Sekolah yang hanya akan tinggal kenangan
Pagi ini Fanya sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Di hari ini juga gadis itu akan berpamitan pada sekolah bahwa ia akan melanjutkan pendidikannya dengan homeschooling di rumah.
"Rasanya sungguh berat sekali ya Robb, di saat aku harus mengubur dalam-dalam impianku hanya karena kesalahan kecil yang tidak sengaja aku buat," ujar Fanya.
25 menit kemudian Fanya sudah sampai di sekolahnya.
"Fanya, gue sedih banget tau denger elo mau lanjut homeschooling di rumah," ujar Maya.
"Ya mau gimana lagi May, setelah ini gue akan menikah dan lo tau sendiri kan kalau gue gak punya pilihan lain," sahut Fanya. Ia berusaha untuk tetap tegar di depan teman-temannya.
"Lo yang semangat ya Fan, gue yakin lo adalah anak yang kuat!" ucap Lisa.
"Iya Sa, gue semangat kok. Kalian emang gak lihat gue udah sesemangat ini," cetus Fanya.
Lisa dan Maya hanya mengangguki saja serta ikut tersenyum untuk Fanya. Mereka tau kalau Fanya sebenarnya sangat terluka, hanya saja gadis itu sedang berpura-pura untuk terlihat tegar.
"Oh iya Fan, yuk ke Kantin lo mau makan apa aja boleh nanti kita yang traktir iya kan May," ajak Lisa.
"Yup betul, khusus hari ini kita akan traktir elo!" sahut Maya.
Kalau seandainya saat ini Fanya punya pilihan lain dan ada keluarga yang melindunginya tentu gadis itu pasti akan sangat bahagia sekali.
Namun kembali lagi kepada kenyataan pahit di dalam hidupnya. Bahwa ibu kandungnya sendirilah yang secara tidak langsung membuat hidupnya menderita.
Di usir dari rumahnya dengan tanpa di bekali apa-apamembuat Fanya harus betjuang mati-matian untuk bertahan hidup juga membayar sekolahnya.
Club malam saat itu adalah pekerjaan satu-satunya yang bisa Fanya lakukan. Namun kembali lagi dengan resiko yang harus siap untuk Fanya ambil.
Dan malangnya ia justru bertemu dengan pria jahat yang sebentar lagi justru akan menjadi suaminya.
Mengapa Fajya menyebut suami, karena meskipun pernikahan mereka nanti itu hanya di atas kertas yang bertuliskan sebuah perjanjian tetap saja kalau Deka tetaplah akan menjadi suaminya karena pernikahan mereka tetaplah sah secara agama dan negara.
"Gue bentar lagi benar-benar akan menikah, ya Tuhan siap gak siap gue," ujar Fanya.
"Lo yang sabar ya Fan, gue sebagai sahabat lo cuma bisa berdoa yang terbaik buat lo. Gue akan selalu ada kapan pun elo butuh teman curhat!" ujar Maya.
"Makasih ya May, gue itu seneng banget punya sahabat seperti kalian berdua yang selalu ada dalam suka mau pun duka," ujar Fanya.
"Kota juga senang bersahabat dengan lo Fan. Selamanya kita akan menjadi sahabat!" sahut Lisa.
Kemudian mereka bertiga pun langsung berpelukan.
"Lo jangan lupain kita ya Fan, sering kasih kabar sama kita-kita!" ujar Maya.
"Pasti, kalian adalah bagian dari hidup gue sampai kapan pun itu gue gak akan permah lupain kalian!" tegas Fanya.
Bel tanda masuk pun sudah mulai terdengar gemerincing. Lisa dan Maya pun segara pamit untuk masuk ke kelas.
"Sampai jumpa lagi Fanya," ujar Lisa.
"Sampai jumpa," sahut Fanya.
Lisa dan Maya yang sudah melangkah keluar dari Kantin pun berbalik lagi dan memeluk Fanya dengan begitu erat.
Rasany mereka tidak sanggup melepaskan Fanya bwrhenti dari sekolah ini. Tempat mereka saling mengenal dan saling mengasihi.
"Udah-udah, kalian kaya udah gak bakalan ketemu gue aja. Kita masih bisa bertemu lagi," ujar Fanya menenangkan kedua sahabatnya.
"Kita sering-sering ketemu ya Fan," ucap Maya.
"Iya, nanti kalau acara gue udah selesai kota ketemuan ya!" sahit Fanya.
Di dalam ruangan kepala sekolah
Fanya sudah berada di ruangan kepala sekolah. Begitu gadis itu mengatakan maksutnya kepala sekolah pun langsung terkejut.
"Apakah kamu yakin dengan keputusan kamu ini Fanya?" tanya kepala sekolah.
"Saya sangat yakin Pak," jawab Fanya.
"Kamu itu anak yang pintar juga berprestasi, sayang sekali kalau kamu justru memilih untuk homeschooling," ujar kepala sekolah.
"Maaf Pak,tapi ini benar-benar sudah .e jadi keputusan saya," sahut Fanya.
"Baiklah kalau begitu, saya hargai keputusan kamu. Dimana pun kamu akan belajar saya yakin kalau kamu akan menjadi anak yang sukses," ucap kepala sekolah.
"Terima kasih Pak, saya jiga sangat berterimakasih atas kepercayaan bapak kepada saya selama ini. Di sini saya banyak mendapatkan pengalaman," ucap Fanya.
Kepala sekolah itu jujur saja tidak rela melepas Fanya, selain berprestasi Fanya juga salah satu murid kesayangannya.
Fanya selalu di libatkan dalam semua acara yang sekolah itu adakan.
"Kalau begitu saya pamit Pak, Assalamualaikum."
"Walaikumsalam, jaga diri kamu baik-baik Fanya," ucap kepala sekolah.
Fanya pun kemudian keluar dari kantor kepala sekolah, dan langsung berpamitan kepada semua guru-guru.
Setelah itu, Fanya langsung keluar dari sekolahnya dengan air mata yang sudah .e galir deras di pipinya.
Sungguh sakit sangat sakit sekali rasanya. Fanya benar-benar tidak menyangka kalau ini semua ternyata bukanlah sebuah mimpi. Ini kenyataan di hidupnya yang harus Fanya lalui.
"Setelah ini, apalagi yang akan terjadi di dalam hidupku?" teriak Fanya.
Taman dekat sekolahnya itu menjadi saksi betapa hancurnya perasaan Fanya saat ini.
"Ayah, ini anakmu Yah! Anak yang seharusnya di sayang dan di perhatikan namun justru terlantar!" ucap Fanya.
Terlihat mobil sport hitam sedang melaju ke arahnya. Buru-buru Fanya menghapus jejak air matanya.
"Gue gak boleh terlihat sedih, gue harus kuat. Ini hanya sesaat setelah itu gue bisa kembali menata masa depan gue, yaa gue akan baik-baik saja!" ujar Fanya.
Setah mobil sport itu sampai, Fanya langsung masuk ke dalam mobil tersebut.
"Kita harus fitting baju hari ini," ucap Deka.
"Hmmmm," sahut Fanya.
"Pilih gaun yang kamu inginkan," pinta Deka.
"Terserah kamu saja," jawab Fanya.
"Kamu tidak punya bayangan gaun nikah?" tanya Deka.
"Buat apa aku memakai gaun seseuai apa yang aku inginkan, pernikahan kita hanya di atas kertas bukan!" tegas Fanya.
Seketika Deka kehabisan kata-katanya.
"Jadi menurutku semua itu terserah kamu, mau pilih gaun yang seperti apa pun itu terserah kamu. Karena pernikahan ini kamu bukan yang menginginkannya," tambah Fanya.
"Cihh sombong sekali gadis ini, akan ku pastikan dia akan terlena denganku!" ujar Deka dalam hati.
Mereka sudah sampai di salah satu butik ternama di kota ini. Butik dari kalangan atas, tentu saja yang biasa keluar masuk butik ini adalah pengusaha-pengusaha sukses.
"Tadi kamu bilang terserah saya kan yang milih gaunnya, jadi kamu tidak boleh protes sama pilihan saya," tegas Deka.
Fanya mulai merasakan hawa-hawa yang tidak mengenakan.
"Maksutnya-"
"Sudah tidak perlu bertanya apa maksutnya, setelah ini kamu akan tau," ujar Deka.