Bu Sumiati nampak memicingkan mata seolah mengingat nama si ibu pemuda itu dari yang di sebut warga yang emosi terhadapnya.
Pemuda itu mengerang kesakitan. Pemuda itu heran dengan tenaga Bu Sumiati. Dia tidak tahu kalau Bu Sumiati jago bela diri. Waktu masih muda Bu Sumiati memang sangat rajin belajar bela diri untuk menjaga diri dari orang-orang jahat.
" kalo sampe kamu berani berantakin jualan mbak-mbak ini lagi.kamu berurusan dengan saya." ucap Bu Sumiati dengan tegas namun tenang.
Pemuda itu mendengus kesal lalu meninggalkan tempat itu sambil jari tangannya menuding Bu Sumiati lalu pergi. Wajahnya terlihat sangat tidak terima dengan perlakuan Bu Sumiati padanya. Begitu juga dengan Bu Sumiati yang tidak suka dengan sikapnya namun tenang. pemuda itu terlihat semakin jauh. Bu Sumiati lalu tersadar. Ibu-ibu yang di tolong Bu Sumiati mengambil dagangan ikannya yang jatuh ke tanah sembari berkata.
" makasih ya yuk sudah bantu saya.. " katanya dengan Suara parau sedikit gemetar namun berusaha kuat.
" sama-sama yuk, ngomong-ngomong siapa anak muda itu yuk?" tanya Bu Sumiati dengan segera membantu ibu itu memungut dagangannya yang jatuh.
" dia anak tiri saya, namanya Nasukan ,dia marah karena putri saya datang ke rumahnya untuk mencari bapaknya."
" mencari bapaknya..? memang bapaknya kemana." sahut Bu sumi
" sudah bertahun-tahun bapaknya pergi dan entah kemana, sementara sang putri merindukannya." dengan wajah sedih
" lalu alasannya kenapa dia pergi meninggalkan kalian dan juga anak muda tadi?"
" setelah saya tahu, kalau saya di madu, saya memutuskan untuk bercerai." ucap dengan mata berkaca-kaca.
Ibu-ibu itu seperti tidak kuasa menahan bendungan air matanya. Dan Bu Sumiati juga menyadari karena pengalamannya tak jauh
beda dengannya.
" yang sabar ya yuk.." sambil mengelus punggung pedagang tersebut.
Ibu-ibu itu mengangguk sedih. Bu Sumiati mencoba mencairkan suasana. Untuk mengalihkan topik pembicaraan.
" Ohya, ini ikannya berapaan…" tanya Bu Sumi
" jangan di beli yuk, mending sampean beli ikan di tempat lain, ikan-ikan saya sudah kotor karena jatuh."
" gak apa-apa yuk, kan bisa di cuci.."
ibu itu menatap nanar ke Bu Sumiati dengan bibir bergetar. Dia merasa seperti bertemu malaikat penolong.
Bu Sumiati nampak senyum menguatkan.
" saya beli ikan bandengnya 3 ekor yah."
" beneran yuk gak apa-apa? saya jadi tak enak hati, sudah di tolongin di tambah lagi membeli dagangan saya yang sudah kotor."
" beneran gak apa-apa yuk, oh iya yuk njenengan namine sinten ( oh ya mbak,kamu namanya siapa ) ? " tanya Bu Sumiati
" nama saya Asmah, njenengan namine sinten? " jawab Bu Asmah.
" nama saya Salmah Sumiati panggil saja Sumiati."
Mereka terlihat sangat akrab. Bu Asmah menyodorkan kantong plastik berwarna hitam yang sudah berisi 3 ekor ikan bandeng. Bu
Sumiati menerimanya.
" berapa yuk semuanya…?"
" 200 rupiah saja yuk…"
" lho kok murah…gak salah yuk.."
" gak apa-apa yuk itung-itung juga ucapan terima kasih saya yang sudah di bantuin."
" Ya Allah, semoga dagangannya lancar ya yuk..Insya Allah saya akan berlangganan disini, ohya kalo putri mu mau kerja ikut aku suruh datang ke rumahku ya yuk ini alamat nya" sambil menyodorkan kartu nama.
" MasyaAllah terima kasih nggeh yuk.."
" saya balik dulu ya yuk.. Assalamu'alaikum…"
" Wa'alaikum salam.."
Bu Sumiati lalu pergi. Bu Asmah terus mengamati kepergian Bu Sumiati.
" terima kasih Ya Allah, engkau pertemukan hamba dengan orang yang baik seperti dia." ucap Bu Asmah dalam hatinya sambil mencium uang hasil jualannya lalu di kipas-kipaskan ke dagangan yang lain agar dagangannya yang lainnya laku.
Di tempat kerja, Yono sangat menikmati pekerjaannya. Dia sangat aktif sampai hasil kerjanya lumayan banyak. Sesekali dia melihat hasil kerjaan Arif yang masih sedikit.
Yono senyum geleng-geleng. Dia melakukan cara kerjanya seperti berlomba. Keringatnya bercucuran di sekitar wajahnya . Setiap keringat yang hampir jatuh ke tubuhnya dia langsung lap dengan handuk yang sudah gantung di lehernya. arif yang merasa kalah hasil kerjanya dengan Suyono. Terheran dan senyum lalu menghampirinya.
" wah…wah..wah… rajin banget bocah satu ini…kinerjanya luar biasa.. aku saja sampai kalah banyak dapatnya.." ucap Arif
" namanya juga jiwa anak muda Rif..sayang banget kalo masih muda dan malas-malasan…ya gak.." jawab Yono dengan bersemangat.
" bener…bener…ya sudah di lanjut deh…"
" okey… kamu juga semangat yah…"
Setelah itu Arif kembali di tempat nya. Yono kembali bekerja dengan menikmati kerjaannya.
Dengan hasil kerja yang bisa di bilang cukup. Yono menyisihkan modal untuk kerja sampingan berjualan parfum. Yono terlihat sangat pintar dan rajin berjualan parfum. dia juga tak kenal lelah menjajakan dagangannya dari satu tempat ke tempat yang lain. Yono sempat berpikir kalau dia berjualan terus pasti dagangannya makin bertambah.
Lalu Yono memutuskan berhenti kerja di tempat Haji Dullah. Suyono pun menuruti isi hatinya. Bahkan dia sampe rela berkelana demi berjualan parfum. Mulai dari kota Surabaya, Kota Malang bahkan sampai ke Jombang.
Di Jombang. Suyono berkelana dengan membawa tas ransel hitam yang berisi dagangan parfumnya dan juga sebagian baju. Disini dia menggunakan baju kemeja putih polos dengan celana bahan hitam. Suyono tak berhenti menjajakan dagangannya dari satu rumah ke rumah yang lain. Suyono terlihat sangat semangat. Suyono merasa lelah. Keringat nampak di wajahnya yang lelah. Dan saat itu menjelang sholat Duhur .Suyono melihat ada sebuah Masjid di dalam pondok pesantren. Di dalam sana banyak santri yang
beraktifitas. Ada yang masuk masjid. Ada yang jalan di halaman masjid sambil bawa Al Qur'an dan terlihat cara memegangnya sangat hati-hati. Ada yang masih menyapu lantai di lorong.
Suyono senyum melihatnya. Hatinya seperti tergerak untuk mendorongnya masuk ke dalam sana. Namun Suyono nampak mengamati dirinya. Dia melihat rambutnya yang masih panjang. Dan memakai baju kemeja putih serta celana bahan hitam yang bersih dan sendal kulit yang terlihat seperti barang bekas yang dia beli dari uang hasil
kerjanya. Jelas berbeda dengan santri yang ada di dalam pondok yang lebih kebanyakan memakai sarung dan baju koko yang sangat rapi.
Suyono diam sejenak. Dia berusaha untuk membangkitkan rasa percaya dirinya. Suyono lalu membuka tas ransel hitamnya dan mengambil kopyah hitam di dalamnya lalu di gunakannya. Suyono mulai melangkahkan kakinya untuk masuk. Angin menerpa wajah Suyono. Membuat rambut kepalanya melambai kena terpaan angin.
Suyono pun menghentikan langkahnya,diam. Suyono merasa seperti mendapat hidayah dari Gusti Allah. Suyono nampak senyum lalu kembali melangkah. Pandangan Suyono melangkah ke arah sumur yang disampingnya terdapat peyangga yang terbuat dari kayu yang tingginya kurang lebih 1/2 meter. Dan di atasnya terdapat wadah plastik yang bagian atasnya sudah di belah untuk jadi wadah menampung air dan di bagian tengah bawah ada lubang kecil ukuran diameternya 2 cm x 2 yang sudah di tutup dengan kayu panjang yang ujungnya sudah di ukur sesuai diameter lubangnya.
Langkah Suyono sudah dekat dengan tempat Wudhu. Suyono melihat wadah air sudah penuh. Suyono langsung berwudhu. Selesai berwudhu dia berdoa lalu bergegas masuk ke dalam Masjid.