Misha membuka matanya perlahan. Berat memang. Namun ia paksakan. Tubuhnya terasa begitu kaku.
Ah, cahaya itu benar-benar menyakiti mata Misha. Apa itu cahaya dari surga?
Tidak! Gadis itu masih hidup. Ini bukanlah surga.
"Sean," lirih gadis itu.
Misha kembali memejamkan matanya rapat-rapat. Cahaya itu terlalu menyilaukan mata.
'Kenapa Sean tidak menyahut? Apakah ia meninggalkanku?' batin gadis itu dengan gelisah.
Sekarang Misha mengerti. Cinta itu memang tidak bisa dipaksakan. Apa pun yang ia lakukan, tidak akan bisa membuat Sean tetap tinggal di sisinya dan melupakan Rani.
Pria itu pergi.
"Astaga, kau menangis lagi."
Samar-samar, Misha mendengar suara itu. Suara merdu Sean.
Lalu ia merasakan sebuah jemari yang sangat lembut menyeka air matanya. Misha ingin membuka mata, tapi aku takut.
"Mish, cepatlah sadar. Jika kau memang menginginkannya, ayo kita menikah. Ayo kita pergi. Aku akan melakukan apa pun untukmu. Sadarlah." suara Sean terdengar begitu parau.