Chereads / My Mafia Boy / Chapter 13 - MMB [12]

Chapter 13 - MMB [12]

"Non Cella nanti mau dijemput jam berapa?" tanya Pak Jaja, sopir Cella yang mengantarkan Cella ke sekolah. Karena kedua orang tuanya tidak mengizinkan Cella untuk menyetir mobil sendiri.

"Nanti Cella telpon pak Jaja deh," jawab Cella.

"Baik non," ucap Pak Jaja menganggukkan kepalanya.

Cella pun keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam sekolah. Keadaannya saat ini bisa dikatakan sudah kembali sehat, namun orang tuanya tidak percaya dengan Cella.

Tiba-tiba tali sepatu Cella terlepas, sehingga Cella harus membenarkan tali sepatunya itu dulu.

Ia berjongkok dan membenarkan tali sepatunya tanpa melihat ke sekitar nya.

Namun Cella tidak sadar bahwa ada bola basket yang mengarah kepadanya.

"WOY LO YANG DI SANA AWAS," teriak seorang laki-laki yang sedang bermain basket bersama teman-temannya itu.

Namun Cella tidak menghiraukan teriakan tersebut dan masih fokus membenarkan tali sepatunya.

Tak disangka, Alfian berlari ke arah Cella dengan cepat dan menangkap bola basket tersebut sebelum mengenai Cella.

Para laki-laki yang bermain basket itu pun menghela napas lega karena tidak mengenai Cella.

"Loh Alfian lo ngapain?" tanya Cella beranjak berdiri dari posisi jongkoknya. Ia bertanya seolah tidak terjadi apa pun.

Alfian menghela napas sejenak lalu melempar bola basket kepada orang di lapangan.

"Lo ngapain jongkok di sini? Nggak liat tadi ada bola basket yang hampir ngenain lo?" tanya Alfian mengusap wajahnya sendiri.

"Gue kan lagi benerin tali sepatu gue," jawab Cella. Ia bahkan tak berani menatap Alfian.

"Tapi kan ada lo yang nolongin," lanjut Cella menatap Alfian dan terkekeh kecil.

Sementara Alfian hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan berjalan menuju kelas tak sadar bahwa Cella berjalan di sampingnya.

"Lo tadi berangkat sendiri?" tanya Alfian, mungkin ia masih khawatir dengan keadaan Cella.

"Enggak, tadi gue dianter sama pak Jaja," jawab Cella menggelengkan kepalanya.

"Padahal gue udah sehat gini," lanjut Cella.

"Berdiri aja masih oleng lo," ucap Alfian mendorong dahi Cella pelan.

"Ntar kalau lo masih sakit lo nggak usah bersihin perpus," ucap Alfian membuat Cella mengernyit bingung. Kenapa tiba-tiba saja Alfian menjadi sangat baik padanya?

"Enggak ah ntar lo ngadu ke bu Hani lagi," ucap Cella menolak.

"Terserah," ucap Alfian dan berjalan mendahului Cella karena kelasnya sudah ada di depan.

Sedangkan kelas Cella berjarak satu kelas dari kelas Alfian.

"Cella!" panggil Luna yang tiba-tiba sudah berjalan di samping Cella.

"Buset ngagetin aja lo Lun," ucap Cella mengelus dadanya.

"Lo semalem kemana aja? Gue chat nggak dibales, gue telpon juga nggak diangkat. Bikin khawatir aja," ucap Luna mengutarakan kekesalannya.

"Gue semal-"

Brukk.

Tiba-tiba ada seorang wanita yang menabrak Cella. Hal itu membuat Cella terjatuh, begitu juga dengan wanita itu.

"Heh lo kalau jalan lihat-lihat dong," ucap Luna dan membantu Cella untuk berdiri.

"Udah Lun gue gapapa kok," ucap Cella merapikan seragamnya.

"Maaf aku nggak sengaja," ucap wanita tersebut sembari menunduk. Setelah itu ia pun bergegas pergi seperti ketakutan.

"Dia seangkatan sama kita?" tanya Cella yang merasa tak pernah melihat wanita tadi.

"Iya emang dia anaknya pendiam gitu," jawab Luna membuat Cella mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kok gue kenal ya," ucap Cella bingung.

"Ya elah lo mah kenal sama siapa doang di sekolah ini," ucap Luna membuat Cella meringis kecil.

Cella dan Luna pun berjalan bersama menuju kelas sebelum terlambat.

Beberapa hari kemudian.

Hari ini adalah hari terakhir Cella dan Alfian menjalani hukuman.

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Cella segera berjalan menuju perpustakaan seperti biasanya.

"Oh Cella kamu sudah datang," ucap Bu Hani yang melihat Cella masuk ke dalam perpustakaan.

"Iya bu," ucap Cella tersenyum kecil.

"Hari ini hari terakhir hukuman kamu ya. Oh ya Alfian dimana?" tanya Bu Hani yang tak melihat keberadaan Alfian sama sekali.

"Paling nanti Alfian nyusul kok bu," jawab Cella membuat Bu Hani menganggukkan kepalanya.

"Ya sudah ibu tinggal dulu ya," ucap Bu Hani.

"Iya bu."

Setelah Bu Hani pergi meninggalkan perpustakaan, Cella meletakkan tasnya dan mulai membersihkan perpustakaan. Ia juga sebenarnya penasaran kenapa Alfian belum datang.

"Alfian mana sih, udah jam setengah lima tapi belum dateng," ucap Cella menatap ke jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 16.32.

"Jangan-jangan dia sengaja nggak mau dateng biar gue ngebersihin perpus sendirian," lanjut Cella kesal.

Waktu pun terus berjalan, dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 17.00, Cella menghela napasnya sejenak melihat Alfian tidak datang sama sekali.

Cella mengambil tasnya dan bersiap untuk segera pulang.

Namun saat ia membuka pintu perpustakaan, pintu tersebut terkunci sehingga tidak dapat dibuka.

Cella terlihat panik dan tetap mencoba untuk membuka pintu perpustakaan namun tetap tidak bisa.

"TOLONG ADA ORANG NGGAK DI LUAR!" teriak Cella berharap ada orang di luar yang bisa menolongnya.

Sementara itu, di luar perpustakaan ada seseorang tersenyum miring sembari membawa kunci perpustakaan.

"TOLONG," teriak Cella lagi sembari menggedor-gedor pintu perpustakaan.

Namun nihil, sama sekali tidak ada orang yang lewat. Apa lagi sudah jam segini, anak ekskul pasti sudah pulang.

Cella pun terduduk di dekat pintu, berharap ada yang dapat menolongnya. Apa lagi hari mulai gelap, Cella sangat takut dengan kegelapan.

Cella berniat ingin menyalakan lampu perpustakaan, tetapi entah kenapa lampu tersebut tidak dapat dinyalakan. Cella dibuat panik dengan hal itu, ia mengambil handphonenya dan menyalakan senter.

Ia sangat takut jika tidak ada penerangan sama sekali. Mata Cella bahkan sudah berkaca-kaca, karena sebegitu takutnya dengan kegelapan.

Pukul 19.50, Cella masih terkunci di perpustakaan. Tiba-tiba terdengar suara petir membuat Cella langsung menutup kedua telinganya.

Napas Cella beradu tak teratur, dan dadanya naik turun ketakutan.

Tangan Cella yang bergetar hebat mencoba menelpon seseorang. Ia tidak peduli siapa yang ia telpon. Hingga tak lama kemudian setelah nada dering beberapa menit, telpon Cella diangkat.

"Halo?" ucap orang di seberang.

"T-tolongin gue... gue takut," ucap Cella dengan suara bergetar.

"Lo dimana?"

"Per..pustakaan," ucap Cella dan setelah itu handphonenya mati karena baterainya habis sedari tadi ia gunakan sebagai senter.

Handphone Cella pun langsung terjatuh. Cella memejamkan matanya, ia memeluk kedua kakinya.

Tanpa disadari ia sudah menangis sesenggukan. Ia sangat takut saat ini, demi apa pun itu. Ia berharap segera datang orang yang akan menolongnya.

"Ma aku ta..kut," ucap Cella lirih disela-sela tangisannya.

"Cella pingin pulang," lanjut Cella lagi dan tangisannya semakin menjadi-jadi, ia menangis hebat sembari meracau.

Tak lama setelah itu, ada seseorang dari luar yang meneriaki Cella. Serta mencoba membuka pintu perpustakaan yang terkunci.

"CELLA! LO DI DALEM?!"

to be continued...