Cloom kembali putih, rekaman dengan seluruh taman kembali muncul lalu hitam tiba-tiba dengan persekian detik, Fio seperti ada di sebuah ruangan tertutup. Wajah Fio melirik kesana kemari dengan cemas. Sebelum semua rekaman muncul, suara isakan tangis terdengar keras.
Rekaman terlihat semua, Lili menangis di bawah, duduk di pojok ujung pintu keluar. Ruanganya gelap, hanya beberapa sumber cahaya dari lobang pintu. Fio berdiri didalam, tepat di belakang Lili sedang menangis.
"tangan aku sakit Rey" lirih Lili menangis, tangan kanannnya menggengam lengan kirinya. Menahan sakit.
"BU!" seru Fio segera jongkok mendekat kearah Lili.
"tolong buka Rey!" seru Lili memukul-pukul pintu dengan tenaga seadaanya.
"kasih tau kemarin kemana?!" tegas Rey dari luar ruangan.
"Rey, aku minta maaf, cuma ngobrol sama temen kamu" jawab Lili tangisannya terus mengalir, isakan sesekali. "aku mohon Rey, maaf" lanjut lagi Lili suaranya terdengar sangat lelah, seperti setelah ini tidak berdaya.
"Halah!"
Bug!
Rey menendang pintu dengan keras, "kamu tau, temen aku itu suka sama kamu. Kamu mau pergi dari aku kan?!" tegas Rey dengan penuh emosi.
"aku gatau" lirih Lili pasrah.
Mata Fio di penuhi dengan air, bersiap terjun dengan deras. Tangan Fio berusaha meraba ibu tapi percuma, ini semua hanya rekaman.
Lili pasrah dengan keadaan, terus menangis, air mata tak berhenti sejak tadi. Lili meringkuk di bawah, sepertinya jika ada pilihan hidup sekarang, Lili akan memilih mengakhiri hidupnya detik ini juga.
Crek! Terdengar kunci pintu terbuka.
Bergegas, Lili bangun dari duduknya, marapihkan rambut dengan cepat juga mengusap air matanya, berusaha berhenti menangis.
Rey membuka pintu, tangan Rey melayang dengan cepat, mencekap pipi Lili dengan keras. Terlihat dari urat lengan Rey. Spontan Lili berseru, menangis dan air matanya kembali mengalir.
"jangan bikin gara-gara!" tegas Rey tangannya semakin lama-semakin mencekam.
"aku mohon Rey, sakit. Aku minta maaf" seru Lili tangannya berusaha menahan tangan Rey agar lepas dari pipinya.
"ahk!" Rey melepaskan cengkramannya sembari melempar.
Lili terus menangis, menutup wajah dengan tanya. Isakan tangis terus terdengar, tidak berhenti dari awal Cloom terbentuk.
Lili membuka tanyannya, kepalanya nunduk, seram melihat wajah Rey. Perlahan tatapannya melirik ke arah Rey. Raut wajah Ray tidak bisa di kontrol, seakan amarahanya sedang menggerakan semua tubuh Rey.
Hembusan nafas Rey terdengar dengan geram, tidak menunggu jeda, telapak tangan Rey melayang melesat ke arah pipi Lili.
PLAK!
Fio sangat terkejut, air matanya terjun deras, tangannya spontan mengepal. Wajahnya terlihat tidak tahan dengan semua yang dia lihat.
Isakan tangis Lili kembali terdengar, tangannya bergegas menahan sakit pipinya, air mata kembali turun. Pipi sangat merah yang perlahan akan lebam. Mata sudah bengkak, rambut tidak teratur. Tangannya terus mengelus-elus pipinya, Lili tidak bisa bergerak kemana pun.
Perlahan pandangan Lili melihat kebelakang.
"aku mohon, tolong!" bisik Lili terlihat wajahnya kesakitan.
Fio melangkah kan kakinya, mengepalkan tangan. Seakan setelah ini semuanya akan terlihat baik. Tiba-tiba Fio menghentikan langkah, dadanya terasa sakit, segera meremas dada menahan sakit.
"ahk!" lirih Fio tangan terus menekan dadanya berusaha mengalihkan rasa sakit.
"Tolong!" seru Lili sekeras mungkin.
Fio manatap dengan spontan, terkejut. Bola matanya membuka lebar, tak percaya.
Dengan wajah amarahnya, Rey melirik sekaligus ke arah Fio. Fio semakin takut, melangkahkan kakinya perlahan. Rey segera mendekat dengan tegas, tanganya bersiap melayang ke arah kepala Fio.
Spontan Fio berseru kencang, "AAAAaaaa!!!"
Shhh~~
"Fio!!!" seru Fillo dari tadi mengguncang-guncangkan badan Fio.
Badan Fio bergetar kencang tak sadar, tangannya menahan ke atas meja, raut wajahnya terlihat ketakutan, menutup mata seperti terjebak dan tidak bisa keluar. Pelayan di spaceroom bergegas khawatir mendekati Fillo dan Fio, pelayan juga sekaligus memanggil pelayan lainnya dari belakang ruangan.
"Fio!" tegas lagi Fillo menggengam tangan Fio sembari menggunjang, mencoba menyadarkan Fio.
"kenapa?" tanya salah satu pelayan, dirinya juga terlihat cemas.
Fillo mengeleng cemas.
"cepat telepon rumah sakit" perintah pelayan ke temannya.
Temannya itu segera menelepon rumah sakit, tidak lama suara ambulan dari kajauhan terdengar, semakin dekat semakin kencang suaranya. Setelah memarkirkan petugas turun dengan sigap membuka belakang pintu, petugas lainnya masuk kedalam Spaceroom. Tidak menunggu lama petugas membawa Fio kedalam mobil, badan Fio masih bergetar hebat. Fillo masuk kedalam mobil juga untuk menjadi jaminan keluarga.
***
Fio di bawa masuk ke dalam ruang IGD, semua orang di dalam ruangan terihat cemas, badan Fio masih terus bergetar, tangannya kaku keras, Fio sepertinya menahan tangannya, Fio menutup mata dengan kencang, sampai mengeluarkan keringat di bagian dahi dan leher.
Fillo menunggu di luar ruangan, cemas, beberapa kali Fillo menggigit jari kuku sembari melangkah mondar-mandir di tempat.
Tidak lama dari salah satu perawat keluar dari ruangan meberitahu Fillo agar segera memberi tahu keluarga Fio, Fillo terlihat bingung, untuk itu Fillo bergegas untuk menuju rumah Fio, sekalian Fillo pulang.
***
Setelah Fillo turun dari bus umum, menundukan kepalanya sambil berjalan menuju komplek. Sesekali Fillo menendang-nendang krikil ditengah jalan, wajah Fillo terlihat muram, tak percaya apa yang terjadi, Fillo bergegas ke arah rumah Fio.
"permisi" seru Fillo dari luar gerbang.
Fillo berseru beberapa kali dari luar, tidak lama Ibu Fio keluar dengan sebelumnya mengintip dari sela-sela pintu. Wajah ibu Fio sedikit kebingungan, berjalan menuju depan gerbang.
"maaf ada apa?" tanya Ibu Fio membukakan pintu gerbang sedikit.
"saya Fillo teman Fio, ada sesuatu sama Fio" saat Fillo mengucapkan kalimat itu, ibu Fio terkejut, bola matanya membesar.
"Fio masuk rumah sakit bu" lanjut Fillo dengan nada sangat bersalah.
"hah?!" Ibu terlihat sangat terkejut, membuka pintu gerbangnya lebih lebar. "kenapa bisa?!"
"euhm.." Fillo terdiam, kebingungan apa yang terjadi.
"Fio sama kamu dari tadi?" tanya ibu nadanya tinggi.
Fillo mengangguk, "iya bu, tapi sebelumnya baik-baik aja bu"
"sudah saya duga" ketus bu.
"Fio ga macem-macem bu" lanjut Fillo.
"sudah sekarang kamu pulang" perintah ibu menutup gerbang rumah.
Fillo tidak sembat menjawab, menghela nafas, lalu membalikan badan pergi dari hadapan rumah Fio.
"duh Fi kenapa kamu" lirih ibu sambil mengambil tas ke dalam kamar, mengganti baju dengan cepat.
Saat ibu didepan meja, ibu terhenti didepan meja, melihat barangnya hilang, ibu kembali terkejut, menjari sekertas foto tidak ada dimeja.
Ibu menghela nafas, "fotonya kemana" tegas ibu.
Mengambil tas kembali lalu berangkat keluar rumah.
***
Ibu sampai di ruang tunggu IGD sesekali ibu berdiri lalu duduk kembali, gelisah menghantui ibu sekarang. Pemeriksaan dokter tidak kunjung selesai, dari beberapa jam yang lalu. Ibu tau apa yang terjadi.