"oh wajahnya sedikit mirip kamu loh" ucap Fillo.
"hah?" Fio tak percaya.
"mungkin ayah kamu?" tanya Fillo.
Fio menggeleng cepat, "engga mungkin, kenapa ibu ga pernah kasih liat fotonya kalau itu ayah aku" ucap Fio.
"mungkin emang di rahasikan?" tanya lagi Fillo.
"buat apa?" tanya Fio balik.
"entah lah orangtua punya tujuan yang baik anaknya kan?" jawab Fillo.
"engga untuk aku" lanjut Fio.
"Fi masa gitu" ketus Fillo lalu wajahnya tersenyum.
Fio melirik, menghela nafas, "sudah lah lupakan. Aku yakin hidup aku ga normal gini karena ibu aku"
"iya, terus kamu tanya ke ibu kamu?" tanya Fillo.
"engga lah, aku cape berentem mulu. Nanti juga lama kelamaan semuanya keliatan" protes Fio.
"sekarang kamu mau gimana?" tanya Fillo.
"aku mau coba masuk ke ruang bawah tanahnya, penasaran isinya apa" jawab Fio dengan sedikit tegas.
"terus?" tanya lagi Fillo.
"ya liat isinya, mungkin apa kek yang bisa mempengaruihi aku" tegas Fio.
"kalau ternyata isinya bukan apa-apa atau bahkan ga ada hubungannya sama kamu, apa yang kamu lakuin?" tanya lagi Fillo.
"yaudah naik ke atas" ketus Fio.
"nah jadi gimana sama penyakit kamu?" tanya lagi Fillo.
Fio menghela nafas, "yaudah pasrah"
"tuh ujung-ujungnya juga nerima semuanya" ucap Fillo.
"ya kan seengganya usaha dulu" ketus Fio.
"iya ga salah, tapi pikirannya jangan negatif terus. Pikirinya yang baik-baik" ucap Fillo.
Fio tidak menanggapi, melipat tangannya di depan dada.
"yaudah Fi kembali lagi ketempat asal gimana?" lirih Fillo wajahnya masih tengang.
"nih!" tegas Fio sambil menutup mata Fillo.
"eh!" Fillo terkejut.
Fillo menarik nafas membuangnya dengan cepat, sekaligus membuka mata. Fillo terengah-engah
Pandagannnya segera melirik ke samping. Terlihat Fio baru perlahan membuka matanya. Lalu
Pandangan perlahannya menaik ke atas untuk beradaptasi dengan cahaya matahari.
"sekarang pulang?" tanya Fillo mengkeprukan tangannya dari tanah.
Fio menggeleng, "ke kedai dekat sini mau ga?"
"duh Fio seneng banget main" omel Fillo berdiri dari duduknya, "ga cape main terus?"
"ck! Kamu ga cape diem di rumah terus?" balas Fio ikut berdiri juga.
"engga lah di rumah kan diam, kenapa cape?" tantang Fillo mengangkat pundaknya dengan
bangga.
"ck!" Fio menghentakan kakinya, kesal. Melipat tanganya. "ga salah sih!"
"yaudah tapi jangan ke kedai, ketempat belajar di deket komplek kita, mau ga?" tanya Fillo.
"oke" ketus Fio.
***
Cling! Cling! Suara bel yang terletak diatas pintu berbunyi saat seseorang masuk kedalam
Spaceroom, tempat ruangan khusus belajar, meeting atau mengobrol hal penting. Tempatnya ada
Didalam komplek Fio dan Fillo jadi mereka gratis dua jam untuk memesan tempat. Fio dan Fillo
masuk kedalam ruangan.
"silahkan" sapa pelayan di sana, memakai baju rapih.
"iya, kita mau pesen dua kursi, yang pribadi bisa?" tanya Fio sambil berjalan ke meja resepsionis.
"bisa, apakah ada kartu jika kalian tinggal di komplek ini?" tanya pelayannya.
"ada" ucap aku segera membuka kartu tanda penduduk di komplek sini. Fillo juga segera
Mengambil kartu di dompetnya. lalu mereka memberikannya secara bersamaan.
"baik terima kasih" pelayan memproses kartu kami, tidak lama pelayan memberikan kembali
Kartunya bersamaan dengan nomer meja yang dipesan.
"ini, kalian gratis dua jam, jika ingin perpanjang waktu silahkan hubungi kami, terima kasih"
Ucap pelayan menjelaskan.
"sama-sama, makasih juga mba" ucap Fio mengambil kartunya dan nomer mejanya. Mereka
Berjalan sambil mencari meja yang dia cari, setelah ketemu, mejanya ada di ujung ruangan,
Fio segera mempercepat jalannya.
Mejanya hanya sekotak, dengan jarak antar meja orang lain cukup jauh, juga di tambah setiap
meja di beri sekat sekitar 60CM, mereka duduk saling berhadapan.
"kesini mau ngapain sih?" tanya Fio memasukan kartunya kedalam tas.
"gatau" jawab santai Fillo, mengambil kartunya dari tangan Fio.
Didalam Spaceroom meja yang terisi hanya mereka berdua, selebihnya masih kosong, didalam
ruangan ini hanya tiga orang saja, pelayan, Fio dan Fillo.
Hening.
Fio mengeluarkan foto laki-laki yang tadi, bibirnya menekuk, "ini siapa ya, aku beneran pingin tau" lirih Fio menempelkan dagunya di atas meja.
Fillo menghela nafas, sedikit kasihan melihat Fio seperti itu. "mau coba cari?" tanya Fillo mengusulkan.
Fio menggeleng lesu.
"aku mau ke Cloom lagi ya, aku mau liat aku dimarahin ga nanti pulang" lirih Fio mengalihkan pembicaraan. menyimpan tasnya di atas meja. Fotonya di geletakan di atas meja.
"Fio itu ga bahaya? Kamu udah kesana tadi" ucap Fillo sedikit cemas.
"ga apa-apa mungkin, udah lah aku cuma sebentar kok" jawab Fio meletakan tangannya di atas meja.
Fio memakai kupluk dari jaketnya, tangannya perlahan naik ke depan wajah. Fio mengatur nafasnya, memejamkan mata, mulut Fio mengucapkan sesuatu tanpa suara, tangannya menutup mata, menarik nafas sekaligus, lalu dihembuskan.
Shhh~~
Fio membuka mata, wajahnya terlihat cemas, wajahnya menengok ke sana kemari. Tangannya spontan meraba-rama lantai. Warna dinding di Cloom berubah menjadi gelap pekat, tidak ada cahaya terang sedikit pun.
"HALLO!" Fio berseru panik. Tangan terus meraba-raba di sekitarnya.
Tiba-tiba ruangan Cloom berubah seketika suasana di taman sekolah, murid-murid berlalu-lalang. Fio segera berdiri, melihat sekeliling dengan cemas.
Seseorang perempuan dan laki-laki berjalan masuk kedalam taman, membawa es krim vanila dengan memakai seragam sama seperti murid lainnya. Perempuan itu terlihat sangat cantik, juga laki-lakinya terlihat tampan memakai jam di tangan kirinya.
"dimana ini?" bisik Fio tatapannya mengikuti perempuan dan laki-laki itu.
Perempuan dan laki-laki itu duduk di tengah taman. Perempuan itu memakai es krim dengan corong dan laki-laki itu dengan cup.
"Li apa kamu yakin kita akan segera menikah?" tanya Laki-laki itu sambil menyendok es krimnya.
"ibu?!" seru Fio sangat terkejut.
Lili menatap wajah Rey. Laki-laki itu berhenti menyendok es krimnya. Wajahnya terlihat tidak setuju dengan apa yang di katakan Lili.
Lili menggeleng, "aku gatau Rey" lirih Lili.
"Rey? Siapa?" bisik Fio menanyakan ke diri sendiri.
Rey menopang tangannya di atas penyangga kursi taman, wajahnya mendekat ke arah Lili. "ayo lah Li, kita udah pacaran bertahun-tahun. Aku janji bakal jagain kamu" rayu Rey dengan memelas.
Lili menatap kembali wajah Rey, lalu tersenyum. Lili mengangkat kelingkingnya. Sepertinya Lili masuk ke perangkap Rey.
Rey tersenyum, merubah posisi duduknya menjadi lebih dekat, tangan kelingking mereka melipat satu sama lain. "aku janji Li"
"bener ya?" tanya Lili tampak terlihat malu-malu.
Rey menangguk antusias.
Shhh~~
Rekaman Lili dan Rey menghilang menjadi serbuk putih, tertiup angin seketika, Fio terkejut, pandangannya mengikuti arah tiup angin. Cloom kembali menjadi gelap.
"IBU!!" Seru Fio tangannya kembali meraba-raba sekitar. Kakinya melangkah satu langkahan.
Shhh~~~