MEMPERHATIKAN
Penawar terbaik dari sebuah luka adalah ikhlas. Untuk semua yang terjadi di dalam hidup ni kuncinya adalah sabar.
Mungkin hari ini kita menangis, tapi percayalah kalau suatu saat naanti kita pasti akan bahagia. Suatu saat nanti Tuhan akan mengambulkan satu persatu doa-doa kita. Bahkan Tuhan akan memberikan kita lebih asal kita mau bersabar dan menerima proses yang sedang kita jalanii.
Semenjak kata ikhlas melekat di hati Fanya, gadis itu tidak lagi sering mengeluhkan hidupnya. Ia berfikir kalau mungkin saat ini ia memang harus melewati pahitnya hidup terlebih dulu sebelum nantinya manis akan datang menghampiri.
Bi Murni nampak sedang sibuk di dapur. Entah masakan apa yang di buatnya yang jelas itu sangat harum baunya. Perlahan Fanya melangkahkan kakinya menuju ke arah dapur dan di sana ia langsung di sambut manis oleh bi Bi Murni.
"mau bantuin Bibi masak lagi Non?" tanya bi Murni.
"hehehe, bibi tau aja. Habisnya di kamar terus bosen bi gak ada kegiatan apa pun," sahut Fanya.
"ya sudah sini nemenin bibi aja biar gak bosen," sahut Bi Murni.
"bibi masak apa dari atas sana baunya udah kecium lho Bi?" tanya Fanya.
"oh ini bibi Cuma masak ayam bakar Non, habisnya bingung mau masaki mas Deka apa," jelas bi Murni.
"wah kebetulan sekali Bi, Fanya juga suka banget sama ayam bakar. Apalagi sabelnya yang pedas wiiih pasti mantap itu bi," ujar Fanya.
"kalau mas Deka gak suka kalau terlalu pedas Non, dia sukanya yang sedengan," jelas bi Murni.
"ya udah yuk Fanya bantuin Bi, nanti biar Fanya buat sendiri aja sambalnya yang pedas," cetus Fanya.
"memangnya Non bisa buat sambal?" tanya bi Murni.
"enngak bi, nanti kan Fanya sambil lihati bibi cara bikin sambalnya terus nanti Fanya praktekin deh," ujar Fanya jujur.
"bibi salut sama Non Fanya yang mau berusaha untuk bisa memasak. Kalau cewek lain pasti sudah beralasan tajut rambutnya kusut lah, takut kukunya rusak lah. Non Fanya adalah satu dari kebanyakan gadis yang tidak mengeluh seperti itu," ucap bi Murni.
"ah bibi terlalu berlebihan. Fanya dulu itu dangat manja bi gak pernah mau ke dapur buat bantuin ibu. Fanya dulu mentingin diri fanya sendiri sampai akhirnya Fanya sekarang malahan harus belajar mandiri. Sumpah Fanya itu gak pernah menyangka kalau Fanya itu akan seperti sekarang ini Bi," ujar Fanya.
"tidak perlu di sesali Non, karena yang perlu non Fanya lakukan adalah sabar dan ikhlas. Kelak pasti kebahagiaan akan datang Non," ucap bi Murni.
"aminnn ya Alloh, Fanya udah ikhlas kok bi. Karena untuk ke sebuah kota yang besar bukankah kita harus melewati jalan yang terjal lebih dulu. Jadi Fanya akan selalu berdoa dan bersabar."
"bibi akan selalu berdoa untuk kebahagiaan non Fanya. Semoga menikah dengan Mas Deka nanti akan membawaa Non Fanya dalam kebahagiaan. Dan semoga kehidupan non Fanya kedepannya akan selalu mendapatkan kebahagiaan," ujar bi Murni.
"terimakasih banyak doanya bi, Fanya juga akan selalu berdoa yang terbaik untuk bibi. Semoga bibi sehat dan bahagia selalu."
Sambal untuk ayam bakar sudah selesai bi Murni buat. Sedangkan Fanya tengah membuat untuk dirinya.
"ternyata memasak itu asyik ya bi, apalagi kalau di temani sama bibi," ujar Fanya.
"memang asyik Non, dulu waktu bibi masih kecil suka banget main masak-msakan. Dan setelah remaja pun paling suka juga memasak. Namun, sangat di sayangkan sekali karena pada saat itu orang tua bibi tidak punya biaya untuk menyekolahkank bibi ke jenjang yang lebih tinggi akhirnya pun bibi putus sekolah dan hanya bisa bekerja sebagai asisten rumah tangga seperti sekarang ini," cerita bi Murni.
Mendengar itu hati Fanya ikut meringis membayangkan bagaimana kehidupan bi Murni pada saat itu. Sedangkan dirinya masih bisa meraih impiannya.
Fanya masih bisa menjadi seperti apa yang di impikannya.
Tidak terasa sambal yang Fanya masak kini sudah matang. Dan selanjutnya Fanya dan bi Murni membakar ayam yang sudah di ungkep.
"hmmmm, harumnya bikin Fanya lapar bi," ujarnya.
"habis ini juga matang Non bisa lagsung makan ampai kenyang," sahut bi Murni.
"habis ini kita makan bareng ya Bi," ajak Fanya.
"tidak usah Non, bibi nanti makan di dapur saja," tolaknya.
"kenapa Bi, tidak usah merendah Bi. Kita demua itu sama kok, jadi kita makan bareng ya Bi biar rasanya makin nikmat."
"iya Non, tapi makannya di sini saja ya Non, bibi tidak terbiasa makan di depan," pintanya.
"tidak masalah mau di mana makannya yang terpenting adalah sama bibi, di sini Fanya itu Cuma punya bibi yang bisa di ajak unntuk berkeluh kesah," jelasnya.
Rasanya Fanya seperti menemukan hidupnya kembali. Dia bersyukur sekali karena masih di kelilingi orang-orang baik di sekitarnya. Dan ia akan selalu bersyukur dengan hidup yang di jalaninya saat ini.
"Deka pulang jam berapa Bi?" tanya Fanya.
"bibi kurang tau Non, tadi sebelum berangkat mas Deka hanya berpesan pada Bibi untuk di buatkan ayam bakar kesukaanya," jawab bi Murni.
"gitu ya bi."
Setelah matang, Fanya langsung mengambil dua piring untuknya dan untuk bi Murni. Gadis itu kemudian menyendok nasi dan ia letakan di atas pringnya lengkap dengan lauk dan buah mentimun sebagai pelengkanya. Terakhir barulah Fanya menyendok sedikit sambal yang tadi di buatnya.
"ternyata rasanya lumayan juga ya, gak slah deh belajar sama bibi," ujar Fanya.
"non bisa aja, bibi yakin kok kalau Non Fanya pasti bisa memasak asal mau berlatih setiap hari," ujar bi Murni.
"pasti nanti Fanya akan sering belajar sama bibi, suatu saat nanti Fanya kepingin deh punya restoran yang mewah gitu. Jadi kan Fanya bisa menyalurkan rasa masakan Fanya lewat masakan-masakan di resto."
"aminn, bibi doakan semoga niat baik Non Fannya di kabulkan sama Alloh. Besok bibi ynang akan menjadi orang pertama yang makan di Resto non Fanya," ucap Bi Murni.
"beneran ya Bi, pokoknya Fanya tunggu."
Setidaknya berhayal dulu boleh lah untuk membahagiakan hati. Setidaknya hati akan terasa lebih lega.
Fanya dan bi Murni pun menikmati makan mereka. Setelah itu Fanya kembali ke kamarnya. Gadis itu mengambil ponselnya yang berada di atas nakas.
Rupanya ada banyak pesan yang masuk dari sahabtnya. Mereka menanyakan tentang kabar Fanya karena beberapa hari ini Fanya memang jarang membalas pesan dari sahabat-sahabtnya.
Bukan karena Fanya lupa, namun karena Fanya memang sedang tidak ingin berbagi cerita sedihnya pada mereka. Fanya tidak ingin sahabat-sahabatnya sedih mereka cukup tau bahagianya Fanya saja.