Ahh… aura yang berbeda saat masuk kedalam tubuh Tika. Gue segera bangkit dan berlari mengejar mereka. Baru beberapa menit berlari, gue udah sangat lelah.
Dasar, stamina cewek ini memang lemah. Aku mencoba mengeluarkan elemen angin. Namun apa daya, itu tidak berhasil. Sekarang aku hanya bisa menggunakan kemampuan Tika. Namun bukan otaknya, kukira aku akan ahli matematika dengan otak Tika. Tapi pikiranku masih cowok banget.
Berlari lagi sekuat tenaga! Bagian depan gue terasa berat, mungkin opp*i nya terlalu besar. Lo kira gak berat bawa semangka sama durian? Tapi sepertinya ukurannya diatas normal sedikit. Hanya aku yang tidak terbiasa dengan ini.
Tiba-tiba perutku terasa sangat sakit. Jangan bilang hari ini dia lagi PMS. Ah mungkin sakit perut biasa karena makan seblak. Ehm… kebelet pipis pula. Pas banget ada toilet. Kenapa pula toilet cowok antri hari ini. Para pendaki mungkin kebanyakan cowok hari ini.
Lalu ada cowok bilang ke gue. "Mbak, toilet cewek disana!"
Gue gak nyaut, gue pikir gue cewek dipanggil mbak langsung nyaut?
"Mbak, mbak!"
Gue melihatnya. "Toilet cewek disana!" Katanya lagi.
"Ha? Ngomong sama aku ya?" Gue kaget, kenapa suara gue mirip Tika? Oh iya gue masuk ke tubuhnya Tika tadi.
"Ma-maaf mas ganteng…"
Pria tadi tersipu malu Yes, rasain gimana dibilang ganteng sama cowok cantik ini.
Ini mungkin pertama kalinya gue dipanggil mbak dan masuk ke kamar mandi cewek. Gue segera masuk dan menutup pintu. Berdiri tegak dan membuka rok depan.
Lho? Hee?! Gak, gak. Gue lihat lagi.
Lo semua pasti tahu yang gue maksud 'kan?
Gue gak jadi pipis dan lanjut lari dengan rok mini ini.
Oh… rasanya luar biasa liar. Bagaimana bisa cewek itu memakai rok se-kecil ini? Apa tidak dingin? Gue aja kedinginan anjir. Mana kebelet lagi. Harus cepat ini!
Ada kumpulan cowok-cowok pemotor nih. Boleh kali nebeng dengan cara gue godain. Ah gak lah. Aku menghampiri abang motor berhenti sambil memainkan spionnya. Sepertinya motornya mogok. "Mogok ya mas?" Tanyaku dengan suara cewek.
"Iya nih neng, kenapa ya?" Dia menanyakan itu pada seorang wanita?
Saat melihat wajahku, ia langsung terpesona melihat wajah cantikku, eh wajah Tika.
Gue yang asal coba bantu benerin. "Oh ini gak rusak mas. Yang di gas itu stang-nya, bukan spion-nya. Makannya gak bisa jalan." Aku membuat argumen ngawur dari institut Dodi Kopyor Ijo.
"Neng cantik banget, mau gak jadi pacar abang?" Anjir ini ketiga kalinya gue ditembak oleh cowok. "Ah! Gue ini cowok!"
"Oh… lu cowok ya?" Abang-abang itu lalu pergi meninggalkan motornya. "Mas, motornya?!"
"Ah ambil aja!" Dia ngambek deh. Akhirnya ada motor, bisa lebih cepet nih. Gue gaspoll mengejar Tika dan kawan-kawan. Dan hal pertama yang gue rasain dada yang bergejolak saat melewati jalan tidak rata.
Akhirnya gue telah sampai di kota. Nampak kota yang sedikit hancur, porak-poranda. Banyak orang yang keluar kota melarikan diri. Kota jadi sedikit sepi dari biasanya. Aku menyusuri kota naik motor itu dan para pria memperhatikanku. Kenapa pria-pria ini? Oh… rok gue nampak berterbangan dan mereka mengambil kesempatan melihat ini. Dasar cowok! Eh gue cowok juga deh. Hehe…
Melewati taman kota, aku melihat mobil Tika yang terbalik. Bagaimana bisa? Dia tambah kuat lagi? Aku melihat teman-temanku dari kejauhan. "Bayu, cepat serang!" Kata Dodi. "Gunakan polen itu! Gua mau liat!" Teriak Andre. Nampak Dodi yang bersembunyi dan berkata lagi. "Cepet, Bay! Kami akan sembunyi disini!"
Tika nampak kebingungan. Mampus salah sendiri aneh-aneh. Dia memegang pedang-bayu dengan tangan lemah. Iblis itu melihatnya. Tika yang takut langsung melempar pedang itu dan berlari. Anjir dia mempermalukan gue, karena itu tubuh gue!
Aku telah sampai dan berlari menghampiri Andre. "Ndre, mana Tika?"
Andre bingung, "Ha? Lo kan Tika, kenapa cari Tika?"
"Eh, maksudnya, mana Bayu?" Mereka tidak mengetahuinya. Iblis itu melihat ke arah kami dan bersiap menyerang. Dengan berani Dodi maju di depan gue. "Jangan takut Tika. Selama ada aku."
Wah dia kali ini keren sekali. Dia berani ngomong sama cewek dengan penuh wibawa. Apakah benar dia ini Dodi?
"Tika, berlindunglah di sana. Akan aku lindungi perempuan secantik kamu." Andre berkata dengan gaya maskulin. Tidak seperti Andre yang biasanya. Apa karena mereka ingin melindungi Tika ini?
Andre menarik tanganku. "Ayo Tika, kita pergi bersama." Njir gue diperlakukan seperti cewek lemah. Aku dan Andre berlari menjauhi kerusuhan itu. Tapi iblis tadi ada di depan. Andre malah membawaku mendekati monster itu. Apa yang terjadi pada Andre yang pintar?
"Andre, kau itu jenius pikirkan sesuatu." Usulku.
"A-aku jenius?" Andre malah tersipu. Sial tubuh ini benar-benar tidak berguna! Aku mengambil polpen disaku. Tapi aku tidak menemukannya. Gue meraba-raba, tapi yang gue temukan malah sesuatu yang empuk. Gue meremasnya tiga kali.
Gue baru ingat kalau kalau pedang itu ada pada Tika. Alias tubuh asli gue. Gue harus nemuin si Tika itu! Aku meninggalkan Andre yang masih tersipu disana. Mungkin ia berpikir, cewek cantik seperti Tika yang jarang memuji orang telah memujinya. Mungkin hatinya akan berdebar kencang saat aku berkata. "Ayo mas Andre yang ganteng. Lindungi aku, nanti kita menikah."
Sampai aku berhadapan dengan iblis itu. Baiklah, akan aku lawan dengan kekuatan Tika! Iblis itu mulai menyerang menggunakan bola api seperti biasanya. Kakiku melebar, rok sedikit terbuka. Tubuh agak condong ke bawah. Aku mencoba melakukan backflip dengan tubuh ini dan berhasil. Bola api melesat di bawahku. Aku mendarat dan terjatuh, namun masih ada satu bola api mengenai tubuhku hingga terbakar. Aku panik, untung ada aquarium. Gue langsung nyebur dan apinya padam. Iblis itu telah pergi. Aku sadar api itu membakar seluruh baju Tika. Aku langsung menutup tubuhnya dengan berbaring di aspal panas. Aku diam terus di posisi itu sambil berpikir. Aku melihat ke kanan. Ada mobil yang di bawahnya tedapat sebuah pedang. Aku menggelinding ke sana dan mengambilnya. Ternyata itu pedang-bayu.
"Pedang-bayu, ini aku… Bayu!" Aku mencoba meyakinkan pedang yang hanya menerima perintah Bayu itu. Semoga dia tahu kalau ini aku.
[Tubuh Tika, didalam ada Bayu. Ini kasus tertukarnya jiwa dengan raga.]
Bagus, untung pedang itu dapat mengetahuinya. Aku bangkit mengangkat pedang itu dengan tangan kanan dan tangan kiriku menutupi dadaku. "Baiklah! Aktifkan armor!"
Armor sudah siap. Tapi dada gue terasa sesak karena armor itu terlalu sempit. "Ada gak armor mode cewek?"
[Mengubah bentuk armor… selesai.]
Akhirnya baju zirah ini pas dengan bentuk tubuh Tika. Benar-benar pedang robot hebat. Ayo maju!
[Iblis itu berada di satu blok di timurmu.] Aku telah sampai disana.
"Sini lo maju!" Teriakanku dengan suara cempreng Tika. Iblis itu lagi-lagi hanya melempar bom api. Aku pikir hanya itu jurusnya. Aku menangkisnya dengan pedang. Dia tidak takut lagi? Apa karena penampilanku seperti wanita?
Akan aku akhiri dia disini! Aku segera berlari ke arah iblis itu sambil membawa pedang. Aku menyerangnya, dia menangkis dengan pedang yang keluar dari api.
*cting ting ting ting ting tititititititi triiing
Eh? Semua seranganku berhasil ditangkis? Aku mencoba menyerangnya lagi. "Hyaaaaa!!" Hunus kanan, kiri, kanan, kiri, kanan, kiri (Tink… tink) ×10
Aneh, baru kali ini pedang-bayu tidak dapat memotong suatu benda.
Pedang-bayu ngomong. [Itu pedang api, dia juga dibuat di planet madorb.]
Begitu ya? Makanya seranganku dapat dia halau semua. Aku memutuskan untuk mundur dulu dan gak sengaja nginjak seseorang. Ternyata itu adalah Tika.
Tika ngomong dengan suaraku. "Eh? Bayu?"
"Ayo masuk ke toko itu!" Ajakku dengan suara Tika.
Aku dan Tika pun masuk kedalam untuk bersembunyi sambil memikirkan strategi perang. Di dalam toko yang tidak ada seorangpun itu, pedang-bayu kembali menjadi polpen dan baju zirah yang menutupi tubuhku menghilang.
Tika berteriak seperti gue yang berteriak. "Aaa!! Ke-kenapa bajuku…"
Untung toko ini toko baju yang sepi. Aku mengambil kaos dan memakainya. Tika nampak tidak setuju.
"Kok pake baju itu? Itu tuh gak cocok sama gue…"
"Bodo amat! Yang pake juga gue!"
"Tapi itu 'kan tubuh gue…"
Aku menghela napas dan berkata. "Baiklah, lo mau pakai yang mana?"
Tika melihat-lihat pakaian di distro itu. Namun sepertinya dia tidak menemukan satupun yang cocok dengannya. Ia berjalan kesana kemari melihat-lihat baju yang di pajang. Sesekali menyentuhnya dan memperhatikan dari dekat.
Aku duduk melihat tingkah Tika sambil mengelus-ngelus pahaku.
Setelah satu jam, Tika belum nemuin baju yang cocok. Aku berteriak mengagetkannya. "Kelamaan! Keburu ancur kota ini!"
"Abis bajunya jelek-jelek sih. Bagaimana kalau kita ke mall aja!" Malah ke mall, aku jadi lupa kalau aku harus memikirkan strategi perang. Untung ada pedang ahli strategi di tanganku. Namun masih menjadi polpen saat ini.
Aku kembali berkata. "Udah! Kembali ke tubuh masing-masing! Ikutin gue!" Gue pun bertapa metujiwo dan Tika ngikutin gue. Gue yang udah keluar dari tubuh Tika menunggunya. Setelah begitu lama menunggu Tika yang lama banget, aku masuk kembali ke raga Tika. "Kenapa? Konsentrasimu kurang ya?"
"Gak tahu."
[Tika kurang konsentrasi, sepertinya dia tidak bisa lagi. Mungkin kalian akan begitu, selamanya.]
Gue kaget, mbayangin. Selamanya,… selamanya,… selamanya,… Aku pun berteriak. "Haaaaa…!" Aku sangat marah. Muncul cahaya terang seperti bintang di tangan kiriku. Aku melemparnya ke pintu toko hingga bolong.
"Pedang, kau siap?"
[Hanya tersisa 10 detik.]
"Baiklah, itu cukup!"
Aku berlari memegang polpen seperti pedang ditangan kanan. Sementara tangan kiri masih bercahaya terang ku gunakan menyilaukan pandangan iblis itu. Iblis itu menutup matanya menggunakan pedang apinya. Aku menekan pedang-bayu dan melemparnya. 'Hanya sepuluh detik lalu kembali ke bentuk bolpoin.' Kurasa itu cukup, dan benar, iblis itu terkena pedangku dan ia sekarat.
Pedang api itu terbang melayang dan masuk kedalam pedang-bayu. Katanya tinggal sepuluh detik kembali ke bentuk polpen. Namun itu tidak terjadi.
"Ini sudah sepuluh detik, tapi kenapa kau tidak menjadi polpen lagi?"
[Setelah mendapat kekuatan dari pedang api, aku dapat bertahan di mode pedang sepuluh menit lebih lama. Tidak hanya itu, sekarang aku dapat berubah menjadi pedang api.]
Wuih keren! Gue nyuruh pedang itu kembali menjadi polpen. Cahaya terang aneh tadi menghilang. Entah bagaimana caraku mengeluarkannya tadi. Saat aku coba lagi sudah tidak bisa.
Aku bertanya pada iblis sekarat itu. "Bagaimana caranya agar tubuh kami bisa kembali?!" Meski sepertinya dia tidak tahu, setidaknya tidak apa bila aku bertanya. Aku kira dia akan diam saja, namun…
"Eh… ah. Kau bisa tanyakan itu pada adikku. Di-dia adalah… uhuk-uhuk. Dia di laut selatan." Iblis itu lalu mati.
Tika yang udah dibelakangku ngomong. "Kita langsung ke pantai nih?"
Tempat kami sangat jauh dari pantai, mungkin memakan waktu berjam-jam. Tapi ini demi kembalinya tubuh kami. "Iya, kita ke pantai selatan."
"Tapi mobil gue ancur tadi."
"Kita naik motor yang gue temuin tadi."
"Gue gak bisa nyetir motor." "Gue yang nyetir!"
Kami berdua boncengan dan melaju meninggalkan Andre dan Dodi yang keheranan melihat kami yang sepertinya aneh.
Tika tampak ketakutan saat aku menambah kecepatannya. Ia memeluk tubuhku agar tidak jatuh. Begini rasanya dipeluk tubuh sendiri.