"Kak," panggil Tae Gwang dimana dia berhasil mengingat dimana dia menyimpan nomor yang bahkan tidak pernah dia duga hampir hilang karena kebenciannya. "Ya," jawab Na Ra karena suaminya sedang ada meeting di luar.
Dia sedang berada di kantor yang sama dengan suaminya, hanya saja panggilan dari Tae Gwang membuat Na Ra cepat-cepat menjawabnya. "Ini aku, Na Ra. Kau mengingatku kan, Tae Gwang?" balas Na Ra membuat Tae Gwang hanya bisa memutar bola matanya malas. "Dimana kau?" tanya Tae Gwang menginginkan kakaknya, bukan kakak iparnya.
"Sedang---"
"Aku ingin mengatakan perihal anak kalian, jika hanya ada Kak Na Ra, aku akan mengakhiri--"
"Baiklah-baiklah," jawab Na Ra dengan cepat menekan telfon ruangan yang sedang suaminya adakah meeting, seseorang mengangkatnya. Dan itu suaminya.
"Ada apa, sayang?" tanya Tae Joon langsung pada inti, namun Na Ra menjawab cukup cepat dan jelas membuat Tae Joon langsung berlari cepat meninggalkan ruang meetingnya setelah meminta sekretarisnya menyelesaikan semuanya.
"Tae Gwang adikmu menelfon, ini mengenai putri kita," jelas Na Ra membuat Tae Joon teegopoh-gopoh. Dua menit sampai, Tae Joon bahkan membuka pintu ruangannya dengan terbanting cepat.
"Dimana adikku," minta Tae Joon dengan mengambil ponselnya paksa dari tangan istrinya, mengeraskan panggilannya.
"Kak," sapa Tae Gwang membuat Tae Joon benar-benar lega mendengarnya. "Akhirnya kau menelfonku, Tae Gwang."
"Kakak hampir frustasi karena dewan tanah mengatakan jika semuanya hangus terbakar, pemilik tempat itu juga mati terbakar dan juga anakku mati juga," ucap Tae Joon membuat adiknya menyatukan alisnya di seberang telefon.
"Apa yang kau katakan?" bingung Tae Gwang membuat Tae Joon menyatukan alisnya bingung. "Kenapa?" tanya balik.
"Aku menemukan keberadaan Eun Ra," jawab Tae Gwang membuat Tae Joon merasa begitu senang seketika, namun setelahnya Tae Gwang membawa kabar lebih buruk yang membuatnya ingin mati saja.
"Jadi dia masih hidup?" tanya Na Ra ingin tahu lebih jauh. "Ya, Kak," jawab Tae Gwang untuk kakak iparnya.
"Tapi, sepertinya lebih baik kalian menganggap Eun Ra sudah mati saja, karena peluang kalian mendapatkannya kembali sangat kecil, kalian tidak akan bisa mengambilnya kembali," jelas Tae Gwang membuat Tae Joon menyatukan alisnya bingung. "Apa maksudmu?"
"Dia di beli oleh mafia, Kak. Dan ku rasa, lebih baik kakak menganggapnya mati sama seperti aku mengambil, menculiknya dan membunuhnya saja. Aku tidak memiliki presentasi berhasilnya, hanya saja aku yakin kakak tidak bisa mengambilnya," jelas Tae Gwang membuat Na Ra menyatukan alisnya bingung.
Sesulit itu kah?
Tapi, keduanya belum melakukannya, kenapa harus menyerah bukan? Ayo, perjuangkan putrinya bahkan setelah dia tumbuh dewasa dan secantik wajahnya nanti saat bertemu.
"Kau mendapatkan informasi asli atau palsu?" tanya Tae Joon masih memastikan jiki ini hanya hoax saja, sebab baginya bukan soal mendapatkan informasi dan harus merelakan kehilangan putrinya.
Melainkan, Tae Joon ingin putrinya sebelum dia menikah atau salah satu dari kami (orang tuanya) ada yang meninggal.
"Aku berkerja di organisasi, aku bekerja sebagai tangan kanan mafia juga. Hanya saja mafia kecil saat ini, aku mendapatkan informasi mengenai Eun Ra karena aku mengorbankan nyawaku untuk Eun Ra agar aku mendapatkan informasinya," cerita Tae Gwang pada kakaknya segalanya yang dia korbankan untuk menebus kesalahannya.
"Hanya saja aku tidak bisa membantumu sampai jauh, Kak. Maaf sebekumnya," ucap Tae Gwang kembali membuat Na Ra penasaran. "Kenapa?" tanya Tae Joon pada adiknya.
"Karena aku mengorbankan nyawaku untuk orang yang sudah menyelamatkan nyawa Eun Ra." Seperti tersengat listrik bertegangan tinggi, Na Ra dan Tae Joon merasa tidak berdaya sama sekali.
"Saranku, Kak. Kalian harus menyelesaikan kasus kematian anak pertama kalian dulu, baru kalian mencari sisa anak kalian."
○○○
Menginap dua malm, arkhinya Su Ri pulang. Suaminya marah besar, supir yang bekerja padanya mendapat spam pesan dari tuannya untuk menujukan pada nyonya. Dengan cepat juga supir tersebut memberikan ponselnya.
Betapa terkejutnya Su Ri melihat kekacauan yang suaminya lakukan di rumah, ada begitu banyak foto. Namun yang Su Ri ingat hanya, lemari pakaian kamar utama yang bajunya berserakan, kaca kamar yang pecah, semua selimut dan barang-barang lalu perlengkapan mandi yang sengaja dirusak, ruang tamu yang penuh dengan air, televisi yang kaca depannya sudah rusak karena pukulan tongkal golf, kulkas yang rusak terbalik, isinya kemana-mana bahkan dengan semua persediaan makan satu bulan juga sudah berserakan.
Su Ri tahu siapa pelakunya, ya. Suaminya sendiri sengaja melakukannya, ini keterlaluan. Bahkan sangat mengerikan, sepertinya suaminya mengamuk lagi, semua itu karena dirinya pergi tanpa pamit, membawa kunci rumah, tidak menyediakan makanan sebelum pergi, dan membuat Tae Hyun semakin membencinya dan Tae Jung membenci suaminya.
Baiklah, Su Ri sudah sampai di mansionnya.
Semua pekerja berdiri di depan gerbang sejak semalam, Su Ri menanyakannya keadaan rumah pada salah satu pekerjanya.
"Apa sangat kacau?" Begitu tanya Su Ri, pekerja sama sekali tidak menjawab, dia menundukkan kepalanya dan memilih menganggukkan kepalanya pelan.
"Kalian dilarang menjawab pertanyaannku? Apa kalian sangat takut? Maafkan aku," ucap Su Ri lagi, semua pekerjaanya merasa tidak nyaman.
Kemudian salah satu mulai mengalah dan menjawabnya. "Rusaknya sebagian mansion membuat kami hanya bisa berdiri di depan sini, nyonya."
"Tuan marah besar, tuan Tae Hyun merusak pintu utama, bahkan tuan Tae Hyun hanya tidur satu malam dan malam setelahnya tuan tidak pulang."
"Tuan Yoon Gi begitu marah, tuan terlihat sangat emosi dan merusak segalanya tanpa aba-aba, kami tidak bisa melakukan apapun dan milih keluar. Namun sekarang kami mendapat tugas jika kami harus berdiri di depan gerbang sampai tuan Yoon Gi pulang nanti," jelas salah satu pembantinya menjelaskan.
Su Ri menghela nafasnya berat. "Kalian sudah sarapan?" tanya Su Ri membuat semuanya menggelengkan kepalanya pelan. "Aku akan memesan makanan untuk kalian, jangan menolak permintaanku. Aku akan memesankan makanan untuk kalian--"
"Oh, pahlawan?" tegur satu pria di belakang Su Ri membuat semua pekerjanya memilih menundukkan kepalanya pelan.
"Kau sudah pulang, ratuku?" tanya Su Ri membuat Yoon Gi terkekeh melihatnya. "Masuk ke rumah, dan lihatlah apa yang terjadi dengan mata telanjangmu," ucap Yoon Gi memperintahkan istrinya untuk masuk mengikutinya dan menyelesaikan masalahnya bersama saja.
Su Ri mengikuti, semua sudah kacau, ini kemarahan ke limabelas kalinya sepanjang mereka berrumah tangga hampir duapuluh depalan tahun, dan Su Ri sudah terlihat biasa.
Hanya saja dia tidak yakin bisa menghadapinya untuk akhir-akhir ini. Keduanya mulai berhadap-hadapan, di lantai dasar, ruang tamu yang kumuh dan kotor.
"Kau melihatnya?" tanya Yoon Gi dengan mengeratkan giginya melihat seberapa buruknya mansion mereka.
"Sudah ku katakan, bukan? Aku ingin mengunjungi Tae Jung, aku butuh istirahat dan melihatnya. Jika memang kau tidak bisa pergi, biarkan aku saja. Kenapa jadi seperti ini?" tanya Su Ri mengembalikan lampu berdiri di ruang tamu agar suaminya tidak menatapnya begitu serius dan datar.
"Kenapa?" tanya Yoon Gi membuat Su Ri terlihat menghentikan gerakan membereskan mansion, namun melanjutkannya lagi.
"Aku hanya---"
"KENAPA KAU DATANG KE MANSION AYAHMU UNTUK BERTEMU DENGAN MANTAN PACARMU DENGAN BERDALIH JIKA KAU SENGAJA DATANG KE SANA DEMI ANAK KITA, HAH?" teriakan keras, kencang, dan menggema.
"Yoon Gi, apa yang kau---"
"Kau selalu mengulangi kesalahanmu bahkan saat kau sudah tahu jika suamimu akan marah, kau istri macam apa, Su Ri?"
Yoon Gi meninggalkan mansionnya dan memilih membiarkan istrinya membersihkan kekacauan yang Yoon Gi buat karena kesalahannya Su Ri sendiri.