Ayah terus memeluk Fio dengan erat, tangannya bergerak mengelus-elus punggung Fio. Fio yang terus menangis dirinya berusaha untuk berhenti tapi air matanya terus mengalir, sesegukan sesekali.
"ayah kemana aja selama ini?" tanya Fio yang masih menangis.
"Fio maafin ayah, selama ini ga ada di hadapan Fio, ga bisa jagain Fio" lirih Rey sambil mengusap-usap kepala Fio.
Fio tidak menjawab, sesekali sesegukan, masih menikmati pelukan ayahnya.
"Fi duduk, ada yang ingin ayah bicarakan" ucap ayah duduk duluan, Fio perlahan juga ikut duduk di samping ayah.
Fio duduk menyenderkan badannya di pundak ayah, mengelap bekas air matanya beberapa kali. Fio terlihat seperti anak kecil yang manja di samping ayahnya. Tangan ayahnya merangkul Fio.
"ada apa yah" tanya Fio masih mengucek matanya.
"jadi dulu banyak banget masalah yang datang ke ayah dan ibu, bahkan bukan masalah dari luar ke kita berdua tapi dari diri masing-masing juga muncul masalah yang engga di duga, kaya ternyata pada saat itu ibu engga di izin in untuk menikah sama ayah, karena banyak hal. Juga ayah..." ayah berhenti berbicara, menundukan kepalanya, "ekspetasi yang ayah buat juga ga sejalan realitanya, ayah marah pada saat itu, pada akhirnya berujung kacau semuanya. Setelah ayah menikah diam-diam dengan ibu dan tinggal hanya beberapa bulan orang tu ibu membawa ibu kerumah asalnya, katanya ga ikhlas. Pada akhirnya..." ayah kembali berhenti bicara, "ayah melakukan hal bodoh, ayah memakain hati para perempuan dengan seenaknya, memukuli, menyakiti fisik bahkan mentalnya itu semua hanya untuk melampiaskan kemarahan ayah pada saat itu.
Tanpa mengucapkan sesuatu Fio menurunkan tangan ayah dari pundaknya, perlahan menggeserkan badannya, menatap wajah ayah dengan serius.
Ayah tertawa, "tenang Fio, ayah udah ga ada, jadi kamu aman" ayah tersenyum menatap Fio.
Fio kembali menekekukan mulutnya, mulai bersedih kembali.
Ayah tertawa kembali melihat wajah Fio yang terlihat lucu bagi ayah. "tapi Fi di sisi lain semua yang sudah di lewati ayah dampaknya ke kamu, penyakit yang ada di dalam diri kamu adalah salah satunya, percaya atau tidak, usaha kamu menjadi perempuan normal sungguh bagus. Tapi sebelumnya ayah minta maaf untuk itu.." ayah menghela nafas, "karma yang kamu dapat dari ayah akan terus melekat, jika kamu tidak dobrak. jadi kamu emang harus paksa diri kamu untuk menjadi manusia normal"
Fio menelan ludah, sedikit terkejut, "tapi yah, aku kesakitan" lirih Fio.
Ayah merangkul kembali Fio, "Fio semua yang di ciptakan di muka bumi sudah ada sebab akibatnya, kehidupan kamu yang beda sama manusia lain adalah akibat dari sebabnya perilaku ayah di masa lalu, juga sebab yang timbul di kehidupan kamu sekarang juga akan ada akibatnya, entah itu baik apa buruk, semuanya sudah dikendalikan, kita sebagai manusia tugasnya hanya menjalankan. Ayah tau perilaku ayah buruk dan dampaknya ke kamu juga jadi buruk, tapi kamu bisa kan merubah rasa sakit yang kamu terima menjadi hal baik buat orang lain. Ayah menemui kamu bukan untuk mengubah sesuatu tapi hanya untuk memberi semangat dan memberitahu agar kamu selalu menjadi orang yang baik untuk diri kamu dan orang yang ada di sekitar kamu." ayah menelan ludah mengalihkan pandangannya kedepan, "oh iya kamu harus hati-hati ketemu sama laki-laki, pada awalnya laki-laki akan baik tapi pada akhirnya juga akan muncul sikap jahatnya, setelah ini Fio kamu akan menjalani kehidupan seperti biasa, tapi tetap hujan akan selalu menjadi musuh kamu. itu akibat ayah tidak meminta maaf ke ibu kamu, setelah ayah pergi."
Fio kembali menteskan air matanya, menghela nafas panjang, dia tak percaya ayah yang dulu sangat jahat, hatinya berubah seketika selembut dan seputih kapas.
"maaf ayah, aku akan menjadi anak yang ayah katakan" rengek Fio memeluk ayahnya kembali dengan erat.
Ayah kembali memeluk Fio dalam tangisannya.
***
Fillo sudah duduk di dalam ruangan inap bersama ibu Fio. Fillo tadi sudah menjelaskan apa yang terjadi tapi ibu Fio tidak percaya, selalu menyalahkan ke Fillo, tapi Fillo juga terus berusaha untuk membuat Ibu Fio percaya.
"jadi kamu tau apa yang terjadi sama Fio selama ini?" tanya ibu dengan cemas.
"ya bu, Fio engga sengaja cerita tentang dirinya, tapi semua sudah terlajur, apa yang saya lakukan selain menjaga rahasianya" ucap Fillo.
"sebelumnya terima kasih banyak sudah menutupi ketidak normalan Fio, saya menjadi ibu yang melarang banyak hal adalah untuk dirinya, saya takut dia di bully lagi di SMAnya. Sekarang apa yang kamu bisa lakukan untuk menolong Fio?" tanya ibu mentap Fillo dengan serius.
"entah lah saya hanya mencoba dengan cara ini" Fillo mengangkat kedua telapak tangannya.
"silahkan, dengan waktu dua puluh menit kalian berdua harus kembali" tegas ibu memberikan perintah.
Fillo terlihat cemas, keringat dingin muncul melewati dahi, juga telapak tangannya. "baik bu saya akan coba"
Fillo berdiri dari duduk melangkah perlahan menuju kasur Fio. Fio terbaling lemas tidak sadarkan diri selama dua hari, beberapa selang menempel ke tubuhnya, kata dokter Fio mengalami masa kritis, tapi untuk Fillo dan ibu tidak karena mereka berdua tau yang sebenarnya terjadi.
Fillo menarik kursi lalu duduk di sambil Fio, Fillo selalu sedih melihat Fio kesakitan, perlahan menggenggam tangannya, Fillo menghela nafas, mencoba fokus dan mengatur nafas.
Fillo menghebuskan nafasnya setelah menempelkan telapak tangan Fio ke dua matanya. Fillo kembali menarik nafas dengan kencang.
Shss~~
Fillo tiba di Cloom, berdiri tegak perlahan membuka matanya, Fillo masih terkejut dengan dunia ini, Cloom tampak mendung, Fillo terkejut mendengar seseorang menangis, bergegas melangkah mencari Fio, setelah berjalan lumayan lama, Fio ketemu, menangis tergeletak dibawah, sendirian.
Fillo tersenyum lega, perlahan mendekati Fio.
Sebelum Fillo sampai mendekat ke Fio, Fio tersadar ada seseorang di Cloom, bangkit menatap Fillo terkejut. Fio bergegas menghindar, memundurkan duduknya, wajahnya benar-benar terlihat sangat ketakutan.
Raut wajah Fillo seketika berubah, kebingungan, "kenapa?"
Fio menggeleng sambil terus mantap Fillo.
"jangan mendekat!" tegas Fio memajukan tangannya, melarang untuk mendekat.
"ada apa Fi?" tanya cemas Fillo sambil melihat beberapa kali kebelakan namun tidak ada apapun.
Fio menggeleng, terus menangis, "jangan mendekat Fillo, aku takut" lirihnya terus perlahan menjauh.
"aku, takut apa?!" tanya Fillo dengan tegas, dirinya tidak punya waktu banyak untuk berbincang.
"aku mohon jangan mendekat" lirih Fio.
"Fio kamu di sini sudah dua hari, kamu masuk rumah sakit, ibu kamu khawatir" ucap Fillo menjelaskan.
"aku ga percaya Fi" Fio menggeleng terus menangis.
"kamu engga ingat sebelum kamu pergi ke sini, tubuh kamu sama aku di Spaceroom tubuh kamu bergetar hebat Fio waktu itu, pelayan disana memanggil pihak rumah sakit untuk membawa kamu ke rumah sakit, sekarang kamu kritis di sana, ibu kamu setiap jam menangis" Fillo menjelaskan, kakinya perlahan melangkah, "aku masuk kesini hanya ada waktu dua puluh menit, ayo ikut aku kembali"
"Fillo" lirih Fio, menurunkan tangan, badannya melemas.