hari ini senang sekali… bisa bersama denganmu." Kepalaku bersandar di bahunya. "Aku juga. Minhyuk, apa kau tahu bintang yang paling dekat dengan bumi?"
Kami melihat langit yang berbintang. "Aku?" Dia berkata dengan suara khas korea-nya.
"Bukan, bintang terdekat dengan bumi adalah matahari."
"Haha kamu bisa aja! Ngomong-omong, ada yang mengikuti kita sejak tadi."
Siapa? Aku tidak merasakannya. Dia hebat sekali dalam mendeteksi musuh. Dari balik kegelapan, muncul seorang lelaki. Dia adalah Bayu.
"Kau? Kau cowok banci itu 'kan?" "Namanya Bayu, jangan memanggilnya cowok banci." Kenapa Tika kesini? Selalu ada masalah jika ada dia.
"Aku ingin gadis itu jadi milikku! Berikan dia atau kau akan mati!" Kata Tika dengan gagahnya.
Apa yang ada di pikirannya? Apa dia ingin mengetes seberapa cintakah Minhyuk padanya?
Ya, Tika memang begitu orangnya. Ya, Minhyuk sangat menyukaimu, kau tidak perlu ikut campur. Ya, Rencanaku telah berhasil.
"Kau ingin melawanku? Kau belum tahu siapa aku."
"Kau juga belum tahu siapa aku."
Minhyuk marah, jam tangannya bergerak ke tangan dan menjadi pedang. Kami berdua terkejut. Ini, salah satu pedang Madorb?
Saat menjadi pedang, muncul cahaya putih yang bisa kulihat. Aku berpindah posisi dengan Tika. Akhirnya… aku telah kembali!
"Heh, pedang madorb ya?"
"Ka-kau juga yahu tentang pedang ini?"
"Aku juga punya!" Selain membawa masalah, Tika tadi juga membawa pedang-bayu.
"Siapa sebenarnya kau, Bayu?"
"Sudah kubilang… jangan remehkan aku."
Minhyuk mulai menyerang dengan mudah aku menangkisnya. "Kau kuat juga."
"Ini aku yang asli. Yang kemarin hanya orang aneh mengendalikan tubuhku ini."
"Siapa yang kau panggil aneh he?!" Tika marah.
Aku rindu saat menjadi cowok.
Minhyuk dan aku melesat ke atas, kami saling serang di atas. Tapi serangannya tidak dapat mengenaiku. Aku hanya menyerangnya dengan pedang tanpa armor. Dia lawan yang mudah meski dia punya pedang madorb.
"Apa nama pedangmu itu?" Tanyanya.
"Pedang Bayu, Pedang Api, Pedang Aires. Kalau punyamu?"
"K-kau sudah punya tiga? Aku meremehkanmu. Akan ku keluarkan kekuatan sesungguhnya pedang spectre ini!"
"Spectre?"
"Hehe, apa kau takut? Kita bertaruh, jika aku menang serahkan Tika padaku. Jika kau menang, akan aku berikan pedang ini."
"Aku menyerah! Ambil saja Tika tanpa pertarungan, asalkan berikan pedang itu."
"Eh? Tapi tadi kau…"
"Cepat! Atau aku akan menikahi Tika!" Aku tidak sabar menggunakan pedang itu.
"Heh, aku yang akan menikahinya." "Ah… akhirnya aku di perebutkan dua cowok ganteng."
"Ya, baiklah… ini pedangnya." Minhyuk melemparkannya padaku. Dia percaya padaku? Aku 'kan bisa menyerangnya saat ini juga. Pedang itu telah aku satukan.
"K-kau menukarku dengan pedang?"
"Baiklah aku pergi!" Aku akhirnya bisa pulang ke rumahku. Eh, ini rumah Tika. "Maaf salah rumah!!"
Aku berjalan ke rumah asliku. "Tadaima!"
Dan sepertinya Tika menimbulkan banyak masalah saat menjadi diriku.