Puspita duduk berlutut di depan Naya. Ia duduk di kursi rodanya dengan tatapan kosong. Tidak ada lagi senyum, tawa, bahkan amarah. Wajah pucatnya slalu terlihat datar tanpa ekspresi. Ia seperti tak melihat dan tak mendengar apapun. Ia tidak makan ataupun melakukan hal yang lain. Asupan gizinya hanya di dapat dari infus yang senantiasa menancap di tangannya.
Naya sudah seperti itu selama satu bulan ini.
Air mata Puspita menetes begitu saja saat melihat keadaan Naya yang setiap harinya semakin memburuk.
Ia sudah kehilangan Maya, ia tidak ingin kehilangan Naya juga. Mereka sama berharganya untuk gadis itu.
"Nay, hei, kau mendengarku? Aku datang. Aku akan menginap di sini. Aku akan menemanimu." ucap Puspita pelan.
Tidak ada respon yang cukup berarti darinya. Ia tidak bergeming sedikitpun. Puspita bahkan tidak yakin apa Naya benar-benar bisa mendengarnya.
"Aku akan membunuh Joshua!"
Reflek Puspita menoleh ke belakang mendengar gumaman seseorang.
Ken!