Sean kembali merapikan helaian rambut Misha yang terjatuh menutupi mata gadis itu yang masih terpejam erat.
Sungguh, Sean masih tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh gadis konyol itu.
"Kau bodoh, Misha! Kau bodoh! Tidak seharusnya kau mencintaiku! Benar-benar bodoh!
Cintailah pria lain yang lebih baik dariku bodoh!" Sean terus menggerutu meski ia tahu Misha tidak bisa mendengarnya.
"Sean ..."
Misha mengigau lagi. Sudah berlangsung semalaman gadis itu menyebut nama Sean dalam tidurnya.
Sean kembali menyeka keringat yang membasahi kening Misha.
Wajah gadis itu begitu pucat.
Dia kehilangan banyak sekali darah. Untung saja dia segera ditangani, entah apa yang akan terjadi jika Sean terlambat membawanya ke rumah sakit.
Sean menggenggam tangan Misha yang sangat dingin, dengan hati-hati.
Pria itu mengecup lembut punggung tangan Misha, lalu menatap wajah gadis itu lekat-lekat.