Chereads / My Mafia Boy / Chapter 9 - MMB [08]

Chapter 9 - MMB [08]

Cella mengendap-endap berjalan ke belakang sekolah. Pukul 07.11 ia baru saja sampai di sekolahnya karena macet. Ia berencana untuk masuk ke sekolah dengan memanjat pagar belakang sekolah.

Cella menatap pagar belakang sekolah yang terlihat tidak terlalu tinggi, ia pun bersiap untuk memanjat pagar tersebut dengan bantuan sebuah kursi yang terletak di situ. Entah apa manfaatnya meletakkan kursi di belakang sekolah.

Setelah berhasil ke atas pagar, Cella segera lompat ke bawah. Dan untunglah dia selamat tidal lecet satu pun. Cella pun berjalan dengan hati-hati sembari melihat ke sekeliling, jaga-jaga jika ada anak osis.

Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak Cella dari belakang, hal itu membuat Cella terkejut bahkan hampir teriak. Cella pun menoleh ke belakang, dan ternyata orang yang menepuk pundaknya itu adalah Alfian.

Ya sepertinya Alfian juga sama-sama terlambat seperti Cella.

Baru saja Cella hendak mengeluarkan suara namun Alfian menutup mulut Cella dan menarik Cella agar bersembunyi di belakang ruang olahraga.

Saat Cella hendak memberontak, Alfian memberikan kode kepada Cella untuk tetap diam. Ternyata ada anak osis yang sepertinya tengah berpatroli di belakang sekolah.

Cella pun menutup mulutnya rapat-rapat bahkan ia menahan napasnya juga.

Setelah anak osis tersebut menjauh dari belakang sekolah, Cella dan Alfian sama-sama menghela napas lega.

"Huh untung enggak ketahuan," ucap Cella mengelus dadanya lega.

"Lo telat juga?" tanya Cella menatap Alfian yang ada di depannya.

"Menurut lo?" ucap Alfian membuat Cella membuang muka kesal.

"Kayak nggak ada hari lain aja telatnya hari ini," gumam Cella.

"Lo ngomong apaan?" tanya Alfian yang tak mendengar perkataan Cella barusan.

"Enggak, gue nggak ngomong apa-apa," ucap Cella menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ya udah," ucap Alfian dan berjalan meninggalkan Cella.

"Eh lo mau kemana Al?" tanya Cella membuat Alfian menghentikan langkahnya.

Pasalnya jika ia pergi ke kelas sekarang, ia pasti akan dihukum karena jam segini sudah ada guru yang mengajar.

Cella harus menghindari hukuman bukan?

"Rooftop," jawab Alfian.

"Bukannya rooftop tuh dikunci ya?" tanya Cella mengernyit bingung.

Alfian mengeluarkan sebuah kunci dari saku seragamnya membuat Cella membelalak terkejut.

"Lo punya kuncinya?" tanya Cella dengan suara yang bisa dibilang sedikit keras.

"Bisa lebih kenceng nggak ngomongnya?" tanya Alfian kesal.

"Bisa kok, LO PUN-"

Belum sempat Cella menyelesaikan perkataannya, Alfian sudah menutup mulut Cella terlebih dahulu dengan telapak tangannya.

"Bego banget ntar ketahuan," ucap Alfian membuat Cella mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Ayo," ajak Alfian berjalan menuju rooftop dan diikuti oleh Cella di belakangnya.

Alfian pun membuka pintu rooftop, setelah terbuka Cella sedikit terkejut karena tempat ini terlihat sangat bersih dan terawat.

"Lo sering ke sini Al?" tanya Cella dan duduk di sebuah sofa yang ada di sana.

"Lumayan," jawab Alfian membuat Cella menganggukkan kepalanya.

"Oh gue tau pasti lo sering bolos ke sini, iya kan?" tuduh Cella.

"Kata siapa lo? Sotoy," ucap Alfian.

Cella menguap lebar, ia masih sangat mengantuk karena semalam tidur pukul 02.14 dini hari. Memang gara-gara kopi sialan, apa lagi rasa kopinya sangat pahit sepahit kehidupan.

"Kenapa lo ngantuk?" tanya Alfian dan dijawab anggukkan kepala oleh Cella.

"Iya, semalem gue tidur jam 2 tau. Lo nggak liat apa mata gue udah kayak panda gini," ucap Cella menunjuk ke matanya sendiri.

"Al gue mau tidur ntar kalau udah ganti jam bangunin gue ya," lanjut Cella dan dibalas deheman kecil oleh Alfian.

Cella pun tidur di sofa tersebut karena cukup panjang. Di rooftop terdapat dua sofa dan beberapa kursi, tak lupa juga ada mejanya.

Alfian menatap Cella yang ternyata benar-benar tertidur.

"Emang dasar kebo," gumam Alfian tersenyum kecil.

Tiba-tiba ada seseorang yang membuka pintu rooftop. Alfian pun beranjak menghampiri orang tersebut yang ternyata adalah teman-temannya, Devan dan Yoga.

"Ternyata kalian, gue kirain siapa," ucap Alfian begitu melihat kedua temannya itu di depan pintu rooftop.

"Tumben lo Al pagi pagi udah di sini aja," ucap Yoga.

"Iya. Kalian jangan ke sini dulu," ucap Alfian membuat kedua temannya itu mengernyit bingung.

"Lah ada apaan emangnya Al?" tanya Devan.

"Ehem gue lagi bersihin nih tempat," jawab Alfian beralasan.

Padahal sebenarnya ia tidak ingin teman-temannya itu melihat Cella.

"Ah bohong lo, mana ada lo bersih-bersih," ucap Devan tak percaya.

"Iya biasanya juga lo nyuruh adek kelas buat bersihin rooftop," timpal Yoga membuat Alfian mengusap wajahnya merasa malu sekaligus frustasi.

"Ya pokoknya kalian berdu-"

"Wah kaki siapa tuh?" tanya Devan memotong perkataan Alfian karena melihat kaki Cella.

Alfian menepuk dahinya pelan.

"Wah lo nyembunyiin cewek ya Al?" tanya Devan menggoda Alfian.

"Jadi gini ya lo sekarang mainnya," ucap Yoga menaik turunkan alisnya menatap Alfian.

"Udah diem lo berdua sono pergi aja," ucap Alfian mendorong Devan dan Yoga agar pergi secepatnya.

"Jangan sampe kebablasan ya Al," ucap Devan sebelum benar-benar hilang dari pandangan Alfian.

Alfian pun menghela napas sejenak dan menutup pintu rooftop.

"Ini bocah kebo banget dari tadi berisik nggak keganggu juga."

---

"Lo kemana aja Cel kenapa baru masuk?" tanya Luna yang melihat Cella masuk ke kelas saat jam istirahat.

"Gue kesiangan Lun," jawab Cella lemas karena habis bangun tidur.

"Hah kok bisa? Jarang banget lo," ucap Luna bingung.

"Gara-gara kopi sialan kemarin," ucap Cella yang langsung membuat Luna tertawa.

"Tuhkan gue bilang juga apa," ucap Luna menepuk pundak Cella pelan.

"Ayo temenin gue ke kantin, gue laper," ucap Cella dan langsung menarik tangan Luna tanpa mendengar jawaban dari Luna terlebih dahulu.

"Ah gue pengen makan baksonya mang ujang," ucap Cella begitu sudah sampai di kantin.

"Biar gue aja yang pesen lo duduk aja. Ntar kalau lo yang pesen malah jadi tawuran," ucap Luna dan langsung berjalan memesan makanan.

Memang Cella kalau pesan makanan di kantin tidak bisa santai. Ia pasti akan langsung menerobos antrian dan membuat keributan.

Maka untuk menghindari hal itu, jadi Luna yang memesan makanan.

Tak lama kemudian, Luna sudah datang sembari membawa dua mangkok bakso di tangannya.

"Nih biasa nggak pake mie kuning," ucap Luna yang sudah hafal betul dengan selera Cella.

"Ah memang terbaik deh lo Lun," ucap Cella mengacungkan ibu jarinya ke Luna.

"Iya dong jelas," ucap Luna membanggakan dirinya sendiri.

Mereka berdua pun mulai menyantap makanan mereka masing-masing dengan tenang.

Tiba-tiba saja Alfian datang menghampiri Cella, hal itu langsung membuat Luna tercengang.

Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba saja Alfian yang disebut-sebut anti dengan perempuan sekarang justru menghampiri Cella.

Sudah bisa dipastikan bahwa akan segera terjadi fenomena langka!

to be continued...