"Ibu! Kenapa sih obsesi banget sama nilai sempurna? Nilaiku bagus kok. Gak ada yang dibawah 90, hanya MTK yang nilainya 80," sergah Nia dengan wajah memerah. Pelupuknya semakin bengkak, nampaknya air mata sudah memenuhi manik karamelnya.
"Itu! Nilai MTK mu rendah! Nilaimu juga tidak semuanya 100. Ibu mau kamu dapat 100 di semua pelajaran. Kastamu ditentukan lewat nilai!" bentak Sekar menunjuk nunjuk Nia dengan telunjuknya.
Nia memejamkan matanya, runtuh sudah pertahanan Nia. Ia tak sanggup menahan buliran air dari pelupuk matanya. "Ibu hanya peduli pada nilai bukan? Ibu gak peduli perjuangan yang ku lakukan untuk mendapat nilai tinggi ...," lirih Nia dengan terisak. Tubuhnya bergetar, tangisnya pecah karena ucapan ibunya yang setajam pisau. Sesekali ia terbatuk karena tersedak air matanya sendiri.