"Ayo aku mau main itu," ucap Cella sembari menunjuk ke mesin basketball arcade.
Karena tadi Reyga membawanya pergi dari Dania, jadi Cella merengek meminta bermain di timezone. Mau tidak mau Reyga pun menuruti perkataan Cella dan sekarang di sinilah mereka berdua.
"Rey gimana kalau kita taruhan," ucap Cella membuat Reyga menaikkan satu alisnya.
"Taruhan?" tanya Reyga memastikan.
"Iya kalau aku menang kamu harus bayarin aku belanja. Terus kalau kamu menang, kamu boleh minta apa aja sama aku," ucap Cella membuat Reyga tersenyum kecil.
"Kamu yakin?" tanya Reyga yang langsung dijawab anggukkan kepala oleh Cella.
"Yakin dong seratus persen," jawab Cella dengan penuh keyakinan.
Kemampuan Cella dalam bola basket memang tidak bisa diabaikan, tentu saja Cella sangat percaya diri.
"Ya udah ayo," ucap Reyga membuat Cella tersenyum senang.
Beberapa menit kemudian.
"Mbak saya mau beli ini tolong cariin ukuran yang lebih kecil ya, terus sama sepatu ini juga yang warna putih ya mbak," ucap Cella yang saat ini tengah berbelanja dengan senangnya.
Sementara Reyga mengusap wajahnya, bagaimana ia bisa kalah dari Cella? Ya sudah lah, karena ia kalah jadi ia harus membelikan apa pun yang Cella inginkan.
"Rey kamu gapapa kan aku belanja banyak gini?" tanya Cella menunjukkan kantong belanjaannya yang tidak bisa dibilang sedikit.
"Itu mah masih sedikit nggak ada apa-apanya," jawab Reyga membuat Cella tersenyum senang.
Dari pada belanjaan itu, Reyga lebih memikirkan bagaimana caranya Cella bisa menang darinya.
"Udah?" tanya Reyga saat selesai membayar semua belanjaan milik Cella.
"Udah," jawab Cella dan menganggukkan kepalanya senang.
Tiba-tiba ada sebuah panggilan masuk di handphone milik Reyga.
"Bentar ya aku mau angkat telpon dulu," ucap Reyga dan dibalas anggukkan kepala oleh Cella.
Reyga pun menjauh dari Cella dan mengangkat telpon tersebut.
"Halo ada apa?" tanya Reyga begitu menjawab telepon.
"Tuan ada masalah," jawab orang di seberang memanggil Reyga dengan sebutan "Tuan".
"Saya sedang sibuk, suruh saja asisten Ran yang menangani," ucap Reyga.
"Tapi ini tentang masalah tuan besar. Bahkan asisten Ran tidak bisa mengatasi."
"Ck saya ke sana sekarang," ucap Reyga dan mematikan panggilannya.
Reyga tak sempat menemui Cella terlebih dahulu, jadi ia mengirimkan sebuah pesan kepada Cella.
"Udah selesai telponnya?" tanya Cella saat menyadari ada seseorang di belakangnya.
Namun betapa terkejutnya Cella saat menyadari itu bukan Reyga tetapi Alfian. Catat sekali lagi, Alfian!
"Lo?! Lo ngapain di sini?" tanya Cella dengan kebingungan.
"Ini tempat umum kali, lo kira mall ini punya nenek lo apa," ucap Alfian.
"Maksud gue buk-"
Perkataan Cella terpotong karena ada sebuah pesan masuk di handphonenya. Cella pun membuka pesan tersebut yang ternyata dari Reyga.
Reyga: maaf Cel, aku ada urusan mendadak. Nanti aku kabarin kamu lagi.
Cella menggeram kesal membaca pesan dari Reyga tersebut. Bisa-bisanya ia tidak menemui Cella terlebih dahulu sebelum pergi.
"Al," panggil Cella kepada Alfian yang masih berdiri di depannya.
"Kenapa?" tanya Alfian berhati-hati, ia merasakan firasat buruk.
"Bawain bentar sampe depan," ucap Cella dan memberikan semua kantong belanjaannya kepada Alfian.
"Heh lo kira gue pelayan lo," ucap Alfian namun tidak dihiraukan oleh Cella.
Cella justru berjalan dengan santainya menuju tempat Dania saat ini. Alfian mendengus kesal dan menyusul Cella dengan langkah yang berat.
"Cella kamu kemana aja dari tadi mama cariin juga," ucap Dania saat melihat Cella berjalan ke arahnya bersama Alfian di belakangnya tentu saja.
"Tadi aku lihat-lihat ke sana bentar," ucap Cella. Saat ini moodnya sedang tidak baik, atau bisa dibilang sedang dalam mode 'senggol bacok', ya kira-kira seperti itu lah.
"Loh Alfian kamu di sini?" tanya Dania yang baru saja menyadari keberadaan Alfian.
"Iya tante," jawab Alfian dan tersenyum kecil.
"Cel kok kamu bisa sama Alfian, Rey mana?" tanya Dania berbisik kepada Cella sehingga Alfian tidak dapat mendengar.
"Rey ada urusan," jawab Cella dengan santainya.
"Sstt jangan kencang-kencang kalau ngomong. Ntar kalau selingkuhan kamu tau gimana," ucap Dania membuat Cella ingin tenggelam ke palung mariana saat ini juga.
"Tau ah ma ayo kita pulang aja," ucap Cella yang sudah kehilangan mood untuk berbelanja.
"Eh tapi kan tadi ke sini naik mobilnya Rey, pulangnya naik apa?" tanya Dania membuat Cella rasanya ingin memukul kepala mamanya itu.
"Oh iya Alfian kamu ke sini naik apa?" tanya Dania membuat Cella membelalakkan matanya.
"Aku naik mobil tante," jawab Alfian membuat Cella memicingkan matanya ke Alfian.
"Kalau tante mau nebeng pulang boleh nggak? Kelamaan kalau nunggu supir jemput," ucap Dania membuat Cella otomatis menolak.
"Ma mending nelpon pak Jaja deh cepet kok paling 2 menit langsung nyampe," ucap Cella menolak dengan sepenuh hati usul dari Dania tadi.
"Ngawur kamu, mana ada 2 menit," ucap Dania membuat Cella menghela napas pasrah.
"Kalau mau nebeng gapapa kok tante," ucap Alfian membuat mata Dania berbinar senang.
"Tuh Alfian aja gapapa katanya," ucap Dania kepada Cella.
Sungguh, rasanya saat ini Cella ingin tenggelam. Siapa pun bantu Cella sekarang.
---
"Thanks udah nganterin gue balik. Pulang sono," ucap Cella begitu sudah sampai di rumahnya.
"Ngusir ya lo? Udah mending gue anterin balik," ucap Alfian menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Oh jadi lo nggak ikhlas nganterin gue pulang? Iya kan? Ngaku aja deh lo," ucap Cella.
"Heh kalian berdua nggak baik ribut di depan rumah, malu dilihat tetangga," ucap Dania yang tiba-tiba muncul dari balik pagar rumah padahal tadi ia sudah masuk.
"Mama masuk aja deh ma," ucap Cella yang terlihat sudah lelah dengan mamanya itu.
Dania pun tersenyum kecil dan masuk ke dalam rumah.
"Ya udah gue duluan," ucap Alfian dan masuk ke dalam mobil.
Cella pun mengangguk, setelah itu mobil Alfian melaju dengan kecepatan normal meninggalkan wilayah rumah Cella.
Setelah melihat hal itu, Cella pun langsung masuk ke dalam rumah.
"Ma aku malu banget serius deh," ucap Cella begitu masuk ke dalam rumah.
Ia duduk di samping Dania di ruang tamu.
"Malu kenapa? Emang kamu nyuri sesuatu Cel?" tanya Dania berhasil membuat Cella mengelus dadanya menahan kesal.
"Ih mama mah gitu, mama suka ya sama Alfian," tuduh Cella membuat Dania tertawa sementara Cella mengernyit bingung. Memangnya ada yang salah dati perkataannya?
"Mana ada mama suka sama Alfian, kamu ini kalau ngomong sembarangan," ucap Dania membuat Cella menatap ragu Dania.
"Tapi kayaknya Alfian cocok jadi menantu mama."
to be continued...