Chereads / Hujan Disaat Terik / Chapter 37 - BAB 37

Chapter 37 - BAB 37

Jam sudah menunjukan satu siang, Fillo mengangkat tangannya ditengah sedang mengobrol dengan Fio.

"Udah jam satu nih" ucap Fillo memberitahu.

"Oh iya?" Fio bergegas berdiri, sedikit merapihkan celananya.

"Ini di bawa aja?" Tanya Fillo menunjukan tas yang berisi sepatu roda Fio.

"Bawa aja, sini" pinta Fio akan mengambil tasnya.

Fillo menarik kembali, "Yaudah aku yang bawa aja ga apa-apa" ucap Fillo mengengam kembali tasnya.

***

Mereka berdua sudah masuk kedalam bis. Tadi mereka hampir kehabisan waktu, untung saja, Fio berlari dan cepat-cepat memesan dua kursi. Didalam bisa hampir penuh dengan penumpang, mungkin karena esok hari libur. Fio dan Fillo duduk di bangku ke dua dari belakang, Fio duduk di samping jendela dan sebelahnya Fillo.

Bis mulai masuk ke perkotaan, suasana tampak berbeda, sangat ramai dengan penjual makanan-makanan ringan, juga toko-toko di seberang jalan dipenuhi dengan orang-orang sedang berbelanja. Lalu-lalang orang-orang tidak usah di tanya. Penuh sekali. Halte bis ada di depan setelah kita melewati tiga lampu merah lagi.

Fillo melihat langit dari dalam jendela bis.

"kenapa?" tanya Fio ikut melihat juga ke arah langit.

"mendung loh Fi" ucap Fillo memberitahu.

"aku bawa jas hujan sama payung kok" ucap Fio memberitahu agar mereka berdua tidak khawatir.

"kamu ga liat pake kelebihan kamu?" bisik Fillo mengangkat_angkat alisnya.

"ihh.. Fillo, aku ga mau yah aku denger ngomong gitu" lirih Fio.

"lah kenapa?" tanya Fillo sedikit terkejut, sekaligus merasa bersalah.

"aku manusia normal yah" keluh Fio.

"emang normal Fi, tapi kamu ada kelebihan lain aja kok" ucap Fillo mencoba untuk mencairkan suasana.

"iya tau udah ah, jangan di bahas" lirih Fio.

Fillo mengangguk, membenarkan duduknya agar lebih nyaman.

Bis sampai di halte yang mereka tuju, pintu bis terbuka, orang-orang perlahan keluar dari bis, juga Fio dan Fillo. Lalu pintu bis menutup kembali dan berjalan kembali. Fio dan Fillo sudah membeli tiketnya jadi itu bayar untuk bisnya.

Fio menyalakan ponselnya, melihat kedalam grup-melihat alamat kedai yang ditunjukan oleh Gita, setelah ketemu Fio mengikuti mapsnya sambil berjalan. "ayo" ajak Fio ke Fillo.

Tidak jauh dari halte Fio dan Fillo sampai ke kedai omnya Gita. Kedainya cukup besar, juga sudah ramai. Kedai ini bisa di sebut restoran juga karena cukup mewah. Sebelum Fio menanyakan Hanna dan Gita dimana, Gita sudah memberitahu di grup, mereka berdua ada di dalam lantai awal di meja tujuh. Fio segera mencari mejanya, akhirnya mereka bertemu.

"eh Fillo ikut?" tanya Gita terkejut dengan antusias.

"hehe iya" Fillo mengangguk sedikit malu.

"ayo duduk" Gita sudah menyediakan dua kursi. Mejanya seperti pada umumnya, meja persegi panjangan dan terdiri dari empat kursi saling berhadapan.

Fio dan Fillo duduk bersebelahan, Hanna dan Gita juga bersebelahan, mereka berdua sudah memesan makanan juga minum. "nih buku menunya" Gita memberikan buku menu.

Fio membuka buku menu, telunjuknya menujuk beberapa makanan, "kamu mau apa Fi?" tanya Fio.

"aku yang normal-normal aja" jawab Fillo.

"ini aja ya, aku juga ini" ucap Fio menunjuk nasi dan ayam dengan khas kedainya.

Fillo mengangguk, "boleh"

"udah nih Git' ucap Fio menunjukan menu yang di inginkannya.

"oke" Gita memanggil pelayan, tapi yang datang adalah omnya.

"om ini temen aku yang tadi aku bilang kesininya agak telat" ucap Gita memperkenalkan omnya ke Fio juga Fillo.

"hallo om salam kenal aku Fio"

"hai om salam kenal aku Fillo"

"eh hai teman-teman Gita, makasih udah ke sini yah" ucap om Gita sambil membawa menunya.

"sama-sama" jawab mereka berempat.

"oh tadi menu yang ayam bumbu khas kedai ya?" tanya om Gita memastikan.

"iya om" jawab Fio.

"baik saya ke belakang lagi ya, maaf sibuk ga bisa lama-lama, nanti kalau udah agak sepi om usahain ikut gabung di sini" ucap omnya izin untuk berpamitan.

"oh.. ga apa-apa om, baik om" jawab Fio dan Hanna.

Om Gita kembali ke dapur kedainya. Pengunjungnya semakin lama semakin banyak yang datang.

Tiba-tiba hujan perlahan turun dengan di awali rintikan hujan kecil, semakin lama rintikannya semakin besar , juga cepat, hujan lebat menguyur kota di hari libur.

Gita menghela nafas, "padahal terik tapi hujan" Gita menatap ke arah jendela yang sangat besar di depan meja mereka.

Semakin lama terik matahari tertutup dengan awan mendungnya, langit menjadi gelap.

"kamu kedinginan ga?" tanya Fillo melirik ke Fio yang sebelumnya melihat ke arah jendela.

"engga kok" jawab Fio berusaha tidak membuat khawatir.

"kok kalian cepet dateng kesininya?" tanya Gita membuka percakapan.

"iya soalnya ga jadi mainnya" jawab Fio tersenyum.

"emang mau kemana tadinya?" tanya Hanna sambil menyuap sepotong kue kemulutnya.

"main sepatu roda aja sih" jawab Fio.

"Wihh!! bisa main sepatu roda?" tanya Gita dengan tidak percaya.

"bisa dong, dari dulu aku kan emang suka main sepatu roda" jawab Fio dengan bangga.

"Fillo juga bisa?" tanya Gita ke arah Fillo.

Fillo cepat-cepat menggeleng tanpa berfikir. "engga aku cuma liatin Fio main" jawab Fillo tersenyum.

"oh.." ucap Gita.

Akhirnya pelayan membawakan menu yang di pesan Fio dan Fillo. Ayam dengan khas kedainya. Pelayan segera melatakan ke atas meja.

"oh iya, boleh minta air gelas angetnya?" tanya Fio memastikan.

"kalau saya yang dingin" lanjut Fillo.

"lah bentrok" celetuk Gita.

"hah?" sahut Fio dan Fillo berbarengan.

"eh" Gita sadar ucapannya terdengar Fio dan Fillo. "engga kok, ayo makan-makan" Gita berusaha mengalihkan pembicaraan.

Hanna menyikut Gita, "canggung banget aih" bisik Hanna sambil berpura-pura menyendok kuenya.

Gita mengangguk setuju.

***

Seteleh semuanya selesai makan, Fio berencana untuk segera pulang. Jam menunjukan tiga sore. Fio takut ibu menanyakan hal-hal lain karena pulang bermain sepatu roda terlalu lama. Diluar masih hujan gerimis, tapi awan sudah tidak terlalugelap seperti tadi.

Kedai sudah tidak terlalu ramai seperti sejak tadi. Om Gita berdiri didepan kasir sambil mengucapkan terima kasih kepada semua pengunjung yang sudah datang.

"Git beneran gratis?" bisik Fio ke arah Gita.

Gita mengangguk yakin. "aku udah bilang juga ke om aku, jadi its okay"

"hah gratis?" bisik Fillo ke arah Fio.

"iya Fillo" jawab Gita.

Fillo mengangguk.

Mereka berempat berdiri dari kursi, piring di meja sudah kosong semua, Hanna dan Fio memesan beberapa menu setelah menu utama datang. Juga memesan minuman yang di anggap Fio asing. Sampai di depan kasir Gita meminta izin untuk pamit.

"makasih yah om" ucap Hanna tersenyum.

"makasih om" lanjut Fio.

"makasih om, makanannya enak semua" lanjut Fillo.

"wah! Sama-sama. Makasih juga yah udah mau nguluangin waktunya buat datang" ucap om gita tersenyum.

Mereka semua membalas senyuman om Gita.

"Okay deh om, Gita pamit yah sama teman-teman juga" ucap Gita.

"siapp makasih yah dek Gita. Semuanya hati-hati di jalan ah" ucap Om gita sambil melambaikan tangannya.

Mereka berjalan keluar bersama. Fio berjalan sekaligus memakai jas hujannya. Fillo membantu memegangkan tasnya juga payung Fio. Sekarang sepatu rodanya di masukan ke dalam tas. Setelah selesai Fio kembali menggendong tas.

"kok pake jas hujan, itu kan ada payung?" tanya Gita wajahnya terlihat bingung.

"Eee..." Fio melirik ke arah Fillo, mereka sali tatap. "iya aku kedinginan, biar ga kena hujan juga sih" jawab Fio menjelaskan, berusaha membuat alasan yang masuk akal.

Gita mengangguk, "okay, kita duluan yah" ucap Gita.

"okay dadah, Gita, Hanna" ucap Fio sambil melambaikan tangannya.

Setelah mereka pergi Fillo membuka payungnya. Ukuran payungnya cukup lumayan besar jadi aman untuk berdua.

"Gita sama Hanna gatau kalau kamu alergi dingin?" tanya Fillo dengan serius.

Fio menggeleng ragu.