Fillo bergegas berlari menangkap Fio sebelum jatuh ke bawah. Terlihat badan Fio sangat lemas, bukan hanya tadi terkejut melihat ayahnya, juga menangis adalah salah satu faktor tubuh Fio sangat kekurangan energi.
Bug!
"Fio ada apa?" tanya cemas Fillo perlahan membawa tubuh Fio kebawah, menidurkan di pangkuannya.
"tadi aku kete..mu.. ayah" lirih Fio matanya terlihat berusaha untuk bangun.
"orang yang ada di foto kamu itu?" tanya Fillo terkejut.
"hm" jawab Fio lemas.
"apa yang terjadi?" tanya Fillo sekali lagi.
"ayah suruh aku menjauhi laki-laki" jawab Fio tak sadar dengan apa yang di ucapkannya.
Fillo terdiam, terkejut kembali dengan ucapan Fio, "hey bangun" Fillo menepuk-nepuk pipi Fio agar terbangun.
"badan aku sakit Fi" lirih Fio matanya masih tertutup.
"kita harus cepet kembali, waktunya engga banyak" ucap Fillo memperingati.
Fio membuka matanya, tangannya mengelap bekas air mata, menatap Fio. "ada banyak hal yang aku dapet setelah ketemu ayah"
"ceritanya nanti" Fillo membantu mengangkat tubuh Fio untuk berdiri.
"lepas!" tegas Fio mengkerutkan dahinya.
Seketika Fillo melepaskan genggamannya, Fillo beberapa kali di buat bingung, "Fi" bisik Fillo.
"kamu tahu, ayahku bilang harus berhati-hati dengan laki-laki. Laki-laki pintar membuat perempuan untuk jatuh cinta" tegas Fio terengah-engah.
"Fio!, kamu masih ragu sama aku?" tanya Fillo dengan tegas.
Fio tidak menjawab, menatap tajam Fillo. "aku percaya kamu Fi tapi takut"
"sini" Fillo melangkah membuka kedua tangannya.
Fio tetap diam, Fillo justru yang melangkah mendekat ke arah Fio lalu memeluknya, Fio benar -benar tidak bergerak, seketika badannya yang sebelumnya kaku berubah menjadi lemas. Tangan Fillo mengusap-usap punggung Fio.
"maaf Fi udah tuduh yang engga" lirih Fio menangis dalapam pelukan Fillo.
"ga apa-apa" bisik Fillo mengeratkan kan pelukannya.
"cara pulangnya gimana?" tanya Fio mengusap air mata sambil melirik ke arah Fillo.
"entahlah, ini kan punya kamu, masa tanya aku. Tapi inget yah setelah dari sini pikiran jeleknya buang jauh-jauh, aku akan menjadi teman kamu yang paling baik, atau bahkan lebih baik dari Gita dan Hanna" Fillo tersenyum menatap wajah Fio.
"ish, kok temen" Fio sedikit memberontak, melepaskan pelukannya.
"lah emang temen kan?" tanya Fillo.
"aku mau kamu jadi pacar aku" tegas Fio sambil memeluk kembali Fillo. Wajah Fillo sangat terkejut badannya mematung seketika. Tangannya tidak bergerak, perlahan Fillo tersenyum memeluk kembali Fio.
Mereka berdua saling menutup matanya dalam pelukan.
Sh~~~
Fillo terbangun di dalam rumah sakit, perlahan mengangkat kepalanya, melihat Fio juga matanya terbuka. Ibu Fio dari kursi berseru bahagia melihat anaknya membuka mata yang sebelumnya kritis.
Fio menghela nafas, melihat ibu lalu tersenyum, "maaf bu bikin khawatir"
"dari mana saja nak" seru ibu tidak sadar menjatuhkan air mata. Ibu bergegas menggenggam tangan Fio. Lalu memeluk Fio.
"aku tau sebab akibat semuanya bu" bisik Fio sambil tersenyum tulus.
Ibu melepas pelukannya dengan perlahan, "ibu selama ini tutupin semuanya buat kabaikan kamu Fio"
"tapi bu, aku yang harusnya menjaga ibu, bukan ibu yang jaga aku. aku tau dulu ibu sesakit apa" ucap Fio sambil mengelus-elus tangan ibu.
"ahkk ibu berusaha untuk menutupi semuanya" lirih ibu sambil mengusap air matanya.
Fio tersenyum, "Fillo" panggil Fio.
"ya?" sahut Fillo.
"hmm makasih ya Fio udah mau bantu semuanya" ucap Fio tersenyum.
"siap!" tegas Fillo sambil tegap lalu tertawa.
"Fio jangan melakukan hal yang aneh lagi ya" ucap ibu memperingati Fio.
Fio tersenyum, mengangkat pundaknya.
***
Fillo membukakan pintu rumah utama lebih lebar, ibu membawa masuk Fio kedalam rumah dengan kursi roda, Fio masih harus lebih banyak istirahat.
"terima kasih Fillo" ucap ibu mengambil tas dari tangan Fillo.
"baik sama-sama tante, saya pulang ya" ucap Fillo tersenyum.
"iya hati-hati Fillo, sampai ketemu lagi" ucap ibu melambaikan tangan, sambil Fillo keluar dari gerbang rumah lalu menutup kembali.
"ibu aku mau tanya, ibu punya ruang bawah tanah?" tanya Fio penasaran.
Ibu menghela nafas, menyimpan tas di meja makan, "ada, isinya buku-buku tentang kehidupan, tentang percintaan, tentang timbal balik dalam hidup, selama 18 tahun ibu membaca semua buku yang berhubungan sama penyakit kamu"
"aku tau ketidak nomal an aku di akibatkan dari masa lalu ayah, aku ga nyaka semuanya seribet ini. Oh iya bu ini foto ayah?" Fio mengeluarkan foto dari sakunya.
Wajah ibu sedikit terkejut, "dapet darimana?"
"ada di meja ibu, maaf bu aku ga bilang. Soalnya itu membuat aku bertanya-tanya" ucap Fio.
Ibu menghela nafas kembali, selalu terkejut dengan perilaku anaknya ini, "iya itu ayah. Ibu jadi kangen" ibu mengambil fotonya lalu mentap fotonya tersenyum.
"kan ada anaknya ini" goda Fio sambil menarik tangan ibu.
Mereka berdua tertawa bersama. Cahaya terang di dalam rumah kembali menyala, kehangat kembali datang kedalam rumah yang hanya terisi oleh dua orang. Tapi sekarang seperti terisi keluarga yang utuh.
***
3 hari berlalu kehidupan Fio berubah seketika, kebiasaan ibu menutup diri sekarang perlahan terbuka dan mau cerita ke Fio, dari kebiasaan tidur sendiri-sendiri, sekarang ibu memperbolehkan Fio tidur ke kamar ibu juga turun ke ruang bawah tanahnya. Ternyata juga ada beberapa foto ayah lagi di bawah, bahkan ada foto Lili dan Rey saat setelah menikah di dalam kamar.
"aku pergi sekolah ya bu" ucap Fio memasukan payung dan jas hujan kedalam tas tote bagnya.
"ga sarapan?" tanya ibu sedikit cemas.
"udah telat bu" ucap Fio masuk merapihkan payung dan jas hujannya.
"yaudah ibu bawain bekal" ucap ibu bergegas memasukan nasi dan lauk ke dalam kotak makanan, setelah selesai, Fio segera memasuk bekalnya kedalam tas.
"makasih bu" ucap Fio membuka pintu rumah.
"hati-hati!" seru ibu kembali duduk di depan televisi.
"iya"seru Fio menutup pintu rumah.
Fillo di depan rumah sudah menunggu, dia sudah tidak khawatir tentang ibu Fio, makanya Fillo berani mendatangi rumah Fio duluan.
"kok kesini" protes Fio membuka pintu gerbang.
"ga apa-apa, aku kangen" goda Fillo membuka telapak tangannya.
"CK!" ketus Fio, menutup pintu gerbang kembali, lalu meninggalkan Fillo.
"kok di tinggalin" protes Fillo tangannya masih kosong, lalu bergegas melangkah menyusul Fio di depan.
"ih Fillo aku masih canggung pacaran kalau di sekolah kita teman aja ya" bisik Fio sambil melihat kesekeliling.
"kok gitu sih" protes lagi Fillo tidak terima.
"aku baru pertama kali pacaran" lirih Fio sambil membenarkan tasnya, "janji ya kalau di sekolah kita kaya temen biasa aja" Fio menatap tegas, tapi wajahnya tidak terlihat seram.
"boleh tapi kalau setelah kaki kita melangkah keluar gerbang, kamu pacar aku kan" ucap Fillo tidak merasa malu sambil merangkul Fio.
"huft" Fio menghembuskan nafasnya pasrah.
Mereka berjalan mesra menuju sekolah layaknya sebuah hubungan yang sudah lama berpacaran.
TAMAT